Jumat, 30 November 2012

Fiqih Cipika Cipiki (Cium Pipi Kanan Cium Pipi Kiri)




CIPIKA CIPIKI SAAT BERTEMU

Kalau berada di tanah Arab, kita akan melihat tingkah laku muda-mudi sampai kalangan orang tua yang setiap kali bertemu menempelkan pipinya ke saudaranya (alias cipika-cipiki = cium pipi kanan, cium pipi kiri). Ini hal yang wajar yang sehari-hari dapat kita saksikan. Namun ini hanya berlaku untuk sesama jenis. Mereka akan menempelkan pipinya ke pipi saudaranya. Ada yangmelakukan dengan menempel pipinya ke pipi saudaranya yang kanan sekali, lalu dilanjutkan di bagian pipi kirinya sebanyak tiga kali. Atau pula tingkah semacam ini kita saksikan di kalangan sebagian orang di negeri kita. Bagaimana ajaran Islam menilai trend semacam ini? Ulama Al Lajnah Ad Daimah (Komisi Fatwa di Saudi Arabia) mengkritik trend semacam itu yang dapat kita saksikan dalam fatwa berikut ini.

Pertanyaan:

Ada sebuah trend di kalangan pemuda ketika bertemu setiap saat, mereka akan saling mencium pipi. Trend ini telah berkembang pula di antara para orang tua, di masjid dan di jalan-jalan. Apakah hal ini bertentangan dengan sunnah (ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) ataukah perbuatan semacam ini tidak haram? Ataukah hal semacam ini tergolong bid’ah, atau termasuk dosa, atau mungkin diizinkan (dalam Islam)? Kami sangat ingin para ulama yang memahami hal ini secara detail.

Jawaban:

Apa yang diajarkan (Islam) ketika bertemu adalah memberi salam dan berjabat tangan. Namun jika bertemu setelah melakukan perjalanan jauh (safar) yang dituntunkan adalah saling berpelukan. Hal ini sebagaimana diriwayatkan dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika bertemu biasanya mereka bersalaman satu dan lainnya. Dan jika kembali dari perjalanan, mereka saling berpelukan.”

Adapun mengenai mencium pipi yang ditanyakan, kami tidak mengetahui adanya ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan hal itu.

Wa billahit taufiq. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Fatwa Al Lajnah Ad Daimah, pertanyaan ketiga, no. 20222

Sumber: http://sahab.net/forums/showthread.php?t=362296


Ini dari saya :
Sebaiknya jadi bagaimana ?
Jalankan yang sunnah maka itu yang berfaidah .. Allahu A'lam ...

Ditulis Oleh : muhammad yusuf ~ Blog Pribadi Abu Iram Al-Atsary

Mutiara Nasehat Dari Para Salafush Sholih

Mutiara Nasehat Dari Para Salafush Sholih

Segala puji bagi Allah, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Sang pembawa lentera ilmu dan bimbingan. Demikian pula semoga dicurahkan kepada para sahabatnya yang berjihad dengan segenap harta dan diri mereka di jalan-Nya, begitu pula para pengikut mereka di sepanjang masa. Amma ba’du.


Asma’ binti Abu Bakar radhiyallahu’anhuma meriwayatkan, suatu saat dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada seorang pun yang lebih pencemburu daripada Allah ‘azza wa jalla.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/28] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang mukmin itu merasa cemburu, sedangkan Allah lebih besar rasa cemburunya -daripada dirinya-.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/29] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Kapan Allah cemburu?
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah merasa cemburu. Dan seorang mukmin pun merasa cemburu. Adapun kecemburuan Allah itu akan bangkit tatkala seorang mukmin melakukan sesuatu yang Allah haramkan atasnya.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/28] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada satupun sosok yang lebih menyukai pujian kepada dirinya dibandingkan Allah. Oleh sebab itulah Allah pun memuji diri-Nya sendiri. Dan tidak ada seorang pun yang lebih punya rasa cemburu dibandingkan Allah, dikarenakan itulah maka Allah pun mengharamkan perkara-perkara yang keji.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/27] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Kapan Allah gembira?
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh, Allah sangat-sangat bergembira terhadap taubat salah seorang di antara kalian jauh melebihi kegembiraan salah seorang dari kalian di saat ia berhasil menemukan kembali ontanya yang telah menghilang.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/13] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Anas bin Malik radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh, Allah jauh-jauh lebih bergembira terhadap taubat hamba-Nya ketika dia bertaubat kepada-Nya daripada salah seorang dari kalian yang suatu saat mengendarai hewan tunggangannya di suatu padang yang luas namun tiba-tiba hewan itu lepas darinya. Padahal di atasnya terdapat makanan dan minumannya. Dia pun berputus asa untuk bisa mendapatkannya kembali. Lalu dia mendatangi sebuah pohon kemudian berbaring di bawah naungannya dengan perasaan putus asa dari memperoleh tunggangannya tadi. Ketika dia sedang larut dalam perasaan semacam itu, tiba-tiba hewan tadi telah ada berdiri di sisinya. Lalu dia pun meraih tali pengikat hewan tadi, dan karena saking bergembiranya dia pun berkata, ‘Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Rabbmu.’ Dia salah berucap gara-gara saking gembiranya. “ (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/16] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Allah amat menyayangi kalian!
Umar bin al-Khaththab radhiyallahu’anhu meriwayatkan bahwa suatu ketika didatangkan di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serombongan tawanan perang. Ternyata ada seorang perempuan yang ikut dalam rombongan itu. Dia sedang mencari-cari sesuatu -yaitu anaknya, pent-. Setiap kali dia menjumpai bayi di antara rombongan tawanan itu maka dia pun langsung mengambil dan memeluknya ke perutnya dan menyusuinya. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata kepada kami, “Apakah menurut kalian perempuan ini akan tega melemparkan anaknya ke dalam kobaran api?”. Maka kamipun menjawab, “Tentu saja dia tidak akan mau melakukannya, demi Allah. Walaupun dia sanggup, pasti dia tidak mau melemparkan anaknya -ke dalamnya-.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengatakan, “Sungguh, Allah jauh lebih menyayangi hamba-hamba-Nya dibandingkan -kasih sayang- perempuan ini kepada anaknya.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/21] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Bertaubatlah, sekarang juga!
Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu’anhu menuturkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla membentangkan tangan-Nya di waktu malam agar orang yang berbuat dosa di siang hari segera bertaubat. Dan Allah bentangkan tangan-Nya di waktu siang agar orang yang berbuat dosa di waktu malam hari segera bertaubat. Sampai matahari terbit dari tempat tenggelamnya.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/26] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semua umatku akan dimaafkan kecuali orang yang melakukan dosa secara terang-terangan. Termasuk perbuatan dosa yang terang-terangan yaitu apabila seorang hamba pada malam hari melakukan perbuatan (dosa) lalu menemui waktu pagi dalam keadaan dosanya telah ditutupi oleh Rabbnya, namun setelah itu dia justru mengatakan, ‘Wahai fulan, tadi malam saya melakukan ini dan itu’. Padahal sepanjang malam itu Rabbnya telah menutupi aibnya sehingga dia pun bisa melalui malamnya dengan dosa yang telah ditutupi oleh Rabbnya itu. Akan tetapi pagi harinya dia justru menyingkap tabir yang Allah berikan untuk menutupi aibnya itu.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/225] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Jangan sepelekan maksiat
Anas bin Malik radhiyallahu’anhu mengatakan, “Sesungguhnya kalian akan melakukan perbuatan-perbuatan yang dalam pandangan mata kalian hal itu lebih ringan daripada helaian rambut. Sementara kami dulu di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganggapnya termasuk perkara-perkara yang membinasakan.” (HR. Bukhari, lihat Fath al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari [11/372] cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H)

Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba bisa saja hanya mengucapkan suatu kalimat namun hal itu menyebabkan dirinya terjerumus ke dalam neraka lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/234] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Tanda kiamat sudah dekat
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila amanah telah disia-siakan maka tunggulah hari kiamat.” Ada yang berkata, “Bagaimanakah -contoh bentuk- penyia-nyiaannya wahai Rasulullah?”. Maka beliau menjawab, “Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya.” (HR. Bukhari, lihat Fath al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari [11/377] cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H)

Jangan hanya bicara, amalkan ilmu
Usamah bin Zaid radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kelak pada hari kiamat didatangkan seorang lelaki lalu dilemparkan ke dalam neraka. Maka usus perutnya pun terburai lalu dia pun berputar-putar dengannya sebagaimana halnya seekor keledai yang mengelilingi alat penggiling. Maka para penduduk neraka pun berkeumpul mengerumuninya. Mereka mengatakan, ‘Wahai fulan, apa yang terjadi padamu. Bukankah dulu kamu memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang mungkar?’. Dia menjawab, ‘Benar. Aku dulu memang memerintahkan yang ma’ruf tapi aku sendiri tidak melaksanakannya. Dan aku juga melarang dari yang mungkar namun aku sendiri justru melakukannya.’.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/235] cet. Dar Ibnu al-Haitsam tahun 2003)

Sabar, Dunia hanya sebentar
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dunia adalah penjara bagi seorang mukmin dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/214] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Anas bin Malik radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Surga diliputi oleh perkara-perkara yang terasa tidak menyenangkan, sedangkan neraka diliputi oleh perkara-perkara yang terasa menyenangkan hawa nafsu.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/101] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Anas bin Malik radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ya Allah, tiada kehidupan yang sejati melainkan kehidupan akherat…” (HR. Bukhari, lihat Fath al-Bari [11/260] cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H).

Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang berusaha menjaga kehormatannya maka Allah pun akan mengaruniakan iffah/terjaganya kehormatan kepadanya. Barangsiapa yang melatih diri untuk bersabar maka Allah akan jadikan dia penyabar. Barangsiapa yang melatih diri untuk senantiasa merasa cukup maka niscaya Allah akan beri kecukupan untuk dirinya. Tidaklah kalian diberikan suatu karunia yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran.” (HR. Bukhari, lihat Fath al-Bari [11/343] cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H)

Jangan tertipu oleh dunia!
Amr bin Auf radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukanlah kemiskinan yang kukhawatirkan menimpa kalian. Akan tetapi sesungguhnya yang kukhawatirkan menimpa kalian adalah ketika dunia dibentangkan untuk kalian sebagaimana dibentangkan kepada orang-orang sebelum kalian sehingga kalian pun berlomba-lomba untuk meraupnya sebagaimana dahulu mereka berlomba-lomba mendapatkannya. Dan dunia mencelakakan kalian sebagaimana dulu dunia telah mencelakakan mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/216] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003 dan Fath al-Bari [11/274] cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H)

‘Aisyah radhiyallahu’anha menceritakan, “Keluarga Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sejak awal tiba di Madinah tidak pernah sampai merasakan kenyang karena menyantap hidangan gandum halus selama tiga malam berturut-turut sampai beliau meninggal.” (HR. Bukhari, lihat Fath al-Bari [11/327] cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H)

‘Aisyah radhiyallahu’anha menceritakan, “Keluarga Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah memakan dua jenis makanan dalam sehari kecuali salah satunya pasti kurma kering.” (HR. Bukhari, lihat Fath al-Bari [11/329] cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H)

Ikhlaslah!
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah tabaraka wa ta’ala berfirman, ‘Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang di dalamnya dia mempersekutukan selain-Ku bersama dengan diri-Ku maka akan Kutinggalkan dia bersama kesyirikannya.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/232] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, kaya jiwanya (merasa cukup), dan tersembunyi (tidak suka menonjol-nonjolkan diri, pent).” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/220] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukanlah kekayaan yang sejati itu kekayaan yang berupa melimpahnya perbendaharaan dunia. Akan tetapi kekayaan yang sesungguhnya adalah kekayaan di dalam hati -merasa cukup dengan pemberian Allah, pent-.” (HR. Bukhari, lihat Fath al-Bari [11/306] cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H)

Kenikmatan tiada tara menanti di sana…
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah ‘azza wa jalla berfirman, ‘Aku telah persiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang soleh kenikmatan yang belum pernah dilihat mata, belum pernah terdengar telinga, dan belum pernah terlintas dalam hati manusia.’.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/102] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang masuk surga maka dia akan selalu senang dan tidak akan merasa susah. Pakaiannya tidak akan usang dan kepemudaannya tidak akan habis.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/110] cet. Dar Ibnu al-Haitsam tahun 2003)

Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila para penduduk surga telah memasuki surga dan para penduduk neraka pun telah memasuki neraka maka didatangkanlah kematian hingga diletakkan di antara surga dan neraka, kemudian kematian itu disembelih. Lalu ada yang menyeru, ‘Wahai penduduk surga, kematian sudah tiada. Wahai penduduk neraka, kematian sudah tiada’. Maka penduduk surga pun semakin bertambah gembira sedangkan penduduk neraka semakin bertambah sedih karenanya.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/120-121] cet. Dar Ibnu al-Haitsam tahun 2003)

Saudariku, jangan kau seperti mereka!
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua kelompok manusia calon penghuni neraka yang belum pernah kulihat keduanya. Suatu kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi yang dengannya mereka memukuli manusia. Dan kaum perempuan yang berpakaian tapi telanjang, yang menyimpang dan mengajak orang lain untuk ikut menyimpang. Kepala mereka seperti punuk onta yang miring. Mereka tidak akan masuk surga, dan tidak akan mencium baunya. Padahal baunya akan bisa tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/124] cet. Dar Ibnu al-Haitsam tahun 2003)

Kiamat terlalu dahsyat untuk dibayangkan!
Aisyah radhiyallahu’anha meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada hari kiamat umat manusia akan dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan belum dikhitan.” Maka Aisyah mengatakan, “Wahai Rasulullah, perempuan dan laki-laki dikumpulkan menjadi satu? Tentu saja mereka akan saling melihat satu dengan yang lain.” Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya urusan di waktu itu lebih dahsyat sehingga tidak sempat bagi mereka untuk saling memperhatikan satu dengan yang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/126] cet. Dar Ibnu al-Haitsam tahun 2003)

Istiqomahlah!
‘Aisyah radhiyallahu’anha menceritakan, “Amal yang paling disenangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang dikerjakan secara terus menerus oleh pelakunya.” (HR. Bukhari, lihat Fath al-Bari [11/332] cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H)

‘Aisyah radhiyallahu’anha meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berbuatlah sebaik dan selurus mungkin dan lakukan apa yang paling mendekati ideal. Ketahuilah sesungguhnya bukan amal kalian semata yang bisa memasukkan kalian ke surga. Dan sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah yang paling kontinyu walaupun hanya sedikit.” (HR. Bukhari, lihat Fath al-Bari [11/335] cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H)

Demikianlah yang bisa kami sajikan ke hadapan para pembaca yang mulia, dengan harapan Allah berkenan untuk mengaruniakan petunjuk dan bimbingan-Nya ke dalam hati kita sehingga akan semakin meningkatkan rasa cinta kita kepada-Nya, harap dan takut serta tawakal hanya kepada Rabb alam semesta. Teriring doa semoga Allah mengampuni semua dosa kita di masa lalu, dan semoga Allah -Yang Maha Pemberi petunjuk- menuntun kita agar tetap berjalan di atas shirathal mustaqim sampai ajal tiba. Akhirnya, segala puji bagi Allah yang dengan karunia-Nya segala kebaikan bisa menjadi terlaksana. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam.

Diambil dari : http://abumushlih.com

Tajassus dan Tahassus itu Penyakit Kita


Penyakit KITA


Hidup ini realistis ya..
Jika anda memperhatikan orang-orang disekitar anda, maka bervariatif karakternya, dari mulai yang ramah, supel, pandai bergaul, bisa menahan kata dari tajamnya lidah hingga ke yang gemar senantiasa mencurigai dan memata matai saudaranya dan mencari-cari kesalahannya ..




Beberapa hal diatas ada yang terkait dengan karakter sifat kemanusiaan dan ada yang berupa penyakit, semisal ramah, judes, murah senyum, kaku, pandai bergaul / supel, itu adalah sifat dasar manusia dengan kata lain karakteristik bawaannya, adapun tajam lidah, gemar memata - matai, hasad alias iri hati bin dengki adalah penyakit termasuk tahassus dan tajassus 

Nah loh, apa sih Tahassus dan Tajassus itu ?

Allah ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain (tajassus) dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang” [QS. Al-Hujuraat : 12].

Ibnul-Jauziy rahimahullah berkata :

قال المفسرون : التجسس : البحث عن عيب المسلمين وعوراتهم؛ فالمعنى : لا يبحث أحدكم عن عيب أخيه ليطلع عليه إذ ستره الله.

“Para ahli tafsir berkata : Kata ‘tajassus’ maknanya mencari-cari aib dan kekurangan/kelemahan dari kaum muslimin. Sehingga maknanya ayat itu adalah : Janganlah salah seorang di antara kalian mencari-cari aib saudaranya dan berupaya menampakkannya, padahal Allah menutupinya” [Zaadul-Maasir, 7/471; Al-Maktab Al-Islaamiy, Cet. 3/1404 H].

Larangan yang ada dalam ayat di atas juga dikatakan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبِّهٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ، وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا "

Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Muhammad : Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Abdullah : Telah mengkhabarkan kepada kami Ma’mar, dari Hammaam bin Munabbih, dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Berhati-hatilah kalian terhadap prasangka (buruk), karena prasangka (buruk) itu adalah sedusta-dusta perkataan. Janganlah kalian saling mencari-cari kejelekan (tahassus), saling memata-matai (tajassus), saling hasad, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian, wahai hamba-hamba Allah, orang-orang yang bersaudara” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6064].

Dari hadits di atas dapat diketahui bahwa persaudaraan Islam yang hakiki tidaklah akan terwujud dengan keberadaan prasangka (buruk), tahassus, tajassus, hasad, saling menjauhi, dan saling membenci. Persaudaraan akan terwujud dengan meninggalkan semua bentuk akhlak tercela tersebut.

Karakter bawaan manusia memang sulit dirubah semisal seorang yang supel lantas disuruh menjadi pendiam, ya yakin sulit, adapun penyakit Insya Allah masih bisa diobati.. Allahu A'lam

Ditulis Oleh : muhammad yusuf ~ Blog Pribadi Abu Iram Al-Atsary

Ilustrasi Sebuah Cinta


Ilustrasi sebuah cinta


Pernahkah engkau merasakan adanya perwujudan dari sebuah cinta ? 

Bukan...bukan kecupan yang aku maksudkan.. bukan sekedar belaian, bukan sekedar hangatnya sebuah pelukan dan tatapan suami atau istrimu ... karena itu lumrah dan biasa dilakukan ...

Ada satu perwujudan cinta .. yang sangat luarbiasa indah dan luarbiasanya takkan dapat digambarkan sekalipun dikumpulkan seluruh kata luarbiasa yang ada dipermukaan bumi ini ..


Bagaimana reaksimu jika orang yang engkau cintai, mampu menuruti kata-katamu? 

Owh tentu akan sangat..sangat .. sangat senang bukan? Pasti !!

Lalu jika dia melanggar ucapanmu? Melakukan apa yang engkau larang? 

Kecewa berat tentunya !! 
Kesal iya !!
Benci malah bisa !!
Malah terkadang sampai Memusuhinya !!

Saat dia menyadarinya,...
Meminta maafmu.. 
apa reaksimu ?

Mungkin jika salahnya kecil bisa engkau maafkan...
Tapi jika kesalahannya besar ? 
Sulitttttt.... sulittttt sekali memaafkan..
hatimu robek,
jiwamu akan marah, 
apalagi jika dia meminta maaf sambil melakukan sebuah kesalahan lagi yang sangat fatal, yang menghinakan, yang tak layak dilakukannya, maka engkau bukannya akan memaafkan, malah bisa mengusirnya !! Ya mungkin engkau malah takkan memaafkannya.. itulah kita, manusia dengan keadaan yang ala kadarnya, manusia dengan segala khilaf dan kelemahannya, ..

Manusia selalu merasa ingin dihargai
tapi tak mampu menghormati..
ingin diperlakukan sopan..
tapi tak tahu etika..
ingin diperlakukan lembut
tapi bergaya preman
ingin didahulukan
tapi gemar salip-salipan..
ya..takkan beres posting ini kalo saya menyebutkan semua kelemahan diri ini ... 

ya itulah gambaran manusia dari ayat :
“Manusia itu diciptakan dalam keadaan lemah.” (An Nisa’: 28)

“Sesungguhnya manusia itu sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Ibrahim: 34)

Namun... ada pemilik cinta yang bisa menjadi teladan bagi kita, menjadi pedoman didalam perbuatan, didalam bersikap.. 

Membenci dan membalas hanya sekadar sesuai dengan kesalahan yang terjadi, namun memaafkan dan menyayang dengan lipatan kasih sayang yang berlimpah... mari kita simak ...

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:

لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلَاةٍ فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَأَيِسَ مِنْهَا فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِي ظِلِّهَا قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا قَائِمَةً عِنْدَهُ فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ اللَّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِي وَأَنَا رَبُّكَ أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ 

Sesungguhnya Allah lebih sangat gembira dengan taubat hambaNya ketika bertaubat kepadaNya, daripada (gembiranya) seseorang di antara kamu yang berada di atas kendaraannya, di tanah yang gersang. Kemudian kendaraannya lari darinya, sedangkan di atasnya terdapat makanan dan minumannya, sehingga dia putus asa darinya. Lalu dia mendatangi sebuah pohon, kemudian berbaring di bawah naungannya, dia telah putus asa dari kendaraannya. Ketika dia dalam keadaan demikian tiba-tiba kendaraannya berdiri di dekatnya, lalu dia memegang kendalinya. Kemudian dia berkata karena sangat gembiranya: “Wahai Allah Engkau adalah hambaKu, dan aku adalah RabbMu (TuhanMu)”. Dia keliru berkata sangat gembiranya. [HSR. Bukhari no:6308; Muslim no: 2747, lafazh bagi Muslim]

Perhatikan kisah diatas, begitu gembiranya Allah menerima taubat seorang hambanya.. 

Si hamba mungkin saja pendusta, penghianat bangsa, pembunuh, dan penjahat kelas kakap atau bahkan pernah menyembah dan beribadah kepada selain Allah, tapi Allah sungguh maha pemurah...
inilah diantara salah satu bentuk cinta .. keteladanan cinta, dan perwujudan cinta yang sebenarnya..!! Dan jika kita bandingkan dengan kita...sungguh jauh berbeda..

Rasulullah bersabda:

إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ

“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama nyawa belum sampai kerongkongan.” (HR. At Tirmidzi no. 3537, dari sahabat Ibnu umar) 

dalam hadits Qudsi, Allah berfirman:

سَبَقَتْ رَحْمَتِي غَضَبِي

“Sungguh rahmat-Ku telah mendahului kemurkaan-Ku.” (H.R. Muslim no. 2751)

Dan sungguh benar pula berita dari sabda Rasulullah:

لَوْ أَخْطَأْتُمْ حَتَّى تَبْلُغَ السَّمَاءَ ثُمَّ تُبْتُمْ لَتَابَ اللهُ عَلَيْكُمْ

“Kalau sekiranya kalian mempunyai dosa atau kesalahan sampai memenuhi langit kemudian kalian bertaubat, niscaya Allah akan menerima taubat kalian.” (H.R. Ibnu Majah no. 4248, lihat Ash Shahihah no. 903, 1951)

Maka masihkah engkau meragukan rahmat dan kasih sayang Allah? Padahal kita melakukan dosa dan maksiat disetiap waktu dan disetiap tempat... maka segeralah kita kembali kepada Nya dengan mencoba dan berusaha mengikuti jalan-jalan petunjukNya.. 

Semoga Allah senantiasa membimbing kita .. dan menunjuki hingga mendapatkan husnul khatimah dijauhkan dari su'ul khotimah.

Ditulis Oleh : muhammad yusuf ~ Blog Pribadi Abu Iram Al-Atsary

Kesedihan yang paling terasa adalah kehilangan



::Kesedihan yang paling terasa kehilangan:: 

Sudah takdir kita semua, ada pertemuan ada perpisahan, ada perpisahan karena jarak, ada perpisahan karena masalah, dan ada perpisahan karena wafat. 

Terkadang, disaat kita sedang sayang sayangnya, kita harus berpisah dan terpisah, ya inilah hidup kita, manusia tak pernah menghendaki dirinya hidup dan berkelana dialam raya ini, namun disaat menjalaninya manusia memiliki kebetahan, dan dengan adanya kasih sayang, kecintaan dan perasaan saling berbagi dan peduli, maka semua itu menjadikan kita senantiasa memiliki rasa ketakutan untuk berpisah.


Namun itu semua wajar saudaraku, bahkan tangisan yang terkadang mengiringi perpisahan tersebut masih bisa dikatakan boleh dan wajar disaat kita tidak sampai meratapi dan berbuat lupa diri, Nabi pun pernah menangis, Nabi pun bersedih. Ya itulah sifat manusia.

Berat memang merelakan sebuah kepergian, sulit memang mengatasi rasa kehilangan, semua kenangan begitu nyata dan membayang, semua jejak ada disekitar kita yang senantiasa mengingatkan akannya. Dan sungguh justru disitulah letak ujian terbesar kita. Apakah disaat - saat tersebut kita mampu menjalaninya, apakah malah goyah dan kehilangan arah.

Apalagi jika yang hilang adalah seorang figur Imam, Imam yang baik dan sulit tergantikan posisinya , lalu jika sudah terjadi demikian,, sebaiknya apa yang mesti kita lakukan ? Mengurung diri ? Marah dan benci atas takdir kita ? atau menyesali semuanya dan bertanya "MENGAPA INI TERJADI PADAKU?"

Saudaraku dan saudariku tercinta...
Allah telah membuat suatu takdir untuk kita dan menetapkannya dan hal itu masih ghaib bagi kita, maka jalan terbaik adalah berusaha menumbuhkan kesadaran, sadar akan ketentuannya dan sadar akan apa yang telah digariskannya. 

Maka sebaiknyalah kita :

1. Bersabar dan mewujudkan kata ini memang tidak mudah, namun dengan mengingat Allah dan mengutamakan prasangka atas ketentuanNya bisa memalingkan kesedihan, bisa mengurangi beban, satu kata yang sangat SULIT dan bahkan jauh lebih mudah mengatakannya dibanding menjalaninya, tapi kesabaran tersebut memang dibutuhkan dan layak dilaksanakan .

2. Bangkitlah dan bangun dari keterpurukan, dan sadarilah bahwasannya apa yang kita lakukan tidak akan mampu mengembalikan semuanya yang telah pergi, maka jalan terbaik adalah menerima dan berusahalah ikhlas, dengan menumbuhkan kesadaran maka ini insya Allah bisa dilaksanakan walau terasa sangat berat melangkah sendirian.

3. Menyadari adanya titipan yang mesti dijaga, yaitu harta, anak-anak dan amanahnya agar kita menjadi peringan bebannya di alam sana, maka dengan menyadari ini , kita akan terpacu berbuat kebaikan, maka ingatkan anak-anak kita akan ini, betapa si ayah atau ibu akan ditanya tentang apa yang terjadi pada ahli warisnya, mengapa si anak wanitanya tak berjilbab ? Mengapa si anaknya begini dan begitu ? Maka jika benar menyayangi tentu akan melakukan yang terbaik untuk yang tersayang. Maka jalan terbaik adalah mendoakannya dan berusaha menjadi manusia yang terbaik baginya, yang kelak akan bisa membantunya mengurangi beban hisabnya di akhirat kelak 

4. Berusaha menjaga amanahnya, memanfaatkan harta peninggalannya dengan baik, menggunakannya dengan benar, bukan memanjakan anak dengan menuruti semua keinginannya, karena dengan melakukan demikian, maka sama dengan menyuruh anak masuk kedalam lubang, berikan kesadaran dan pemahaman bahwa "kita" saat ini mesti benar-benar berjuang, dan prihatin karena Allah menguji dengan musibah yang bisa menghasilkan banyak pahala disaat kita benar menjalaninya 

Tiada gading yang tak retak memang, begitu pula dengan benteng diri dan hati, bisa saja di lain waktu dan hari kita jatuh terkenang dengan memori , terkenang dengan jejak, namun segeralah bangkit dari keburukan, ingat realita ada didepan kita, dan melakukan yang terbaik selama ada di alam dunia ini merupakan kunci kebaikan, kita hidup dialam nyata jadi jangan terbuai oleh alam khayalan, inilah realita dan inilah suasana, kehilangan bukan berarti kita harus jatuh dalam keterpurukan, SEMANGAT !!

Terakhir, jangan minder menjadi janda, karena ketahuilah, para janda banyak mencetak para ulama, semisal Imam Bukhori, Imam Syafi'i, dan sederet lainnya para ulama yang tumbuh dan besar di tangan seorang janda, seorang janda itu kuat, seorang janda itu luar biasa, disaat dia bisa berpegang dan tega diatas jalan yang halal, yang mencari rizki melalui sumber yang diberkahi, bukan masuk kedalam sumber syubhat, maka tetapkan kakimu diatas jalan yang di ridhoiNya, biarlah hari ini susah , insya Allah akan ada satu masa yang membuatmu tersenyum karena bangga dengan hasil usaha mu sendiri yang di berkahi Allah, anak-anakmu akan membesar, dan meraka jika didik dengan nuansa agama, maka kelak bisa membuatmu tersenyum bangga, dan suami mu akan jauh mendapatkan keringanan atas mereka dan membuatmu kelak bertemu dengan suamimu disana tersenyum dalam keadaan bahagia ... Insya Allah.. 

Semoga para sahabat saya yang telah mendahului saya diberikan kemudahan hisabnya dan mendapatkan nikmat kubur, serta para ahlinya dijadikan manusia-manusia beriman yang tangguh, yang berguna bagi agama Islam ini , hanya do'a yang mampu terurai, semoga Allah merahmati kalian ..

Ditulis Oleh : muhammad yusuf ~ Blog Pribadi Abu Iram Al-Atsary

Deru Debu Perjalanan Hidup Manusia ..


Deru Debu Perjalanan Hidup Manusia..

Ada banyak sisi kehidupan manusia yang bisa kita lihat, kita baca dan kita ceritakan, baik dari pengalaman melihat, membaca, menyaksikan atau mendengarkan ...


Statistik kehidupan manusia yang manakah yang tak pernah naik turun grafiknya ? Saya rasa tak ada, kalau dia mengaku dan berkata : "Ah saya mah biasa saja tuch .." sungguh dia telah berdusta, karena Nabi shollallaahu 'alaihi wasallam saja tertawa, tersenyum, sedih dan menangis.. lalu apakah dia hebat melebihi Nabi ? 

Adapun perbedaan mendasar kita dengan Nabi adalah sebagaimana kandungan dari makna syahadatain, yaitu Nabi adalah manusia biasa sama persis seperti kita, yang bisa lapar, haus, menderita, sakit dan berurai air mata, namun Nabi di istimewakan dengan wahyu, sehingga setiap langkahnya, gerak geriknya telah Allah setting dan menjadi sebuah pelajaran bagi ummatnya dengan apa yang para ulama sebut sebagai sunnahnya..

Jelas berbeda sunnah makna aqidah dan sunnah makna fiqiyyah, kalau belom tahu artinya silahkan tanya ke ustadz anda.. 

Nabi berbicara dengan wahyu, "Dan tidaklah Nabi berkata-kata dengan hawa nafsunya melainkan dengan wahyu dari Nya .." 

Adapun kita ? Kita hanyalah seonggok daging hina yang berulang kali jatuh kedalam dosa dan kesalahan, tapi sayangnya saat memperingati orang lain bersalah kita terkesan berlebihan, bahkan seolah-olah kesalahan itu tak pernah ada didalam diri kita.. contohnya apa ? Fikir saja sendiri ya.. tanya kenapa ...

Semisal kita seringkali berbicara ikhlas.. ikhlas itu bla...bla..bla..bla... namun disaat lain waktu kita terjebak kedalam perkataan : "Ah elo kalo bukan dari gue mana bisa elo begini ? Dasar lo buta baru melek... "

Ataupun kita keras dalam hal mentahdzir orang lain yang bermaksiat, dikemudian hari kita sendiri yang terjebak, disaat itu kita saat dinasehati dan diingatkan dengan ucapan kita sendiri, kita cuma tertawa tanpa dosa : "he..he...he.. hee.."

Inilah kita manusia, makhluk yang selalu berkeinginan seperti bunyi iklan sebuah kendaraan : "SELALU TERDEPAN" , " INOVASI TIADA HENTI" , namun disisi lain kita belum mampu mewujudkan apa yang kita tulis dan sampaikan.. 

Namun ada sisi yang jarang sekali disorot, yaitu :
"Biarkan kebaikan tersampaikan, sekalipun mungkin dia belum mampu melaksanakan.."
Namun ini memiliki syarat dan ketentuan yang berlaku, yaitu : Kebenarannya shohih, berasal dari al-qur'an dan sunnah 'ala fahm salaful ummah, ...

Da'wah memang tugas da'i dan ulama,namun bukan berarti kita tak boleh menyampaikan apa yang disampaikan oleh para da'i dan ulama, artinya copas yang shohih memang telah diajarkan oleh Nabi shollallahu 'alaihi wasallam disaat khutbah di haji wada dengan kalimat : "...Sampaikanlah oleh kalian yang hadir kepada yang tidak hadir ..." 

Namun inipun memiliki etika, yaitu menyampaikan tanpa menghukumi, dengan kata lain katakalanlah : 
"Ini adalah petunjuk ulama yang saya dapatkan,.. "

Selesai tanpa anda perlu berjauh-jauh diri berpanjang kalam dan berdebat ria sedangkan kita sendiri belum mempunyai ilmu yang bisa memahaminya secara pasti. 

Semisal yang namanya perintah, larangan, ini sangat terkait dengan memahami masalah ushul fiqih, diantaranya adalah :

- Jenis perintah dan larangan yang bagaimana yang sebenarnya mutlak haram dan berdosa..

- Jenis perintah dan larangan mana yang hanya masuk kedalam perkara yang tidak disukai..

- Memahami perkara khilaf yang terjadi didalamnya, .. 

Ini hanya contoh sederhana, sehingga naif rasanya kita yang belajar karbitan seolah-olah lebih menguasai medan da'wah dan paling pandai, sehingga... membaca status yang tak enak hati langsung tegang, membaca tulisan yang kita "rasa" ga cocok dengan selera langsung tensi tegang, melihat sesuatu yang dirasa tak sedap dipandang langsung protes terang-terangan, ngedumel, mencaci maki, padahal kemampuan tak melebihi ujung sandal. 

Dan seringkali terjadi kesalahan pemahaman , misal fatwa tentang "X" maksudnya sekedar himbauan, tapi begitu sampai dibawah sampai tahdzir-tahdziran, tanya kenapa ? sebabnya yang memahami fatwa adalah orang-orang yang tak memahami ushul, sehingga fatwa yang biasanya bersifat umum, untuk masyarakat awam, terkait suatu kondisi di suatu tempat, terkait dengan sesuatu yang terjadi di suatu keadaan digunakan secara umum dan dipaksakan untuk digunakan dengan kondisi yang berbeda, padahal fatwa itu tidak berlaku sepanjang zaman, oleh karena itu dalam memahami sebuah fatwa mestilah memahami sebab akibat munculnya fatwa tersebut. 

Saya beri contoh, dibeberapa web penghujat da'wah salafiyyah, mereka habis-habisan menonjolkan fatwa syaikh Albany yang memfatwakan agar penduduk palestine keluar dari negerinya, ini mereka ekspos secara ghuluw agar menjatuhkan kredibilitas seorang 'alim Rabbaniyyin yang berfatwa dalam suatu waqi' (kondisi) , mereka mengejek :
- LIHAT SI ALBANY PRO YAHUDI, MENYURUH KAUM MUSLIMIN MENYERAHKAN TANAH MEREKA...
- LIHAT SI ALBANY BERFATWA SESUAI PESANAN TUANNYA SI YAHUDI...
- LIHAT SI ALBANY PENGECUT TAKUT BERPERANG...
- DLL ...

Astaghfirullah, begitu memprovokasi , namun sayang tak berbobot sama sekali..

Bagi orang-orang yang memahami medan da'wah dan memiliki ilmu tentangnya ini adalah sebuah kelucuan, karena syaikh rahimahullah berfatwa setelah melihat kondisi kaum muslimin yang tertekan, kehilangan kekuatan, daripada mereka habis dibantai, maka sebaiknya mereka keluar untuk mengumpulkan kekuatan. 

Bukankah nabi hijrah disaat sudah tak didapati bertahan di mekkah? APAKAH NABI PENGECUT DAN TAK PERCAYA PADA PERTOLONGAN ALLAH ? 

Bukankah nabi pernah mengalah diperjanjian hudaibiyyah dengan mencantumkan nama Muhammad Bin Abdullah padahal beliau menginginkan Muhammad rasulullah ? 

Inilah diantaranya .. namun sayang kebencian mereka membutakan mata hatinya .. tanpa tahu penjelasan dan latar belakangnya mereka menjustifikasi seenak perutnya .. Wal'iydazubillah ,.. 

Inilah sekelumit deru dan debu perjalanan manusia, semua ada porsinya.. semua ada maqomnya .. maka adillah dalam semuanya, adil disini bermakna.. tempatkanlah semua pada tempat yang selayaknya .. jangan ghuluw atas sesuatu yang sebenarnya kita belum memahami dan menguasainya .. ambillah pelajarannya : 
JANGAN MENJUSTIFIKASI APA YANG KITA BELUM MENGETAHUI KEADAAN SEBENARNYA.. 

Selesai... 

Ditulis oleh Abu Iram Al-Atsary 
Di BTN Gembor Pagaden Subang

Ditulis Oleh : muhammad yusuf ~ Blog Pribadi Abu Iram Al-Atsary

"Nyaman" Satu kata yang mesti diwaspadai !!


Oleh Muhammad Yusuf Abu Iram
Bermula dari menumpuknya masalah, lalu berusaha mencari sebuah solusi, dan kemudian curhat lalu dekat dan menjadi sahabat, kemudian ... merasa "Nyaman"



Oke oke.. tak mengapa sih jika yang anda ajak bicara itu sesama jenis, misal jin dengan jin, eh maksudnya lelaki dengan pria dan perempuan dengan wanita, apalagi jika si kawan dekat sahabat itu seorang yang amanah dan mampu menjaga rahasia serta luas pengalaman hidupnya, sehingga kita bisa menimba banyak manfaat dari dia, kalau berbeda jenis semisal wanita dengan pria ?

Nah ini yang menjadi topik hangatnya ...
Terkadang... saat bertumpuk masalah berat, kita membutuhkan seseorang, lalu dengan bercerita maka sedikit banyaknya bisa melapangkan beban kita, it's true .. but you should watch out for something, that Satan can make you drift caused by a sense of comfort when you feel comfortable sharing, then you will feel missed if you do not say hello, feel missed if you do not hear his voice, this is the love bug! jika anda merasa nyaman dengan kawan anda yang berbeda jenisnya dari anda ..

Akhirnya sehari tak menyapa serasa sewindu lamanya, sehari tak mendengar suaranya, serasa dunia bersuhu 70 derajat ..Ya itu tandanya engkau telah jatuh hati dan jatuh cinta.. !!

Dada rasa sesak , fikiran gelap, mata kunang-kunang seolah olah tensi low blood pressure , kemanakah si dia ? kok tumben tak menyapa? mana untaian kalimatnya yang mampu membuat hati ini nyaman, bahkan saat telpon binar binar dan rona rona bintang kecil bertaburan, dia bawakan nasehat begitu indah, sampai sampai saat ingin diingat ulang ternyata engga tau sama sekali apa isi dan maksudnya, yang ada cuma rasa ketenangan, rasa NYAMAN !!
Bahkan hati yang resah dan gelisah langsung buyar menjadi rasa nyaman setelah mendapat telpon atau sms nya.. 

Nyaman .. ya nyaman itulah suatu hal yang mesti dilihat lagi keadaan dan kedudukannya, walau nyaman namun tidak pada tempatnya, maka bukan nyaman namanya, namun bagi yang telah jatuh cinta, ya tetep aja nyaman kerasanya ya .. 

Inilah nyaman, yang berujung membuat hidup tidak nyaman, dan kenyamanan telah hilang dari makna nyaman sebenarnya , akhirnya kalo sudah terlanjur seperti ini, obatnya hanya satu : MENIKAHLAH !! Karena engkau tumpuk nyaman lama lama malah si nyaman makin membuat tidak nyaman.. 

Bagi yang telah memiliki kemampuan menafkahi istri maka segeralah menikah, dan jangan tunggu lama-lama dengan bernyaman nyaman ria, jika merasa belum mampu dan ingin merasa nyaman, maka tinggalkan si nyaman model model tipuan seperti dijelaskan diatas .. Nah pilih mana ? nyaman nyamanan atau nyaman beneran ? Semua kembali kepada anda .. 

Mau tau nyaman yang sesungguhnya ? Ini Loh !! 

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (Ar-Rum: 21)

Nah nyaman (tentram) seperti ayat diataslah nyaman yang sesungguhnya .. Allahu A'lam

Ditulis Oleh : muhammad yusuf ~ Blog Pribadi Abu Iram Al-Atsary

Seindah Cinta Ketika Berlabuh



bagus
Awalnya, aku bertemu dengannya di sebuah acara yang diselenggarakan di rumahku sendiri. Gadis itu sangat berbeda dengan cewek-cewek lain yang sibuk berbicara dengan laki-laki dan berpasang-pasangan. Sedangkan dia dengan pakaian muslimah rapi yang dikenakannya membantu mamaku menyiapkan hidangan dan segala kebutuhan dalam acara tersebut. Sesekali gadis itu bermain di taman bersama anak-anak kecil yang lucu, kulihat betapa lembutnya dia dengan senyuman manis kepada anak-anak. Dari sikapnya itu aku tertarik untuk mengenalnya. Akhirnya dengan pede-nya keberanikan diri untuk mendekatinya dan hendak berkenalan dengannya. Namun, kenyataannya dia menolak bersalaman dengannku, dan cuma mengatakan, “Maaf…” dan berlalu begitu saja meninggalkanku.
Betapa malunya aku terhadap teman-teman yang berada di sekitarku.“Ini cewek kok jual mahal banget !” Padahal begitu banyak cewek yang justru berlomba-lomba mau jadi pacarku. Dia, mau kenalan saja tidak mau !” ujarku. Dari kejadian itu aku menjadi penasaran dengan gadis tersebut. Lalu aku mencari tahu tentangnya. Ternyata dia adalah anak tunggal sahabat rekan bisnis papa. Setiap ada acara pertemuan di rumah gadis itu, aku selalu ikut bersama papa.

Gadis itu bernama Nina, kuliah di Fakultas Kedokteran dan dia anak yang tidak suka berpesta, berfoya-foya, dan keluyuran seperti cewek kebanyakan di kalangan kami. Aku pun jarang melihatnya jika aku pergi ke rumahnya; dengan berbagai alasan yang kudengar dari pembantunya: sakitlah, lagi mengerjakan tugas, atau kecapaian. Pokoknya, dia tidak pernah mau keluar.
Hingga suatu hari aku dan papa sedang bertamu ke rumahnya. Pada saat itu, Nina baru saja pulang dengan busana muslimahnya yang rapi, terlihat turun dari mobil. Namun belum jauh melangkah dia pun terjatuh pingsan dan mukanya terlihat sangat pucat. Kami yang berada di ruang tamu bergegas keluar dan papanya pun menggendong ke kamar serta meminta tolong kami untuk menghubungi dokter. Dari hasil pemeriksaan dokter, Nina harus dirawat di rumah sakit.
Keesokan harinya, aku datang ke rumah sakit bermaksud untuk menjenguknya. Betapa kagetnya aku ketika kutahu Nina terkena leukimia (kanker darah). Aku bertanya, “Kenapa gadis selembut dan sesopan dia harus mengalami hal itu ?”. Perasaan kesalku padanya kini berubah menjadi kasihan dan khawatir. Setiap usai kuliah, kusempatkan untuk datang menjenguknya. Aku mendapatinya sering menangis sendirian. Entah itu karena tidak ada yang menjaganya atau karena penyakit yang diderita.
Beberapa hari di rumah sakit, Nina memintaku keluar setiap kali aku masuk. Aku pun mendatanginya di rumah, tapi dia tidak pernah mau keluar menemuiku dan hanya mengurung diri di dalam kamar. Aku tidak menyerah begitu saja, kucoba menelpon Nina dan berharap dia mau bicara denganku. Namun, dia tetap tidak mau mengangkat telpon dariku, lalu kukirimkan SMS padanya agar dia mau menjadi pacarku, tetapi tidak ada balasan malah HP-nya dinonaktifkan semalaman.
Keesokan harinya aku nekat datang ke rumahnya untuk meminta maaf atas kelancanganku. Ternyata ia akan berangkat ke Makasar, ke kampung orang tuanya. Karena orang tuanya tak dapat mengantarnya, aku pun menawarkan diri untuk mengantarnya, tapi Nina lebih memilih naik taksi dengan alasan tidak mau merepotkan orang lain. Sebelum naik ke mobil, dia menitipkan kertas untukku kepada mamanya.
Alangkah hancur hatiku ketika membaca sebait kalimat yang berbunyi, “Maaf saat ini aku hanya ingin berkonsentrasi kuliah.” Hatiku remuk dan aku pulang dengan perasaan kesal sekali. Ini pertama kalinya aku ingin pacaran, tapi ditolak. Sebenarnya, aku tidak begitu suka dengan hubungan seperti pacaran itu karena begitu banyak dampak negatifnya, sampai ada yang rela bunuh diri karena ditinggalkan kekasihnya –na’udzubillahi min dzalik.
Namun entah mengapa ketika aku melihat Nina hatiku pun tergoda untuk menjalin hubungan itu. Sejak perpisahan itu, aku tidak pernah lagi bertemu dengannya sampai gelar sarjana aku raih. Lalu aku pun bekerja di perusahaan milik keluargaku sebagai satu-satunya ahli waris. Melihat ketekunanku dalam bekerja, papa Nina ,menyukaiku hingga hubungan kami menjadi akrab dan kuutarakanlah maksudku bahwa aku menyukai Nina, anaknya, dan ternyata papa Nina setuju untuk menjadikanku sebagai menantunya.
24 Oktober 2006, bertepatan dengan hari raya Idul Fitri, aku dan orang tuaku bersilaturahmi ke rumah keluarga Nina dengan maksud untuk membicarakan perjodohan antara aku dan Nina. Tapi pada saat itu Nina baru dirawat di rumah sakit sejak bulan Ramadhan. Saat kutemui, Nina terlihat sangat pucat, lemah, dan senyumannya seakan menghilang dari bibirnya. Hari itu orang tua kami resmi menjodohkan kami. Bahkan aku diminta untuk menjaganya karena orang tuanya akan berangkat ke luar negeri. Tetapi Nina tidak pernah mau meladeniku.
Suatu hari aku mendapati Nina terlihat kesakitan, terlihat darah keluar dari hidung dan mulutnya. Aku bermaksud untuk membantu mengusap darah dan keringat yang ada di wajahnya, tetapi secara spontan dia menamparku pada saat aku menyentuh wajahnya. Betapa
kaget diriku dibuatnya, aku tidak menyangka sama sekali Nina akan manamparku. Sungguh betapa istiqomahnya dia dalam menjaga kehormatan untuk tidak disentuh laki-laki yang bukan muhrimnya. Saat itu aku belum mengetahui tentang masalah ini dalam agama.
Kejadian tersebut secara tak sengaja terlihat mama Nina maka Nina pun dimarahi habis-habisan hingga sebuah tamparan mendarat di pipinya. Kulihat Nina segera melepas infusnya dan berlari menuju kamar mandi. Nina pun mengurung diri di kamar mandi tersebut. Dengan terpaksa kami mendobrak pintu kamar mandi dan kami dapati Nina tergeletak di lantai tak sadarkan diri karena terlalu banyak darah yang keluar.
Setelah sadar, aku berusaha bicara dan meminta maaf kepadanya atas kejadian tadi, namun Nina terus-terusan menangis. Aku pun bertambah bingung apa yang mesti aku lakukan untuk menenangkannya. Tanpa pikir panjang aku memeluknya, tapi Nina malah mendorongku dengan keras dan berlari keluar dari kamar menuju taman. Ketika kudekati Nina berteriak hingga menjadikan orang-orang memukulku karena menyangka aku mengganggu Nina. Karena itulah, Nina semalaman tidur di taman dan aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan. Setelah waktu subuh menjelang kulihat Nina beranjak untuk melaksanakan shalat shubuh di masjid, aku pun turut shalat. Namun setelah shalat, tiba-tiba Nina menghilang entah kemana.
Aku mencarinya berkeliling rumah sakit tersebut. Dan lama berselang kulihat banyak kerumunan orang dan ternyata Nina sudah tak sadarkan diri tergeletak dengan HP berada di sampingnya, sepertinya dia bosan telah berbicara dengan seseorang. Keadaan Nina saat itu sangat kritis sehingga pernafasannya harus dibantu dengan oksigen. Kata dokter, paru-paru Nina basah yang mungkin diakibatkan semalaman tidur di taman.
Nina tak kunjung juga sadar. Dengan perasaan khawatir dan bingung aku berdoa dengan menatap wajahnya yang pucat pasi…
Tiba-tiba ada sebuah SMS yang masuk ke HP Nina, tanpa sadar aku pun membaca dan membalas SMS tersebut. Aku juga membuka beberapa SMS yang masuk ke HP-nya dan aku sangat terharu dengan isinya, tenyata banyak sekali orang yang menyayanginya. Di antaranya adalah orang yang bernama Ukhti. Dulu sebelum aku mengetahui Ukhti adalah panggilan untuk saudari perempuan, aku sempat cemburu dibuatnya. Aku mengira Ukhti itu adalah pacar Nina yang menjadi alasan dia menolakku. Setelah Nina tersadar dari pingsannya, aku menunjukkan SMS yang dikirimkan saudari-saudarinya dan dia sangat marah ketika tahu aku sudah membaca dan membalas SMS dari saudari-saudarinya. Dia pun akhirnya melarangku untuk memegang HP-nya apalagi mengangkat atau menghubungi saudari-saudarinya.
Namun, tetap saja aku sering ber-SMS-an dengan saudari-saudarinya untuk mengetahui kenapa sikap Nina begini dan begitu. Dari sinilah aku mendapat sebuah jawaban bahwa Nina tidak mau bersentuhan apalagi berduaan denganku karena aku bukan mahramnya dan Nina menolak untuk berpacaran serta bertunangan denganku karena di dalam Islam tidak ada hal-hal seperti itu dan hal itu merupakan kebiasaan orang-orang non Muslim.
Aku tahu juga Nina mencari seorang ikhwan yang mencintai karena Alloh bukan atss dasar hawa nafsu. Akhirnya aku tahu kan sikap Nina selama ini semata-mata dia hanya ingin menjalankan syariat Islam secara benar. Hari berlalu dan aku terus belajar sedikit demi sedikit tentang Islam dari Nina dan saudari-saudarinya, terutama dalam melaksanakan shalat lima waktu tepat pada waktunya. Saat itu aku merasakan ketenangan dan ketentraman selama menjalankannya dan menimbulkan perasaan rindu kepada Alloh untuk senantiasa beribadah kepada-Nya.
Niatku pun muncul untuk segera menikahi Nina agar tidak terjadi fitnah, namun kondisi Nina semakin memburuk. Dia selalu mengigau memanggil saudari-saudarinya yang dicintainya karena Alloh…..
Melihat hal itu, aku membawanya ke kota Makassar, kampung mama kandung Nina untuk mempertemukannya dengan saudari-saudarinya, Qadarulloh (atas kehendak Alloh), aku tidak berhasil mempertemukan mereka. Yang ada kondisi Nina semakin parah dan penyakitku juga tiba-tiba kambuh sehingga aku pun haus dirawat di rumah sakit. Orang tua Nina datang dan membawanya kembali ke kota Makassar tanpa sepengetahuanku karena pada saat itu aku juga diopname.
Di kota Makassar, Nina diawasi dengan ketat oleh papanya, karena papa Nina kurang suka dengan akhwat, apalagi yang bercadar. Rumah sakit dan rumah yang ditempati Nina dirahasiakan. Dan Nina pun tak tahu di manakah ia berada. Karena kondisinya masih lemah, diapun tak bisa berbuat apa-apa, bahkan ia kadang dibius, apalagi ketika akan dipindahkan dari satu tempat ke tempat yag satunya agar tidak tahu di mana keberadaaannya, karena papanya tidak ingin ada akhwat yang menjenguk Nina. Sampai HPnya pun diambil dari Nina.
Namun, karena Nina masih mempunyai HP yang ia sembunyian dari papanya, sehingga beberapa kali Nina berusaha kabur untuk menemui saudari-saudarinya, akhirnya Nina dikurung di dalam kamar. Mendengar hal itu, aku langsung menyusul Nina ke Makassar dan aku sempat bicara dengannya dari balik pintu. Nina menyuruhku untuk menemui seorang ustadz di sebuah masjid di kota itu. Dari pertemuanku dengan ustadz tersebut aku pun diajak ta’lim beberapa hari dan aku menginap di sana.
Papa Nina menyangka Nina telah mengusirku sehingga ia pun dimarahi. Setibanya di rumah, aku jelaskan duduk perkaranya kepada papa Nina, bahwa ia tidak bersalah dan aku mengatakan agar pernikahan kami dipercepat.
Hari Kamis, 24 November 2006. Kami melangsungkan pernikahan dengan sangat sederhana. Acara tersebut Cuma dihadiri oleh orangtua kami beserta dua orang rekanan papa. Setelah akad nikah aku langsung mengantar ustadz sekalian shalat dhuhur.
Betapa senangnya hatiku, akkhirnya aku bisa merasakan cinta yang tulus karena Alloh. Semoga kami bisa membentuk keluarga sakinah mawaddah, wa rahmah dan senantiasa dalam ketaatan kepada Alloh…..Itulah doaku saat itu.
Sepulang dari mengantar ustadz, perasaan bahagia itu seakan buyar mendapati Nina yang baru saja menjadi istriku tergeletak di lantai, dari hidung dan mulutnya kembali berlumuran darah. Dan tangannya terlihat ada goresan. Kami langsung membawanya ke rumah sakit, diperjalanan, kondisi Nina terlihat sangat lemah. Terdengar suaranya memanggilku dan berkata agar aku harus tetap di jalan yang diridhai-Nya sambil memegang erat tanganku dengan tulus, air mataku tak tertahankan melihat keadaan Nina yang terus berdzikir sambil menangis…..Dia juga selalu menanyakan saudari-saudarinya dimana ?
Setibanya di rumah sakit, aku bertanya-tanya kenapa tangan Nina tergores. Aku pun menulis SMS kepada saudari-saudari Nina. Ternyata, tangan Nina tergores ketika hendak menemui saudari-saudainya dengan keluar dari kamar. Karena pintu kamar terkunci, Nina ingin keluar melalui jendela sehingga menyebabkan tangannya tergores. Nina tak kunjung sadar hingga larut malam, aku pun tertidur dan tidak menyadari kalau Nina bangkit dari tempat tidurnya. Dia ingin sekali menemui saudari-saudarinya dan dia tidak menyadari kalau hari telah larut malam. Dia Cuma berkata, “Pengin ketemu saudariku karena sudah tak ada waktu lagi.”Berhubung Nina masih lemah, dia pun jatuh pingsan setelah bebrapa saat melangkah.
Aku benar-benar kaget dan bingung mau memanggil dokter tapi tidak ada yang menemani Nina. Akhirnya, aku menghubungi salah seorang saudarinya untuk menemani. Setelah aku dan dokter tiba, Nina sudah tidak bernafas dan bergerak lagi. Pertahananku runtuh dan hancurlah harapanku melihat Nina tidak lagi berdaya…. Dokter menyuruhku keluar. Pada saat itu kukira Nina telah tiada, makanya aku segera menulis SMS kepada saudari Nina untuk memberitahu bahwa Nina telah tiada. Namun begitu dokter keluar, masya Alloh !
Denyut jantung Nina kembali beredetak dan ia dinyatakan koma. Aku hendak memberi kabar kepada saudari Nina tapi baterai HP-ku habis dan tiba-tiba penyakitku pun kambuh lagi sehingga aku harus diinfus juga…..
Jam 11.30, perasaanku mengatakan Nina memangilku, maka aku segera bangkit dari tempat tidur dan melepas infus dari tanganku menuju kamar Nina. Kutatap wajah Nina bersamaan dengan kumandang adzan shalat Jum’at. Sembari menjawab adzan, aku terus menatap wajah Nina berharap dia akan membuka matanya.
Begitu lafadz laa ilaaha illallah, suara mesin pendeteksi jantung berbunyi, menandakan bahwa Nina telah tiada. Aku berteriak memanggil dokter, tapi qadarulloh istriku sayang telah pergi untuk selama-lamanya dari dunia ini. Nina langsung dimandikan dan dishalatkan selepas shalat Jum’at, lalu diterbangkan ke rumah papanya di Malaysia. Untuk terakhir kalinya kubuka kain putih yang menutupi wajah Nina. Wajahnya terlihat berseri…..
Aku harus merelakan semua ini, aku harus kuat dan menerima takdir-Nya. Teringat kata-kata Nina, “Berdoalah jika memang Alloh memangilku lebih awal dengan doa, “Ya Alloh, berilah kesabaran dan pahala dari musibah yang menimpaku dan berilah ganti yang lebih baik.”
Setelah pemakaman, aku langsung balik ke Jakarta karena kondisiku yang kurang stabil…Astaghfirullah !!! aku lupa memberitahu saudari-saudari Nina. Mungkin karena aku terlalu larut dalam kesedihan, hingga secara spontanitas aku menghubungi mereka dan menyampaikan bahwa Nina benar-benar talah tiada. Aku tahu pasti, mereka pasti sedih dengan kepergian saudari mereka yang mereka cintai karena Alloh. Dari ketiga saudari Nina, ada seorang yang tidak percaya dan sepertinya dia sangat membenciku. Entah, mengapa sikapnya seperti itu ?
Sekiranya mereka tahu, bahwa sebelum kepergiannya, Nina selalu memanggil nama mereka, tentulah mereka semakin sedih. Dalam HP Nina terlihat banyak SMS yang menunjukkan betapa indahnya ukhuwah dengan saudari-saudarinya. Semoga saudari-saudari Nina memaafkan kesalahannya dan kesalahan diriku pribadi.
“Salam sayang dari Nina tu kakak Rini, Sakinah, dan Aisyah serta akhwat di Makassar. Teruslah berjuang menegakkan dakwah ilallah. Syukran atas perhatian kalian….”
*****
Tak beberapa lama setelah kisah ini dimuat di Media Muslim Muda Elfata, redaksi Elfata menerima SMS dari seorang ukhti, saudari Nina. Isi SMS tersebut adalah, “Afwan , mungkin perlu Elfata sampaikan kepada pembaca mengenai kisah ‘Akhirnya Cintaku Berlabuh karena Alloh’ di mana Kak Nina telah meninggal dan kini Kak Adhit pun telah tiada. Kurang lebih 2 pekan (Kak Adhit –red) dirawat di rumah sakit karena penyakit pada paru-parunya. Sebelum sempat dioperasi, maut telah menjemputnya. Ana menyampaikan hal ini karena masih banyak yang mengirim salam, memberi dukungan ke Kak Adhit yang kubaca di Elfata dan beberapa orang yang kutemui di jalan juga selalu bertanya, Kak Adhit bagaimana ? Ana salah satu ukhti dalam cerita tersebut…Syukran.”
PERCIK RENUNGAN
Subhanalloh ! Kisah Adhit dan Nina di atas dapat kita jadikan sebuah cermin untuk berkaca. Renungkanlah keteguhan Nina untuk tak meladeni tawaran cinta asmara yang tak terselimuti indahnya syariat. Padahal Nina adalah seorang yang sedang membutuhkan dukungan, pertolongan, dan sandaran bahu tempat menangis. Nina berprinsip, meski dalam situasi sesulit apapun, kemurnian syariat tetap harus dijaga dan diamalkan.
Gelombang kesulitan tak harus menjadikan kita surut dalam berkonsisten dengan syariat ini. Bahkan bisa jadi kesulitan demi kesulitan yang kita alami menjadi parameter seberapa jauh kita telah mengamalkan ajaran agama ini. Di lain sisi, ketidaktahuan seseorang akan syariat ini seringkali menjadikan pelakunya bertindak tanpa adanya rambu-rambu yang telah dicanangkan agama.
Namun, bisa jadi ketidaktahuan akan syariat ini menjadi titik awal seseorang merasakan indahnya agama dan manisnya iman sebagaimana yang terjadi pada Adhit, ikhwan yang menceritakan kisahnya ini. Semoga Alloh merahmati mereka, menerima ruh mereka berdua dan
menjadikan mereka berdua termasuk hamba-hamba-Nya yang shalih yang dijanjikan surga-Nya. Amiin.
Sumber:
Kumpulan KISAH NYATA UNGGULAN Majalah ELFATA ‘Seindah Cinta ketika Berlabuh’, 2008, FAtaMeDia
dinukil ulang dari: http://biruawan.wordpress.com