Rabu, 24 Mei 2017

Sudah berapa harta kita keluar untuk Ilmu Agama?

Untuk kursus bahasa Inggris, orang tua tidak sungkan merogoh kocek yang tidak sedikit. Bahkan jika perlu anak didorong untuk les privat berbagai pelajaran sulit dengan mendatangkan guru terbaik dengan bayaran yang “wah”. Untuk bisa masuk perguruan tinggi bonafit, berapapun akan keluar dana yang dimiliki, apalagi untuk jurusan yang sudah menjadi idaman orang tua, yang bisa membuat bangga dan merasa masa depan anak akan terjamin.
Akan tetapi, sangat jarang kita melihat orang yang mengeluarkan harta untuk mempelajari ilmu agama, mendatangakan guru privat agar anaknya bisa membaca Al-Quran dan memiliki hapalan yang banyak, memiliki suara yang bagus ketika melantunkan ayat suci Al-Quran. Atau mendatangkan guru agar anaknya bisa belajar bahasa Arab, bahasa Al-Quran dan agama Islam. Bahkan beberapa sarana ilmu seperti ini terkadang gratis tanpa biaya.
Yang herannya lagi, ketika ada pengajian atau daurah ilmu dimana beberapa orang diminta untuk membayar uang pendaftaran. Maka rasanya seperti keberatan, padahal terkadang uang itu untuk mereka juga, seperti makalah, snack, peminjaman tempat dan  lain-lain. Seharusnya kita berkorban sedikit harta dengan untuk mencari ilmu. Jika dibandingkan dengan para salaf maka kita sangat jauh. Mereka mengorbankan segalanya begitu juga harta, sampai-sampai ada ungkapan,
من طلب علم الحديث أفلس
“Barangsiapa yang menuntut ilmu hadist/belajar agama maka akan bangkrut/jatuh miskin”

Meskipun tidak sepenuhnya benar akan tetapi, demikianlah beberapa ulama dalam perjalanan mereka menuntut ilmu. Yang cukup terkenal adalah kisah ulama menuntut ilmu sampai-sampai harus menjual atap rumah mereka.
Ibnu Al-Qasim berkata,
قال ابن القاسم: أفضى بمالك طلب العلم إلى أن نقض سقف بيته فباع خشبه، ثم مالت عليه الدنيا
“Mencari ilmu juga menyebabkan Imam Malik membongkar atap rumahnya dan menjual kayunya. Kemudian setelah itu dunia berdatangan kepadanya.”[1]
Al-Khatib al-Baghdadi membawakan riwayat,
أنفق ابن عائشة على إخوانه أربع مائة ألف دينار في الله، حتى التجأ إلى أن باع سقف بيته
“Ibnu Aisyah membelanjakan harta untuk saudara-saudaranya sebanyak empat ratus dinar, hingga ia menjual atap rumahnya.”[2]

Ibnu ‘Adi berkata mengisahkan tentang Yahya Ibnu Ma’in,
كان معين على خراج الري، فمات، فخلف ليحيى ابنه ألف ألف درهم، فأنفقه كله على الحديث حتى لم يبق له نعل يلبسه.
“Ma’in [Ayah Yahya Ibnu Ma’in] terkena radang tenggorokan, kemudian meninggal, ia mewariskan untuk Yahya Ibnu Ma’in sebanyak 1.000.000 dirham, maka ia habiskan seluruhnya untuk mencari hadits sampai-sampai tidak ada yang tersisa kecuali sandal yang ia pakai.”[3]

Muhammad bin Salam berkata,
أنفقت في طلب العلم أربعين ألفا، وأنفقت في نشره أربعين ألفا، وليت ما أنفقت في طلبه كان في نشره
“Aku ketika menuntut ilmu menghabiskan 40.000 dan untuk menyebarkannya 40.000, sekiranya kuhabiskan ketika mencarinya, kuhabiskan ketika menyebarkannya.”[4]

Demikianlah seharusnya bagi seorang penuntut ilmu agama, hendaknya mau mengorbankan sedikit harta untuk memperoleh ilmu, lebih baik lagi jika mau menyumbangkan harta tanpa diminta.

Demikian semoga bermanfaat
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush shalihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam

@RS Mitra Sehat, Yogyakarta Tercinta
Penyusun:  Raehanul Bahraen

Sumber: https://muslimafiyah.com/sudah-berapa-harta-kita-keluar-untuk-ilmu-agama.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar