Senin, 31 Desember 2012

Makhluk yang sempurna, Siapakah dia?


Makhluk yang sempurna, Siapakah dia?


Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan makhluk hidup dengan berpasangpasangan. Allah jua yang menciptakan rasa saling tertarik kepada lawan jenis dan saling membutuhkan sehingga dengan itu dapat saling mengasihi dan mencintai untuk mendapatkan ketenangan dan kecintaan disamping melahirkan keturunan dalam kehidupannya. Untuk itulah Islam memerintahkan umatnya untuk melangsungkan pernikahan apabila telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan.

Bila berbicara masalah pernikahan maka tidak terlepas dari individu-individu yang akan melaksanakannya. Sebagai manusia yang normal, adalah hal yang wajar jika mempunyai kriteria yang ideal terhadap calon pasangan hidup yang diinginkan. Misalnya bagi laki-laki yang normal akan menginginkan calon istri wanita yang berparas ayu lagi cantik, dari keluarga kaya, berotak pintar, keturunan orang baik-baik, berakhlak mulia, pandai bergaul, serta bisa membantu mencari nafkah, dan sebagainya. 

Begitu juga wanita ingin punya suami yang ganteng, kaya, sabar, pinter, bertanggung jawab, setia, berakhlak memikat, dan sebagainya.

Akibat kriteria yang terlalu tinggi ini, tidak sedikit laki-laki atau perempuan yang lebih senang membujang, karena kesulitan untuk mencari pasangan hidup yang diinginkan. Orang-orang yang dikenalnya tidak sesuai dengan keinginan dan dambaannya, mereka lebih baik menunda nikah daripada melaksanakan sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam.

Sering kita lupa … bahwa tidak ada seorang pun yang diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan sempurna, sekalipun Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, akan tetapi beliau ma’sum karena terpelihara dari segala kesalahan (dapat teguran langsung dari Allah jika melakukan kesalahan).

Sedangkan manusia pada umumnya adalah makhluk yang mempunyai banyak kelemahan, di antaranya yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala sebut dalam Al Qur’an : “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS. An Nisa’ : 28)

Manusia diciptakan Allah suka keluh kesah. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” (QS. Al Ma’aarij : 19)

“Yaitu orang-orang yang kikir dan menyuruh orang lain berbuat kikir dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka … .” (QS. An Nisa’ : 37)

Allah Subhanahu wa Ta'ala yang menciptakan manusia dengan aneka ragam bentuk anggota badan, berbagai bentuk paras wajah, dan berbagai kepribadian yang kesemuanya ini tidak ada yang sama, sekalipun dua anak kembar dari satu sel, Subhanallah. Ada yang berparas ayu, manis, bahkan sangat cantik. Juga ada yang berwajah sedang, tidak ayu, bahkan jelek. Ada pula lelaki yang bertubuh besar tinggi, kekar, atau gadis yang anggun dan tinggi semampai. Ada yang anggota tubuhnya sempurna juga ada yang kurang bahkan tidak sempurna. Ada yang berkulit putih, kuning langsat, sawo matang, merah, bahkan hitam pekat. Semua ciptaan Allah dan Allah juga yang telah menyediakan pasangannya.

Memang ada manusia yang mencakup 4 kriteria yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam sebagai kelebihan dalam dirinya. Cantik/tampan, dari keluarga yang mampu dan kaya, keturunan orang baikbaik, dan baik Dien-nya (agamanya). Jika kita diberi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala pasangan yang seperti ini maka seharusnyalah kita banyak bersyukur kepada-Nya karena sangatlah jarang kita dapati di masa sekarang ini.

Walaupun demikian tetap tidak akan terlepas daripada kekurangan yang ada pada sisi lain. Dengan sifat kebijakan Allah Ta’ala dan keadilan-Nya, Dia tuntunkan pada hamba-Nya dalam mencari pasangan hidup. Ditekankan pada hal Dien-nya (agamanya). Seseorang tidaklah selalu memiliki paras cantik, tidak semua dilahirkan dari keturunan yang baik, dan tidaklah banyak yang dari keluarga kaya. Akan tetapi untuk menjadi orang yang baik agamanya, semua orang dapat memilikinya bagaimanapun keadaannya, tak terkecuali. Dimuliakannya seseorang dalam hal agamanya, karena faktor keimanan dalam hatinya.

Kesimpulannya tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini.


Apakah tidak ada makhluk Allah yang sempurna? Jawabnya, ada. 

Siapakah dia?


Makhluk Allah Subhanahu wa Ta'ala yang sempurna adalah yang ada di Surga, yaitu para bidadari dan wildan. Mereka diciptakan Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai pasangan untuk manusia di Surga. Bidadari tersebut berparas sangat cantik, bermata jeli, selalu harum baunya, dan selalu dalam keadaan gadis. Tidak ada kekurangan padanya. Gambaran bidadari di Surga banyak kita dapati dalam Al Qur’an. 

Diantaranya :

“Mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli.” (QS. Ath Thuur : 20)

“Dan (di dalam Surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli. Laksana mutiara yang tersimpan baik.” (QS. Al Waqi’ah : 22-23)

“Di dalam Surga-Surga itu ada bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik.” (QS. Ar Rahman : 70)

Mereka disiapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk para hamba-hamba- Nya yang beriman, yang selalu mengekang hawa nafsunya di dunia ini, dan menjalankan perintah-Nya. Wallahu A’lam Bis Shawab.

Inilah Hidup Terima apa adanya..

Inilah Hidup dan Terimalah apa adanya..


Menangis disaat gagal dan tertawa disaat sukses adalah hal yang biasa, namun jika tertawa disaat gagal dan menangis disaat sukses itu adalah hal ruaaaaar biasa, namun bisa bermakna kuat bisa juga berarti "owah" alias gileee kaleeee...



Nah kawan.. mungkin saja engkau mengalaminya, dan mungkin saja hari ini itu terjadi.


Yang perlu di ingat adalah, engkau mesti menangis dan tertawa sesuai dengan kadarnya, tangisan mu tak dilarang begitu juga tawamu, yang dilarang adalah berlebihan diantara keduanya, sedih ya terlalu sedih sampe lupa daratan, tenggelam didalam derita yang berkepanjangan, dan tertawa hingga melecehkan hasil dari orang2 disekitar kita yang belum seberuntung kita...

Kawan , tapi ingat n jangan lupa, namanya dunia itu bergerak, jika saat ini siang, maka sebentar lagi malam menjelang, 

Begitu pula disaat engkau merasakan semua apa yang kau raih di hari ini. Saat ini mungkin engkau tengah gagal, namun pasca gagal adalah sukses, begitu juga sebaliknya.. saat hari ini engkau menikah, maka saat berpisah sudah menunggumu, entah itu bercerai hidup atau diputus kematian, begitu semuanya.. 

Oleh karena itu wajiblah engkau bertaqwa bahwa semuanya ini, ada yang telah mengaturnya yaitu Allah subhanahu wa ta'ala.. Maka jangan pernah engkau merasa trauma atas sesuatu, selama itu sebuah kebaikan maka teruslah berusaha untuk menggapainya, Ingat pesan Nabi kita yang mulia Muhammad Shollallahu 'alaihi wasallam :

Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radiallahuanhu beliau berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan : Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada Ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga. (Riwayat Bukhori dan Muslim).

Allah telah menggariskan semuanya, atas kehidupanmu dari sebelum engkau diciptakan hingga kelak engkau dibangkitkan, namun manusia tak tahu apa yang akan terjadi esok hari, maka kewajiban kita hanyalah berusaha melakukan yang sebaik-baiknya, lagi.. dan .. lagi .. dan menerima kenyataan hidup adalah satu kunci untuk menjaga hati agar tak menjadi frustasi. Mau bagaimana lagi ? Ikhlaslah .. hanya Ikhlash yang mampu membuatmu tegar dihari ini dan esok hari..

Ya berdoalah, karena do'a bisa mengubah takdir, dan makna mengubah takdir ini adalah berubah dari satu takdir ke takdir lainnya, sebagaimana semuanya juga telah Allah takdirkan akan perubahan pada takdirNya itu .. Semoga anda faham.. jika tak faham maka temui dan minta penjelasan detail pada ustadz-ustadz yang memiliki ilmu shohih agar tak terpleset kulit pisang (baca : syubhat).. 

jadi buat anda yang gagal jangan berkecil hati, masih ada esok dan banyak kesempatan, tetaplah berdoa dan berusaha, doa seorang mu'min takkan sia2 sekalipun tak dikabulkanNya didunia, karena :
1. Bisa jadi Allah menggantinya dengan sesuatu yang jauh lebih baik menurut ilmuNya, dan anda sama sekali seringkali tak sadar, anda tak berdoa minta diselamatkan, tapi Allah meluputkan bahaya dari anda disaat hampir menimpa anda.
2. Bisa jadi Allah menahannya karena didalam pandanganNya itu bisa membuatmu tak berkah. Ini karena faktor kasih sayang Allah pada hamba-hambanya yang beriman dan bertaqwa.
3. Menyimpannya untuk menjadi tabungan di akherat kelak. 

Alhasil maka selalulah berbaik sangka kepada Allah.. jangan sekali kali menggugat takdirNya, karena jika engkau renungi maka disekujur badanmu saja banyak nikmat yang tak bisa engkau bayar sekalipun dengan berbagai amalan, dan berbagai kebaikan, artinya ketaatanmu tak sebanding dengan apa yang Allah berikan. Anda masih mau berkata "Ah Masa sih ?"

Oke saya beri anda contoh: 
Tahukah engkau berapa yang harus dibayarkan oleh orang yang menderita penyakit kehabisan airmata ? 
1botol tetes air mata buatan saja berharga 150rb-an. 1 botol hanya bisa bertahan semingguan, maka kalikanlah berapa rupiah nilai nikmat airmatamu setiap kali matamu berkedip lalu kalikan berapa lama waktu telah kau jalani hidupmu dengan air mata gratis dari Allah, ..

Maka nikmat Allah yang manakah yang masih engkau dustakan ?

Wanita cinta dan naluri seks


 Wanita cinta dan naluri seks


Realita yang ada pada generasi muda muslim pada masa sekarang ini, secara mayoritas sedang terbuai dengan ribuan jaring kemungkaran modernisasi, seperti perzinaan dengan berbagai modelnya, namun justru ia sering dijadikan standar kemajuan dan globalisasi.


Seks yang merupakan fitrah dan karunia Allah Ta'ala berubah fungsi menjadi ajang komoditi mencari keuntungan sebesar mungkin. Norma-norma yang berlaku di dalam tata kehidupan tidak lagi menjadi pegangan. Pupusnya rasa malu kaum Hawa terlihat pula dari turut andilnya mereka menanam saham kebatilan di bidang sandang. Mode-mode pakaian yang dililitkan ke tubuhnya sudah begitu jauh dari tuntunan syari'at. Padahal Allah Ta'ala berfirman: "Hai Nabi! Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anakmu yang perempuan dan orang-orang perempuan yang beriman, supaya mereka menutup tubuhnya dengan jilbab, yang demikian itu supaya mereka lebih dikenal, karena itu supaya mereka tidak diganggu, dan Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Al-Ahzab: 59).

Bila ayat ini masih dianggap belenggu yang merantai kebebasan kaum Hawa, maka dapatlah dipastikan, hujan birahi pun tak kan terelakkan, hingga dengan mudahnya kita saksikan jutaan perempuan bergentayangan di jalan-jalan, dan mempersilakan auratnya disapu mata sembarang orang. Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam dalam riwayat Imam Muslim bersabda, artinya: "Mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan mencium wangi Surga, padahal wangi Surga itu tercium sejauh perjalanan sekian dan sekian."

Sebab meskipun berpakaian, pada hakikatnya mereka telanjang. Ironinya, setiap hari kita selalu dihadapkan kepada permasalahan di atas, yaitu urusan kelamin (seksualitas). Kemana-mana kita terganggu oleh rayuan perempuan, wajahnya, lenggak-lenggoknya, suaranya, semuanya penuh magnit dan daya tarik.

"Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu; wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik." (Ali Imran: 14).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, artinya: "Tidaklah ada suatu cobaan yang terjadi sepeninggalku yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki, yang melebihi bahayanya cobaan yang berhubungan dengan soal wanita". (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitabnya Raudhatul Muhibbin wa Nuzhatul Musytaqqin menyatakan, ada tiga faktor yang menyebabkan tumbuhnya perasaan cinta, yaitu:

1. Sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang yang membuat ia dicintai oleh kekasihnya.
2. Perhatian sang kekasih terhadap sifat-sifat tersebut.
3. Pertautan antara seseorang yang sedang jatuh cinta dengan orang yang dicintainya.

Dengan kelengkapan ketiga faktor cinta yang dikemukakan oleh Ibnul Qayyim tersebut, maka terbuktilah tali percintaan, dan akan menjadi lemah jika terdapat kekurangan dari ketiga faktor itu. Hal ini diakui oleh Islam dan oleh semua pihak yang menentang Islam. Tapi Islam membedakan antara cinta dan seks sebagai nafsu. Cinta adalah mawaddah wa rahmah, sedang nafsu seks sebagai naluri adalah nafsu syahwat. Keduanya hanya bisa bersatu dalam perkawinan, karena berseminya cinta yang terjadi sesudah pernikahan adalah cinta yang dijamin oleh Allah Ta'ala, sebagaimana tercantum dalam surat Ar-Rum ayat 21, artinya: "Dan di antara tandatanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikannya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir."

Dari ayat di atas dapat kita simpulkan, bahwa Islam tidak mengenal percintaan sebelum perkawinan yang sah, apalagi dengan pengumbaran nafsu syahwat, sehingga menjadi naluri dan cenderung mengajak pada perbuatan-perbuatan yang mengundang murka Allah Ta'ala, sebagaimana telah termaktub dalam Surat Yusuf
ayat 53: "Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Ibnul Qayyim berkata: "Hubungan intim tanpa pernikahan adalah haram dan merusak cinta, malah cinta di antara keduanya akan berakhir dengan sikap saling membenci dan bermusuhan, karena bila keduanya telah merasakan kelezatan dan cita rasa cinta, tidak bisa tidak akan timbul keinginan lain yang belum diperolehnya."
"Bohong!", itulah komentar sinis mereka guna membela nafsu syahwatnya, untuk melegimitasi percintaan secara haram. Bahkan lebih parah lagi, mereka berani bersumpah, cinta yang dilahirkan bersama sang kekasih adalah cinta suci, bukan cinta birahi dan syaithani. Padahal yang dijaga dalam Islam bukanlah semata-mata
perihal kepemudaan, kegadisan dan selaput dara saja, tetapi lebih dari itu, kesucian mata, telinga, hidung, tangan, kaki dan sekujur anggota tubuh. Bahkan kesucian hati juga wajib dijaga. Zinanya mata adalah berpandangan dengan bukan mahramnya, zinanya hati adalah membayangkan dan mengkhayal, dan zinanya
tangan adalah menyentuh tubuh wanita yang bukan mahramnya.Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Telah ditulis atas anak Adam bagiannya dari hal zina yang akan ditemui dalam hidupnya, tidak bisa tidak. Zinanya mata adalah melihat, zinanya telinga adalah mendengar, zinanya kaki adalah berjalan, dan zinanya hati adalah keinginan dan berangan-angan, dan semua itu dibenarkan atau didustakan oleh kelaminnya."(HR. Muslim dari Abu Hurairah).

Namun jaring-jaring cinta di luar perkawinan telah meninabobokkan manusia dalam tali asmara. Asmara yang bergejolak menuntut keintiman dan kesyahduan, sehingga cinta buta menjadi mahar yang menghalalkan hubungan kelamin kisah kasih dua insan yang berlainan jenis.

Untuk itu dalam menghadapi semua ini, hendaklah kita senantiasa berpedoman pada aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Islam, di antaranya adalah:

A. Menjaga Pandangan Mata

Memelihara mata cukuplah dengan menundukkan pandangan bila ada pria atau wanita yang bukan mahramnya, dan jangan memandangnya berulang-ulang. Hal ini diatur oleh Allah dan RasulNya agar kita dapat mengendalikan mata sebagai panca indera yang sangat peka terhadap seks. Allah Ta'ala berfirman, artinya: "Katakan-lah kepada orang-orang yang beriman agar mereka menundukkan sebagian dari
pandangan mata (terhadap wanita) dan memelihara kemaluan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka kerjakan, dan katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya." (An-Nur: 30-31).

Tapi ada pula memandang untuk suatu keperluan yang diperbolehkan, seperti dalam pengobatan, peminangan dan segala sesuatu yang telah disyari'atkan dalam Islam.

Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits, artinya: "Dari Mughirah bin Syu'bah, bahwa ia hendak menikah dengan seorang wanita, Nabi bertanya, 'Sudahkah kamu melihatnya?', 'Belum', jawabnya, lalu Nabi bersabda, 'Lihatlah ia, sesungguhnya dengan melihatnya lebih menenteramkan hati kamu berdua'." (HR. An-Nasa'i, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi).

B. Menjauhi Pergaulan Bebas

Pergaulan bebas pasti menimbulkan hal-hal negatif yang tidak diinginkan. Hal ini bisa dilihat di barat, yang meng-agungkan kebebasan dalam segala hal, termasuk dalam seks. Kini mereka menjerit, angka perceraian sangat tinggi, setiap menit terjadi tindak perkosaan dan pranata pernikahan diragukan, terjadilah dekadensi
moral dan tersebar berbagai penyakit kelamin.

Allah Ta'ala membuat rambu-rambu pergaulan laki-laki dan wanita yang bukan mahramnya dalam firmanNya:
"Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (Al-Isra': 32).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia bersunyi sepi berduaan dengan wanita yang tidak didampingi mahramnya, karena yang menjadi pihak ketiganya adalah syaitan." (HR. Ahmad).

Apalagi halnya sampai bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. A'isyah radiallahu anha berkata: "Tangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah sama sekali menyentuh tangan perempuan di dalam bai'at, bai'at Rasulullah dengan mereka adalah berupa ucapan." (HR. Al-Bukhari).

~Untukmu Orang yang Bermaksiat Kepada Allah di Tahun Baru~


" Wahai saudara-saudariku, kenapa Yahudi dan Nasharani engkau ikuti, man anta (Siapa Anda)?
Wahai Yahud engkaulah Umat yang dimurkai Allah, dan Nashara engkaulah yang tersesat di jalan-Nya.

Engkaulah yang disebutkan dalam Firman Allah: Maghdubi'alaihim wa Ladhdhooollin.
Kalian(Yahud & Nashara) adalah umat yang hina di mata Allah.

Kalian adalah umat yang disabdakan oleh Rasulullah: Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidak seorangpun dari umat ini, yakni Yahudi dan Nashrani yang telah mendengar kerasulanku, kemudian dia mati dan tetap tidak beriman kepada kerasulanku melainkan dia termasuk penghuni neraka(HR. Muslim)

Engkau juga yang mampu berjaya di muka bumi namun hakekatnya engkau berbuat kerusakan di muka bumi.

Betapa banyak kaum muslimin mengikutimu, sampai masuk ke lubang Dhob pun sampai ada yang mengikutinya. 

Bahkan orang yang mengikutimu adalah bagian dari padamu, karena Rasulullah bersabda: Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, niscaya engkau termasuk bagian dari mereka.(HR. Muslim)

Dan kami tidak akan Sudi mengikutimu, slama kami berpegang teguh terhadap agama Allah.

Wahai saudara-saudariku, mari kembali ke jalan Allah, taat kepada Allah, taat kepada Rasul-Nya, mengikuti sunnah Rasulullah Shalallahu'alaihi wa Sallam. Agar kemuliaan di tangan kita, sebagaimana apa yang dikatakan 'Umar bin Khattab: "Sesungguhnya kita adalah kaum yang Allah memuliakan kita dengan sebab Islam, maka selamanya kita tidak akan mencari kemuliaan selain dari Islam.(Riwayat Imam Hakim di kitabnya Al-Mustadrak 1/61-62).

Dan Allah, akan tetap membela bagi orang-orang yang berada di atas Tauhid La ilaha Illallah. Membela agama-Nya, dan Allah akan menjanjikan kemenangan bagi orang yang hidup di atas Sunnah Nabi-Nya. 

Untukmu orang-orang yang Asing. Yang disabdakan oleh Rasulullah: "Sesungguhnya Islam datang asing, dan kembali menjadi asing. Maka beruntunglag bagi orang-orang yang asing." (HR. Muslim 2/152 no. 232)

Dalam riwayat lain disebutkan: Orang yang asing adalah "Orang-orang yang baik, ketika manusia telah rusak." (HR. Abu Amr Ad-Dani di Sunan Waridah fil Fitan 1/25)

Tips Bagaimana Mendapatkan Pasangan Idaman


Ringkasan :
Mencari jodoh yang ideal memang gampang-gampang susah namun seseorang harus tetap berusaha untuk mendapatkannya, dengan syarat tidak melanggar syariat, semisal berpacaran.
Mencari jodoh yang ideal memang gampang-gampang susah namun seseorang harus tetap berusaha untuk mendapatkannya, dengan syarat tidak melanggar syariat, semisal berpacaran. Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mendapatkannya, anatara lain:
1. Berdoa’a kepada Allah Ta’ala
Berdo’a adalah senjata kaum muslimin, karena Allah akan mengabulkan permohonan hamba-Nya sebagaimna firman-Nya:
Dan Tuhanmu berfirman: Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. (QS. Ghofir: 60).
Maka bagi yang mendambakan suami istri idaman hendaklah dia memperbanyak berdo’a kepada Allah Ta’ala. Sebagaimana do’a yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya: Dan orang-orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istriistri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami
iman bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Furqan: 74)
2. Mencari informasi dari orang yang terpercaya
Termasuk hal tolong menolong dalam kebaikan, bagi orang yang mengetahui adanya laki-laki shalih atau wanita shalihah untuk mengabarkan kepada orang yang mau menikah. Begitu pula bagi yang ingin menikah untuk mencari informasi tentang orang yang akan dilamar agar tidak terjadi penyesalan dikemudian hari. Ada satu hadits yang berhubungan dengan hal ini; Dari Anas bin Malik berkata: Sesungguhnya Rasulullah Shalallah Alaihi wa Sallam mengutus Ummu Sulaim untuk melihat seorang gadis, dan beliau berkata: Ciumlah bau mulutnya dan lihatlah yang diatas tumitnya. (HR. Ahmad, Baihaqi, Hakim beliau berkata Shahih dan disepakati oleh Imam Dzahabi, namun Syaikh Al-Albani melemahkannya).
3. Melihat Calon istri
Untuk bisa mengetahui kriteria fisik calon istri, seseorang dierbolehkan bahkan dianjurkan untuk melihatnya sebelum melamarnya. Dari Mughirah bin Syu’bah berkata: Aku berniat melamar seorang wanita. Rasulullah Shalallah Alaihi wa Sallam bertanya kepadaku: apakah engkau sudah melihatnya? Belum jawabku, maka beliau bersabda: Lihatlah dia, karena hal itu dapat melanggengkan rumah tangga kalian berdua.(HR. Tirmidzi, Nasa’i dan Ahmad)
Bahkan boleh baginya mencuri pandang serta melihatnya dari arah yang tidak diketahui oleh si wanita.
Dari Sulaiman bin Abi Hatsmah berkata: Saya pernah melihat Muhammad bin Maslamah mengintai seorang wanita dari atas tembok, kukatakan kepadanya: Apakah engkau masih berbuat begitu padahal engkau seorang sahabat nabi? Ia
menjawab: Tentu saja, karena Rasulullah Shalallah Alaihi wa Sallam pernah bersabda: Jika terbetik pada seseorang keinginan meminang seorang wanita, maka ia boleh melihatnya. (HR. Ibnu Majah dan Ahmad).
4. Menawarkan putrinya atau saudarinya kepada orang shalih yang baik agamanya
Dari Umar bin Khattab berkata: Ketika Hafshah binti Umar menjadi janda karena kematian suaminya, saya pergi menemui Utsman bin Affan untuk menawarkan Hafshah kepadanya, Utsman menjawab: Saya pertimbangkan terlebih dahulu.
beberapa hari kemudian Utsman menemuiku, ia berkata: Kelihatannya saya belum punya keinginan menikah sekarang ini, Umar berkata: Kemudian aku pergi menemui Abu Bakar, kukatakan kepadanya jika engkau setuju, aku nikahkan engkau dengan Hafshah, Abu Bakar diam saja dan tidak memberikan jawaban apapun. Beberapa hari kemudian Rasulullah Shalallah Alaihi wa Sallam datang melamar Hafshah. Akupun menikahi beliau dengannya. (HR. Bukhari).
5. Menawarkan dirinya pada orang shalih untuk dinikahi
Seorang wanita boleh menawarkan dirinya pada orang shalih untk dinikahi dengan syarat aman dari fitnah. Dari Anas bin Malik berkata: Ada seorang wanita datang kepada Rasulullah Shalallah Alaihi wa Sallam untuk menawarkan dirinya kepada beliau, dia berkata: Wahai Rasulullah, apakah anda mau menikah denganku? Maka berkata putri Juas: Alangkah tidak punya malunya wanita itu, lantas Juas menjawab: Wanita itu lebih baik darimu, dia ingin dinikahi oleh Rasulullah Shalallah Alaihi wa Sallam, maka dia menawarkan dirinya. (HR. Bukhari, Nasa’i, dan Ibnu Majah).
Namun untuk zaman kini, sebaiknya dilakukan tidak secara langsung melainkan mencari wasilah (perantara) yang bisa dipercayai untuk menutup pintu fitnah.
6. Shalat istikharah
Pilihan Allah Ta’ala adalah sebaik-baik pilihan, maka shalat istikharah adalah jalan terbaik untuk mendapatkan pilihan yang tepat. Sebagaimana hadits Jabir bahwasanya rasulullah Shalallah Alaihi wa Sallam bersabda: Apabila seseorang
dianatara kamu berhasrat melakukan satu perkara, hendaknya ia mengerjakan shalat dua rakaat diluar shalat fardhu, kemudian bacalah doa ini:
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan yang tepat kepada-Mu dengan ilmu- Mu, aku memohon kekuatan kepada-Mu dengan kekuasaan-Mu, aku memohon karunia-Mu yang besar. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa sementara aku tidak kuasa, Engkau Maha Mengetahui sedang aku tidak mengetahui dan Engkaulah yang maha Mengetahui perkara yang ghaib. Ya Allah, Apabila Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku, agamaku, hidupku dan baik akibatnya terhadap diriku maka tetapkanlah dan mudahkanlah bagiku. Dan jika Engkau tahu bahwa prkara ini buruk bagiku, agamaku, hdupku serta buruk akibatnya terhadap diriku, maka jauhilah perkara ini dariku dan jauhilah diriku darinya, tetapkanlah kebaikan untukku dimana saja aku berada, kemudian jadikanlah diriku ridha menerimanya.
Lalu Rasulullah Shalallah Alaihi wa Sallam bersabda: Lalu silahkan ia menyebut kepentingannya.
(HR. Bukhari dan Abu Dawud).
Sumber : Majalah Al Furqon, Edisi: 9 Th.II/Rabi’ul Tsani 1424 H.

Beberapa faidah Menikah Muda


Dunia ini semakin tua semakin marak dan ramai, semakin membuat betah para penghuninya. zaman sudah sangat bergengsi, dengan canggihnya media kini manusia jauh lebih mudah dalam berhubungan.
Seiring itu pula, pintu pintu keburukan pun semakin terbuka lebar, kalau dulu baju yang mahal adalah baju yang memakan bahan banyak, kini kalah oleh bikini yang seret bahan.
Dalam berpakaian saja sudah terbalik, kaum pria celananya menjulur kebawah mata kaki, sedangkan wanita semakin naik ke atas lutut. suatu pemandangan indah secara syahwat namun penuh dosa…
Seseorang yang bergaul di masyarakat kini semakin mudah mendapatkan apa yang inginkan, dari mulai belanja di kelas mall sampai dengan belanja telfon, online yang siap langsung diantar sampai tujuan. Namun kemajuan teknologi tidak hanya berdampak “hidup indah”, tetapi maksiat juga “murah dan mudah” ,..
Mengingat itu semua, menikah muda merupakan sebuah pilihan tepat. Karena ada beberapa faidah dari kita menikah muda , diantaranya :
1. Kecil kecil dah jadi manten, otomatis kepenasaran syahwat yang sudah tumbuh sejak kecil terlampiaskan dijalan yang benar dan halal
2. Usia muda sudah beranak pinak, secara otomatis saat kita beranjak tua, anak-anak sudah besar, dan disaat anak membutuhkan banyak biaya, si orang tua masih kuat dan bertenaga, belom loyo dan renta.
3. Dengan menikah dimasa masih muda, hidup bisa lebih terprogram, karena sebanyak apapun penghasilan kita jika masih lajang, sulit untuk menyusun program, biasanya selalu ada saja hal sia-sia yang kita lakukan untuk memenuhi hobilah, berhura-hura bersama kawan atau yang lainnya, tapi jika sudah menikah, sedikit banyak uang yang ada bisa mulai menyusun rencana, misal dengan mengumpul ngumpul alat-alat rumah tangga dari mulai beli sendok 2, piring 2, gelas 2, garfu 2, panci, ketel, dan alat masak lainnya, yang lama-lama akhirnya bisa lengkap sudah disebut sebagai sebuah peralatan keluarga. Adakah bujangan yang punya ketel ? panci, pisau dapur dan bumbu masak?
4. Dengan menikah dimasa muda, kita bisa lebih kuat menjalani hidup dan kehidupan, disaat bersedih ada yang menghibur, ada yang membelai, ada kawan curhat dan berbagi, ada kawan untuk tempat kita bersandar, karena fitrah manusia itu membutuhkan kawan, jika tidak demikian maka tak mungkin ayahanda kita Nabi Adam sampai sibuk kesana kemari mencari ibunda Hawa ya .. artinya hidup sendiri itu menyebalkan !!
5. Dengan menikah dimasa muda, kita lebih bisa mendapatkan banyak pengalaman, dan meningkatkan kemampuan diri, karena sifat anak muda itu dinamis, artinya jika masih muda sudah mempunyai tanggung jawab, maka ia akan mengerahkan segenap kemampuannya untuk mengatasi kebutuhan hidupnya, dari mulai usaha, mendidik anak dan bersaing (tentunya dalam kebaikan) dengan kawan-kawan dekatnya, semisal si A kawannya anaknya sudah masuk pondok, maka kita pun akan terpacu berusaha memasukkan anak-anak kita kedalam pondok.
6. Dengan menikah muda, hubungan antara orang tua dengan anak akan semakin dekat, karena jarak masa yang tak terlalu jauh membuat kita masih bisa merasakan lajunya dinamis hidup di zaman mereka, berbeda dengan orang tua yang jauh usianya, karena biasanya tak mengalami fase fase tuntutan zaman dimasa anaknya,, yang ada kekangan yang tak beraturan lantaran ketidak tahuan.
7. Dengan menikah muda lebih bisa menghemat guling dan bantal, karena tidak cepat rusak karena gemez, dan punya kesempatan luas buat poligami.. hehe.. yang ini mah intermezzo ya.. jangan masuk hati ah ..
Intinya seperti itulah pentingnya menikah di masa muda, oleh karena itulah untuk anda yang masih muda-muda , segeralah menikah, dan berikut ini ada beberapa tips agar cepat menikah :
1. Pilih wanita karena pertimbangan agamanya, Walau cantik tapi baik agamanya maka segera embat, jika cantik tak masuk kriteriamu maka jangan abaikan. Karena baik model ini adalah faktor kuat pendukung untuk terciptanya keluarga yang sakinah mawaddah warahmah,..
2. Cari yang sekufu denganmu dalam hal harta, kedudukan, karena ini akan lebih memudahkanmu didalam pelaksanaan pernikahan, karena biasanya menikahi wanita kaya raya anak pejabat misalnya membutuhkan perjuangan ekstra, baik dalam hal lobi lobi, apalagi bandingan harta, sedikit sekali orang – orang yang memahami bahwa rizki itu “mengikuti” , yang ada pola pandangan orang tua adalah anaknya mesti menikah dengan yang sama atau lebih dalam hal kekayaannya, orang tua cenderung berfikir kolot, takut anaknya sengsara padahal dia dulu waktu nikah cuma berbekal “kolor ijo dan harta seadanya” .. ibarat kacang lupa pada kulitnya, itulah kebanyakan orang tua..
Namun ini bukanlah standar baku hanya sekedar landasan pacu saja, dalam hal prakteknya mungkin bisa saja berbeda , bisa saja anda bertemu anak milyarder yang sholih, lalu tertarik dengan anda dan ingin menikahkan putrinya dengan catatan :
“Nih urus semua kekayaan saya, tapi ajarkan agama pada putri saya ” …
::NGarep.com:: (Seandainya Aa' dapat ya....hmmm)
Semoga bermanfaat ..

Jika aku bukanlah jodohmu ...


Problematika hidup manusia bervariasi, sekalipun hidup sebagai kembar namun sifat dan karakter saja tidak akan sama, maka apalagi jalan hidupnya.
Sungguh sakit dan menyakitkan memang saat kita yang sudah susah payah membina dan menjalin hubungan (jika sebelumnya suami istri) kemudian harus berpisah.
Begitu juga yang sudah meminang dan dipinang.
Dengan banyak sebab Allah mentakdirkan terpisahnya 2 insan yang sebelumnya sudah saling sepakat, saling berkasih sayang, saling mencintai, namun apalah daya jika takdir- Nya telah memisahkan, sungguh hanya ada 1 kata jawabnya : Sabar, dan sabar itu tiada batas.
Mari kita perhatikan bersama hadits yang terdapat dalam Arba’in Nawawi dibawah ini :
Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radiallahuanhu beliau berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan : Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada Ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga. (Riwayat Bukhori dan Muslim).
Diantara pelajaran dari hadits diatas adalah : Allah ta’ala mengetahui tentang keadaan makhluknya sebelum mereka diciptakan dan apa yang akan mereka alami, termasuk masalah kebahagiaan dan kecelakaan.
Oleh karena itulah, maka saat apa yang anda sudah bina namun hancur ditengah perjalanan hidup anda, maka itu sudah menjadi ketetapan-Nya, terimalah, dan jika terjadi sebelum pernikahan, maka berprasangka baiklah kepada Allah, mungkin saja Allah menyayangimu dan jika dia (yang kau cintai) menikah dengan mu kelak, dia takkan mampu menjadi imam yang baik bagimu. dan itu adalah hikmah yang mungkin saja tidak kita ketahui ada apa dibalik rencana Allah pada kita, itulah sikap mu’min mu’minah sejati…
Hadits ini sering kita baca, tapi sesering itu pula kita lupa dalam memahami terlebih lagi mengamalkannya,…
betapa sering kita menangis karena sedikit nikmat yang dicabut, namun tak mampu kita bersyukur atas nikmat-nikmat nyata yang besar ada dihadapan kita
Allah ta’ala mengetahui tentang keadaan makhluknya sebelum mereka diciptakan dan apa yang akan mereka alami, termasuk masalah kebahagiaan dan kecelakaan.

Bantulah Saudaramu ...

Merenung ah sejenak …
Hendaklah Orang yang Mampu Membantu
Hendaklah bagi orang yang mempunyai kelebihan harta ataupun yang punya kedudukan agar membantu saudaranya yang kurang mampu dan yang mengalami kesulitan. Allah berfirman: “Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Al-Maa`idah:2)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah akan hilangkan darinya satu kesusahan dari kesusahan kesusahan hari kiamat. Dan barangsiapa yang memudahkan orang yang mengalami kesulitan maka Allah akan mudahkan baginya di dunia dan di akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan tutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan senantiasa menolong hamba selama hamba tersebut mau menolong saudaranya.” (HR. Muslim no.2699 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Semoga Allah memudahkan amal kita dan menjadikannya ikhlas karena mengharap wajah Allah semata …

Berdoa ketika bersedih…


Jika kita merasa sedih karena sesuatu menimpa kita seperti kehilangan harta, sulit mencari pekerjaan, kematian salah seorang keluarga kita, tidak mendapatkan sesuatu yang kita idam-idamkan, jodoh tak kunjung datang ataupun yang lainnya, maka ucapkanlah do’a berikut yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Tidaklah seseorang ditimpa suatu kegundahan maupun kesedihan lalu dia berdo’a: “Ya Allah, sesungguhnya saya adalah hamba-Mu, putra hamba laki-laki-Mu, putra hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku ada di Tangan-Mu, telah berlalu padaku hukum-Mu, adil ketentuan-Mu untukku. Saya meminta kepada-Mu dengan seluruh Nama yang Engkau miliki, yang Engkau menamakannya untuk Diri-Mu atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu atau yang Engkau simpan dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu. Jadikanlah Al-Qur`an sebagai musim semi (penyejuk) hatiku dan cahaya dadaku, pengusir kesedihanku serta penghilang kegundahanku.” kecuali akan Allah hilangkan kegundahan dan kesedihannya dan akan diganti dengan diberikan jalan keluar dan kegembiraan.” Tiba-tiba ada yang bertanya: “Ya Rasulullah, tidakkah kami ajarkan do’a ini (kepada orang lain)? Maka Rasulullah menjawab: “Bahkan selayaknya bagi siapa saja yang mendengarnya agar mengajarkannya (kepada yang lain).” (HR. Ahmad no.3712 dari ‘Abdullah bin mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albaniy)

Juga do’a berikut ini: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari gundah gulana, sedih, lemah, malas, kikir, penakut, terlilit hutang dan dari tekanan/penindasan orang lain.” (HR. Al-Bukhariy 7/158 dari Anas radhiyallahu ‘anhu)


Al-Imam Ibnul Qoyyim Rahimahullah Berbicara Cinta


CINTA DAN MENCINTAI ALLAH
Definisi Cinta
Imam Ibnu Qayyim mengatakan, “Tidak ada batasan  cinta yang lebih jelas daripada kata cinta itu sendiri; memba-tasinya justru hanya akan menambah kabur dan kering maknanya. Maka ba-tasan dan penjelasan cinta tersebut tidak bisa dilukiskan hakikatnya secara jelas, kecuali dengan kata cinta itu sendiri.
Kebanyakan orang hanya membe-rikan penjelasan dalam hal sebab-musabab,
konsekuensi, tanda-tanda, penguat-penguat dan buah dari cinta serta hukum hukumnya.
Maka batasan dan gambaran cinta yang mereka berikan berputar pada enam hal di atas walaupun masing-masing berbeda dalam pendefinisiannya, tergantung kepada pengetahuan,kedudukan, keadaan dan penguasaannya terhadap masalah ini. (Madarijus-Salikin 3/11)
Beberapa definisi cinta:
1. Kecenderungan seluruh hati yang terus-menerus (kepada yang dicintai).
2. Kesediaan hati menerima segala keinginan orang yang dicintainya.
3. Kecenderungan sepenuh hati untuk lebih mengutamakan dia daripada diri dan harta sendiri, seia sekata dengannya baik dengan sembunyi-sebunyi maupun terang-terangan, kemudian merasa bahwa kecintaan tersebut masih kurang.
4. Mengembaranya hati karena men-cari yang dicintai sementara lisan senantiasa menyebut-nyebut namanya.
5. Menyibukkan diri untuk menge-nang yang dicintainya dan menghinakan diri
kepadanya.
PEMBAGIAN CINTA
1. Cinta ibadah
Ialah kecintaan yang menyebabkan timbulnya perasaan hina kepadaNya dan
mengagungkanNya serta bersema-ngatnya hati untuk menjalankan segala
perintahNya dan menjauhi segala larangaNya.
Cinta yang demikian merupakan pokok keimanan dan tauhid yang pelakunya akan mendapatkan keutamaan-keutamaan yang tidak terhingga. Jika ini semua diberikan kepada selain Allah maka dia terjerumus ke dalam cinta yang bermakna syirik, yaitu menyekutukan Allah dalam hal cinta.
2. Cinta karena Allah
Seperti mencintai sesuatu yang dicintai Allah, baik berupa tempat tertentu,
waktu tertentu, orang tertentu, amal perbuatan, ucapan dan yang semisalnya. Cinta yang demikian termasuk cinta dalam rangka mencintai Allah.
3. Cinta yang sesuai dengan tabi’at (manusiawi),
Yang termasuk ke dalam cintai jenis ini ialah:
a. Kasih-sayang, seperti kasih-sayangnya orang tua kepada anaknya dan
sayangnya orang kepada fakir-miskin atau orang sakit.
b. Cinta yang bermakna segan dan hormat, namun tidak termasuk dalam
jenis ibadah, seperti kecintaan seorang anak kepada orang tuanya,
murid kepada pengajarnya atau syaikhnya, dan yang semisalnya.
c. Kecintaan (kesenangan) manusia kepada kebutuhan sehari-hari yang
akan membahayakan dirinya kalau tidak dipenuhi, seperti kesenangannya kepada makanan, minuman, nikah, pakaian, persaudaraan serta persahabatan dan yang semisalnya.
Cinta-cinta yang demikian termasuk dalam kategori cinta yang manusiawi yang
diperbolehkan. Jika kecintaanya tersebut membantunya untuk mencintai dan
mentaati Allah maka kecintaan tersebut termasuk ketaatan kepada Allah, demikian pula sebaliknya.
KEUTAMAAN MENCINTAI ALLAH
1. Merupakan Pokok dan inti tauhid
Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al-Sa’dy, “Pokok tauhid dan intisarinya ialah ikhlas dan cinta kepada Allah semata. Dan itu merupakan pokok dalam peng- ilah-an dan penyembahan bahkan merupakan hakikat ibadah  yang tidak akan sempurna tauhid seseorang kecuali dengan
menyempurnakan kecintaan kepada Rabb-nya dan menye-rahkan seluruh
unsur-unsur kecintaan kepada-Nya sehingga ia berhukum hanya kepada Allah
dengan menjadikan kecintaan kepada hamba mengikuti kecintaan kepada
Allah yang dengannya seorang hamba akan mendapatkan kebahagiaan dan
ketenteraman. (Al-Qaulus Sadid,hal 110)
2. Merupakan kebutuhan yang sangat besar melebihi makan, minum,
nikah dan sebagainya. Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah berkata: “Didalam hati manusia ada rasa cinta terhadap sesuatu yang ia sembah dan ia ibadahi ,ini merupakan tonggak untuk tegak dan kokohnya hati seseorang serta baiknya jiwa mereka.
Sebagaimana pula mereka juga memiliki rasa cinta terhadap apa yang ia
makan, minum, menikah dan lain-lain yang dengan semua ini kehidupan
menjadi baik dan lengkap.Dan kebutuhan manusia kepada penuhanan lebih
besar daripada kebutuhan akan makan, karena jika manusia tidak makan
maka hanya akan merusak jasmaninya, tetapi jika tidak mentuhankan
sesuatu maka akan merusak jiwa/ruhnya. (Jami’ Ar-Rasail Ibnu Taymiyah
2/230)
3. Sebagai hiburan ketika tertimpa musibah
Berkata Ibn Qayyim, “Sesungguh-nya orang yang mencintai sesuatu akan
mendapatkan lezatnya cinta manakala yang ia cintai itu bisa membuat lupa
dari musibah yang menimpanya. Ia tidak merasa bahwa itu semua adalah
musibah, walau kebanyakan orang merasakannya sebagai musibah. Bahkan
semakin menguatlah kecintaan itu sehingga ia semakin menikmati dan
meresapi musibah yang ditimpakan oleh Dzat yang ia cintai. (Madarijus-
Salikin 3/38).
4. Menghalangi dari perbuatan maksiat.
Berkata Ibnu Qayyim (ketika menjelaskan tentang cinta kepada Allah): “Bahwa ia merupakan sebab yang paling kuat untuk bisa bersabar sehingga tidak menyelisihi dan bermaksiat kepada-Nya. Karena sesungguhnya seseorang pasti akan mentaati sesuatu yang dicintainya; dan setiap kali bertambah kekuatan cintanya maka itu berkonsekuensi lebih kuat untuk taat kepada-Nya, tidak me-nyelisihi dan bermaksiat kepada-Nya. Menyelisihi perintah Allah dan bermaksiat kepada-Nya hanyalah bersumber dari hati yang lemah rasa cintanya kepada Allah.Dan ada perbeda-an antara orang yang tidak bermaksiat karena takut kepada tuannya dengan yang tidak bermaksiat karena mencintainya.
Sampai pada ucapan beliau, “Maka seorang yang tulus dalam cintanya, ia
akan merasa diawasi oleh yang dicintainya yang selalu menyertai hati dan
raganya.Dan diantara tanda cinta yang tulus ialah ia merasa terus-menerus
kehadiran kekasihnya yang mengawasi perbuatannya. (Thariqul Hijratain, hal
449-450)
5. Cinta kepada Allah akan menghilangkan perasaan was-was.
Berkata Ibnu Qayyim, “Antara cinta dan perasaan was-was terdapat perbedaan
dan pertentangan yang besar sebagaimana perbedaan antara ingat dan lalai, maka cinta yang menghujam di hati akan menghilangkan keragu-raguan terhadap yang dicintainya.
Dan orang yang tulus cintanya dia akan terbebas dari perasaan was-was karena hatinya tersibukkan dengan kehadiran Dzat yang dicintainya tersebut. Dan tidaklah muncul perasaan was-was kecuali terhadap orang yang lalai dan berpaling dari dzikir kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala , dan tidaklah mungkin cinta kepada Allah bersatu dengan sikap was-was. (Madarijus-Salikin 3/38)
6. Merupakan kesempurnaan nikmat dan puncak kesenangan.
Berkata Ibn Qayyim, “Adapun mencintai Rabb Subhannahu wa Ta’ala maka
keadaannya tidaklah sama dengan keadaan mencin-tai selain-Nya karena
tidak ada yang paling dicintai hati selain Pencipta dan Pengaturnya; Dialah
sesembahannya yang diibadahi, Walinya, Rabb-nya, Pengaturnya, Pemberi
rizkinya, yang mematikan dan menghidupkannya. Maka dengan mencintai
Allah Subhannahu wa Ta’ala akan menenteramkan hati, menghidupkan ruh,
kebaikan bagi jiwa menguatkan hati dan menyinari akal dan menyenangkan
pandangan, dan menjadi kayalah batin. Maka tidak ada yang lebih nikmat dan
lebih segalanya bagi hati yang bersih, bagi ruh yang baik dan bagi akal yang
suci daripada mencintai Allah dan rindu untuk bertemu dengan-Nya.
Kalau hati sudah merasakan manisnya cinta kepada Allah maka hal itu tidak
akan terkalahkan dengan mencintai dan menyenangi selain-Nya. Dan setiap
kali bertambah kecintaannya maka akan bertambah pula pengham-baan,
ketundukan dan ketaatan kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala dan membebaskan diri dari penghambaan, ketundukan ketaatan kepada selain-
Nya.”(Ighatsatul-Lahfan, hal 567)
ORANG-ORANG YANG DICINTAI ALLAH Subhannahu wa Ta’ala
Allah Subhannahu wa Ta’ala mencintai dan dicintai. Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman di dalam surat Al-Ma’idah: 54, yang artinya: “Maka Allah akan
mendatangkan satu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai Allah.”
Mereka yang dicintai Allah Subhannahu wa Ta’ala :
• Attawabun (orang-orang yang bertau-bat), Al-Mutathahhirun (suka bersuci),
Al-Muttaqun (bertaqwa), Al-Muhsinun (suka berbuat baik) Shabirun (bersabar), Al-Mutawakkilun (bertawakal ke-pada Allah) Al-Muqsithun (berbuat adil).
• Orang-orang yang berperang di jalan Allah dalam satu barisan seakan-akan
mereka satu bangunan yang kokoh.
• Orang yang berkasih-sayang, lembut kepada orang mukmin.
• Orang yang menampakkan izzah/kehormatan diri kaum muslimin di hadapan
orang-orang kafir.
• Orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) di jalan Allah.
• Orang yang tidak takut dicela manusia karena beramal dengan sunnah.
• Orang yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah sunnah
setelah menyelesaikan ibadah wajib.
SEBAB-SEBAB UNTUK MENDAPATKAN CINTA ALLAH Subhannahu wa Ta’ala
• Membaca Al-Qur’an dengan memikir-kan dan memahami maknanya.
• Berusaha mendekatkan diri kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala dengan
ibadah sunnah setelah menyelesaikan ibadah yang wajib.
• Selalu mengingat Allah Subhannahu wa Ta’ala , baik de-ngan lisan, hati
maupun dengan anggota badan dalam setiap keadaan.
• Lebih mengutamakan untuk mencintai Allah Subhannahu wa Ta’ala daripada
dirinya ketika hawa nafsunya menguasai dirinya.
• Memahami dan mendalami dengan hati tentang nama dan sifat-sifat Allah.
• Melihat kebaikan dan nikmatNya baik yang lahir maupun yang batin.
• Merasakan kehinaan dan kerendahan hati di hadapan Allah.
• Beribadah kepada Allah pada waktu sepertiga malam terakhir (di saat Allah
turun ke langit dunia) untuk bermunajat kepadaNya, membaca Al-Qur’an ,
merenung dengan hati serta mempelajari adab dalam beribadah di hadapan
Allah kemudian ditutup dengan istighfar dan taubat.
• Duduk dengan orang-orang yang memiliki kecintaan yang tulus kepada Allah
dari para ulama dan da’i, mendengar-kan dan mengambil nasihat mereka serta tidak berbicara kecuali pembica-raan yang baik.
• Menjauhi/menghilangkan hal-hal yang menghalangi hati dari mengingat Allah
Subhannahu wa Ta’ala .
(Disadur dari kalimat mutanawwi’ah fi abwab mutafarriqah karya Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd oleh Abu Muhammad).