#Untukmu Wahai Ibuku, aku mencintaimu sepanjang hidupku#
Ibu ..kata pertama yang kuucapkan ketika mulai belajar berbicara.
Kalimat paling indah yang pernah kulang2 …
Ingin rasanya kutuangkan ungkapan terima kasih dan sebuah pengakuan kepada ibuku.
Sebuah pengakuan dan terima kasih kepada ibuku yang kuyakini telah berjasa kepadaku setelah anugerah dan rahmat Allah Ta’ala.
Apapun yang kukatakan, dan apapun yang kulakukan, takkan bisa aku membalas jasamu duhai ibuku.
aku takkan melupakan haribaanmu yang penuh kasih sayang
Takkan kulupa malam-malam yang engkau lalui tanpa memejamkan mata sepicingpun.
Dan hari-harimu yang penuh dengan keletihan.
aku tidak lupa ketika kita semua berkumpul mengelilingi hidangan makan
di atas tikar pandan, lalu engkau mendahulukan kami dari pada dirimu
dengan segala macam makanan dan minuman yang lezat dan enak..bahkan
setelah kami mulai tumbuh besar engkaupun masih rela menyuapkan makanan
ke mulut kami …
Betapa lelahnya engkau wahai ibu, ketika kami
terlambat pulang di malam hari karena bermain, seluruh penghuni rumah
telah lelap tinggallah engkau menahan kantuk menanti kepulangan kami.
Dulu, engkau takut dan khawatir ketika kami bermain ditepi sungai..aku
ingat, engkau pernah marah ketika aku bermain ditepian sungai lalu
memukulku, ketika itu aku belum mengerti kenapa engkau begitu marah.
Tatkala aku besar dan dewasa, anakmu ini mengerti. Semua itu engkau
lakukan karena engkau mengkhawatirkan keselamatan aku anakmu!!
Aku tidak akan lupa, ketika aku beranjak remaja dan pergi merantau untuk
menuntut ilmu engkau ikut bersusah payah bekerja, menumbuk tepung
membuat kue dan berjualan mengumpulkan uang dari sana dan sini untuk
membantu pendidikan kami anak-anakmu.
Ya Allah .. rahmatilah ibuku
Betapa letihnya diriku ketika pulang liburan kemudian datanglah saat
untuk kembali ketempat perantauan ..hatiku serasa terputus-putus ketika
engkau berkata kepadaku, “Mungkin ketika engkau nanti kembali lagi
engkau tidak melihatku lagi …”.
Alangkah sedih hatiku, setelah
bertahun-tahun aku tidak pulang, ketika pertama kali aku berdiri di
hadapanmu engkau katakan, “Ini bukan anakku”. Karena kondisi dan
penampilanku yang tidak seperti engkau bayangkan …
Tak kuasa
diriku menahan air mata mendengarnya, membuatku tersungkur memeluk
kakimu dan ketika tanganmu membelai kepalaku serasa tetesan-tetesan
embun memadamkan kesedihan dan mengobati kerinduan hati.
Setelah perjalanan panjang yang kulalui jauh darimu, akupun pulang
..engkau telah beranjak tua dan lemah. Sungguh engkau telah berikan
untukku dan saudara-saudaraku tahun-tahun terindah dan paling manis
dalam hidupmu.
Berapa sering engkau membela kami. Entah berapa
banyak pengorbananmu untuk kami. Engkaulah yang telah menanggung
keresahan dan kegundahan kami, engkau selalu berusaha mewujudkan
keinginan kami sekalipun kami telah besar.
Dulu dipanggil fulan
.. dan hari hari ini orang memanggilku ustadz fulan..semua itu demi
Allah tidak lain dan tidak bukan karena anugerah Allah semata kemudian
karena jasamu ibu. aku ini demi Allah tidak lain dan tidak bukan adalah
satu dari sekian banyak buah kebaikanmu ibu. Semoga Allah membalas
kebaikanmu dengan sebaik-baik pahala
Wahai pemilik senyuman yang tulus, wahai pemilik hati yang dermawan dan penuh kasih sayang
Untukmu aduhai bunga yang tak pernah layu
Untukmu wahai mata air yang bening
Untukmu yang telah mengusap air mataku
Untukmu yang telah membasuh kotoranku
Yang telah menyuapkan makan dan minum dengan tangannya kemulutku
Untukmu yang telah menjadikan haribaannya sebagai ketenangan bagiku
Matanya yang selalu mengawasiku
kuhadiahkan untai kata dan rangkai kalimat ini untukmu dan semoga
Allah membalas segala budi baikmu dengan sebaik-baik balasan.
Ya Allah jagalah ibuku dengan penjagaanMu, panjangkanlah umurnya,
perbaikilah amalannya, dan tutuplah usianya dengan amal sholeh
dijalanMu.
Ibu .. kalaulah umurmu ditanganku ingin menambahkannya sekalipun aku harus binasa karenanya.
Ibu .. kalau aku kuasa, kan kuangkat engkau setinggi-tingginya hingga ke langit.
Demi Allah tidak akan ada yang bisa memberikan hakmu dengan sempurna kecuali Allah Ta’ala.
IBU .. TAHUKAH ENGKAU SIAPA ITU IBU?
Dia adalah contoh kasih sayang yang hidup di tengah kita, tidak ada
yang memandangnya dengan penghormatan dan penghargaan melainkan
orang-orang yang dikasihi Allah. Ibu adalah laksana batu karang
kesabaran. Gambaran hidup bagi sifat pema’af dan lapang dada.
Seseorang bercerita, “Sekarang aku baru mengetahui arti ungkapan
sebagian orang ‘mendengar bukan seperti menyaksikan’. Aku banyak
mendengar ragam ungkapan tentang besarnya keutamaan seorang ibu. Sama
seperti yang lainnya, aku mendengar semua itu tapi hanya sebatas lewat
ditelinga. Terkadang ungkapan yang indah menggetarkan perasaanku.
Kadangkala aku mengangguk-angguk kagum mendengar bait-bait syair yang
indah kemudian tidak tampak wujudnya dalam kehidupan nyata.
Akan tetapi Allah mengingikan kebaikan untukku, ketika aku dapatkan
diriku mengikuti fase-fase perkembangan kehamilan istriku selangkah demi
selangkah.
Dan ketika ia memasuki bulan yang kesembilan lebih
sedikit. Aku bayangkan diriku adalah bayi meringkuk di dalam rahim itu.
Aku terus mengikuti dan mengawasi .. aku mulai merasakan sebagian
makna-makna tersebut yang sering aku dengar ..tentang keutamaan seorang
ibu.
Aku telah melihat dan melihat sesuatu hal yang luar
biasa, membuat kepala menggeleng-geleng, hati tersentuh dan mata
menangis. Sejak itu aku benar-benar yakin bahwasanya ibu wanita yang
agung ini, manusia tidak akan pernah bisa membalas jasa dan budi baiknya
sepanjang masa.
Betapapun indahnya untai kata sebuah puisi dan rangkai kalimat nan lembut sebuah sya’ir
Demi Allah tidak akan ada yang bisa membalas kebaikannya kecuali Allah
semata. Diakhir bulan yang kesembilan itu ..apa yang aku saksikan!! Aku
memohon rahmatMu ya Allah ..apakah sanggup seorang manusia menanggung
semua kepedihan dan rasa sakit itu??!! Aku melihatnya menanggung semua
itu dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Aku melihatnya dan mendengarnya
dan ia tidak sadar ketika ia mengerang kesakitan aku merasakan panasnya
pedih yang dirasanya berpindah langsung ke dalam hatiku. Aku berusaha
berjuang melawan diriku agar mataku tidak mempermalukanku. Kemudian
tidak beberapa lama, aku dikejutkan lagi oleh dirinya yang tersenyum
melupakan kepedihan dan rasa sakit itu, seraya menunjuk ke perutnya ia
berkata, “Aku sangat mencintaimu bayiku, aku rindu untuk melihatmu”.
Maha suci Allah yang melimpahkan kesabaran kepadanya untuk menanggung
kepedihan yang bersambung dengan ruhnya.
Engkau melihatnya
apabila bergerak merasa pedih, apabila duduk merintih, apabila berbaring
meringis, apabila berjalan letih, apabila berusaha tidur untuk rehat
sejenak tidak sanggup. Dia tidak bisa berbolak-balik di tempat tidurnya
seenaknya seperti sebelum ia mengandung bayi itu. Namun begitu ia masih
saja sibuk dengan mengatur, membersihkan, merapikan dan mengurus urusan
rumah. Serta mengasuh anak-anaknya yang masih kecil; memberi makan,
memandikan dan menidurkan mereka. Itu semua dilakukannya sendiri
bagaikan mengangkat sebuah gunung.
Dan setelah itu ia masih
berujar kepada kesabaran dengan tersenyum, “hai sabar, ambillah
pelajaran dariku. Hai sabar, ambillah pelarajan dariku”.
Cobalah dirimu menjadi seorang ibu. Apakah sanggup seorang laki-laki
untuk tinggal bersama seorang bayi usia dua atau tiga tahun sepanjang
hari kalau tidak dia akan menyumpah serapah atau memaki dirinya sendiri
karena kesal atau menyesal.
Demi Allah, hanya seorang ibu saja yang sanggup menanggung itu dengan ridho, rela dan senyuman.
Alangkah indahnya pemandangan ketika seorang ibu duduk dan di
sekelilingnya duduk pula anak-anaknya yang masih kecil, tak obahnya
anak-anak burung yang membuka paruhnya supaya ibunya menyuapkan makanan …
Sang ibu membujuk ini untuk makan, bercanda dengan yang lainnya sambil
menyuapkannya, dan memberi minum anaknya yang lain setelah berulangkali
merayunya. Serta tertawa dengan yang paling kecil agar mau menyantap
makanannya.
Semua itu ia lakukan sambil duduk ditengah-tengah
mereka dengan posisi yang tidak mengenakkan, hampir-hampir saja seluruh
persendiannya menjerit, mengaduh menahan sakit. Namun begitu ia tetap
tersenyum dan memberi semangat anak-anaknya agar mau makan.
Kemudian tiba-tiba ia menjerit pelan, ia baru saja menerima tendangan
bayi di dalam perutnya maka ia segera memperbaiki posisi duduknya,
setelah itu ia kembal itersenyyum seolah-olah tidak pernah terjadi
sesuatu.
Lantas, janinnya kembali memberikan pukulan dan tendangan lagi seolah-olah ia berkata kepada ibunya, “Aku disini ibu”.
Sang ibu gembira dengan pukulan dan tendangan janinnya, sedangkan
janinnya tidak membiarkannya beristirahat barang sejenak. Apabila tidak
terasa gerakan janinnya ia takut dan cemas, apabila bergerak ia gembira
dan senang.
Subhanallah, beragam rasa sakit dan derita yang
saya kira kalau ditimpakan kepada seorang laki-laki berotot barangkali
ia akan menjerit sampai terdengar oleh tetangga-tetanggannya.
Adapun dia, tetap sabar mengharapkan ridho Allah, bahkan tersenyum dan tertawa.
Semoga rahmat Allah untuknya, ramat Allah atasnya dan rahmat Allah bersamanya.
Apakah engkau mengira sakit dan pedih itu berakhir sampai disitu saja?!
Alangkah mulianya engkau ibu …
Apabila telah lewat usia kandungan Sembilan bulan, dan telah dekat saat
keluarnya janin ke dunia, datanglah musibah itu. Si janin tidak ingin
tinggal lagi dirahim ibunya, tapi dia tidak juga keluar dengan sukarela
ke dunia fana ini. Ketika itulah rasa sakit yang tidak tertahankan,
derita yang tidak ringan. Kemudian sering pula janin tidak keluar
kecuali dengan paksaan, sehingga kadang daging harus disayat, perut
dibelah atau divakum .. kemudian rasa sakit kian bertambah ketika janin
mulai keluar ..darah berpacu dengan janin dan kematian serasa di ambang
mata, terkadang kematian yang lebih dahulu dan si ibupun mati sementara
janinnya yang hidup. Apabila sang ibu dikaruniahi usia yang panjang ia
sadar setelah menghadapi kondisi yang berat ini, lalu apabila ia melihat
bayinya terbaring disisinya, ia pun tersenyum .. hilang rasa sakit,
lupa derita yang baru saja dilaluinya.
Ya Allah yang Maha
pengasih lagi Maha penyayang, alangkah menakjubkannya kasih sayang
seorang ibu dan kerinduan kepada bayinya. Ia berjuang menghadapi rasa
sakit dan kematian kemudian ia berangan-angan rela mati untuk kehidupan
bayinya.
Ibu …
Kalaulah bintang gemintang memancarkan sinarnya menerangimu
Kalaulah semua burung-burung bernyanyi menyenandungkan namamu
Kalaulah angin lembut bertiup menaburkan butiran embun nan bening dan wangi dipangkuanmu
Semua itu tidak cukup untuk membalas jasamu ibu.
عن أنس قال : ارتقى النبي على المنبر درجة فقال آمين ..ثم ارتقى الثانية فقال آمين ..ثم ارتقى الثالثة فقال آمين ..
ثم استوى فجلس فقال أصحابه : علامَ أمنت يا رسول الله ؟!..فقال : (( أتاني
جبريل فقال : رغم أنف امرئ ذُكرت عنده فلم يصلِ عليك ، فقلت : آمين ثم قال
: ورغم أنف امرئ أدرك أبويه ولم يدخل الجنة…”
Dari Anas
rodhiyallahu ‘anhu ia menuturkan, Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallama
naik ke tangga pertama mimbar maka belia mengucapkan amin, kemudian naik
ke anak tangga ke dua seraya lalu mengucapkan amin, kemudian naik ke
anak tangga yang ketiga lalu mengucapkan amin. Kemudian duduk di atas
mimbar. Maka sahabat-sahabatnya berkata, “Apa yang engkau aminkan hai
Rasulullah? Beliau berkata, “Jibril mendatangiku, lalu ia berkata,
‘Celaka orang yang disebutkan namamu dihadapnnya lalu ia tidak
bersholawat atasmu, maka aku mengucapkan amin. Kemudian ia berkata,
‘Celaka orang yang mendapatkan kedua orangtuanya dan ia tidak masuk
surga …”. (Shohih dengan syawahidnya, Fadhlush Sholah ‘alan Nabi tahqiq
Syaikh Al Albany, hal; 30).
Ibu …
karena kemuliaanmu kening tertunduk hina di depanmu
namamu semerbak mewangi, haribaanmu menghangati jiwaku
Allah yang Maha Tinggi lagi Mulia menjagamu.
Kepadamu ibuku, aku rindu
Ridhomu atasku bagai hembusan angin nan sejuk menghapus dukaku
Kasihmu duhai ibu, penawar luka-lukaku
Peliru lara sepanjang umurku dan tempat bernaungku
Dan setelah kepada Allah, kepadamulah aku mengadu
Kala problema merundungku
Dengan do’amu duhai ibu sirna segala kesusahanku
Do’amu laksana jalan bagi hatiku
Wahai ibuku, engkaulah yang membuat indah hidupku
Bunga-bunga nan indah mekar dan mata air yang tak pernah berhenti mengaliriku
Tak dapat kuhitung malam-malam yang kau lalui tanpa memejamkan matamu
Dan hatimu bersedih ketika aku pergi meninggalkanmu
Teruslah ibu menjadi pelita yang bagiku.
Agar aku bisa berbakti kepadamu.
Abu Zubair Hawaary
Ibu, I love you..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar