Penulisnya adalah Khairin Syamruddin
Berikut saya akan bahas, dalam membangun rumah tangga tidak bisa
langsung sekejap mendapatkan harta, sebagaimana Islam berbicara kaya pun
tidak tercela.
Kita lihat sejarah orang tua kita, mereka
membangun dan mensejahterakan kehidupan juga butuh kesabaran dan sikap
lapang dada menerima kehendak Allah demi
keromantisan serta hasilnya bisa dinikmati oleh anak-anaknya yang
manis, betapa indahnya perjuangan mereka dan inilah sejenak deskripsi
gambaran kehidupan orang tua..
Initinya dalam setiap kehidupan kita
harus ridha menerima sedikit yang Allah berikan, dan memutuskan terhadap
apa yang ada di tangan manusia dengan bertawakkal kepada Allah...
Sungguh beruntung orang yang qana'ah dan menerima apa yang Allah
berikan...
Perkara yang paling berharga dalam hidup seorang insan setelah keimanan adalah qona'ah...
Kalau di tangan orang yang berilmu dan beriman memegang sebuah prinsip
"Kaya itu bukanlah dengan banyak materi, akan tetapi hakikat kaya itu
adalah kaya hati.."
namun berhati-hatilah ketika materi
dianggap kekayaan hidup akan menjadi merasa tidak tentram itulah manusia
ingin bergelimang keserakahan.
Qana'ah bukan menerima apa adanya tanpa berusaha tetapi bekerja dengan sungguh-sungguh dan mensyukuri hari ini rizki kita.
"Sungguh beruntung orang yang telah masuk Islam, diberi kecukupan
rezeki dan qona'ah menerima apa yang Allah berikan kepadanya. (HR.
Muslim)
Lihatlah kepada orang yang keadaanya di bawahmu dan
janganlah engkau lihat orang yang keadaannya di atasmu. Karena yang
demikian itu lebih patut sehingga engkau tidak mengganggap kecil nikmat
Allah atasmu.( HR. Bukhari dan Muslim)
Tujuannya agar seseorang tak terlalu bersedih sehinggga ia lupa memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya.
"Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami
berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan di
dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Rabb-mu adalah
lebih baik dan lebih kekal." (QS. Thoha: 131)
Namun adabnya
ialah melihat kepada orang yang lebih sedikit daripadanya. Karena hal
itu lebih mendorongnya untuk mengagungkan untuk mengagungkan untuk
nikmat dan mensyukurinya. Ini dalam urusan duniawi, adapun untuk
amal-amal shalih maka yang dituntut adalah melihat orang yang
kedudukannya lebih tinggi darinya. Dengan harapan menyusulnya.
"Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba." (QS. Al-Muthaffifiin: 26)
Betapa indah seorang hamba yang hidup qona'ah menerima apa yang
direzekikan Allah kepadanya dalam kehidupan ini. Ia tidak menyorotkan
pandangannya kepada apa yang ada di tangan manusia. Jiwanya tidak
berkeinginan untuk merampas hak-hak manusia atau menzhalimi mereka.
Orang yang qona'ah merasakan ketenangan dan thuma'ninah, sebagaimana ia
juga merasakan kecukupan dari ketergantungan dengan makhluk.
Semoga bermanfaat..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar