Sabtu, 02 Maret 2013

Ayna Wajada Qalbii ..??

“Dimana hatiku…?”
“Siapa yang menemukan hatiku…?”
“Berikan kepadaku…”

Sampai nyaris timbul keputus asaan. Sampailah ia memasuki gang, kemudian ia duduk di tepi jalan, kemudian tafakkur. Diletakkan kedua tangannya, air matanya mengalir.

Akankah Allah memberinya taubat setelah ia bermaksiat sejauh ini?
Akankah Allah memberikan pengampunan kepadanya dan ia adalah hamba Allah?
Sepanjang masanya melawan Allah dengan maksiat dan pembangkangan terhadapNYA?

Nyaris ia berputus asa…
Tiba-tiba terdengar kegaduhan dari dalam rumah…
Bertengkar…
Terdengar suara keras sang Ibu memarahi anaknya yang kecil umur 4 tahun.
Kemudian ia terbangun..
Tiba-tiba pintu belakang rumah dibuka oleh Ibunya tersebut, kemudian anaknya tersebut diusirnya…
Kemudian dihempaskan pintu tersebut hingga berbunyi keras!

Kemudian ia berkata :
“Enyahlah engkau wahai anak durhaka!”
“Pergilah engkau dari rumahku!”
“Jangan tempati lagi Ibu!”
“Jangan sebut lagi ini Ibumu!”
“Jauhlah engkau! ”
“Engkau adalah anak pembangkang!”
“Pelaku maksiat!”

Kemudian anak tersebut menangis, lalu ia mencoba pergi ke tepi-tepi gang, agar dapat singgah.

Akan tetapi anak tersebut, kemana dia akan berlindung lagi? Kemana ia akan menetap? Kemana ia akan menginap malam? Maka kemudian ia pulang lagi kerumahnya. Kemudian ditempelkan pipinya di pintu tersebut. Kemudian ia mengatakan :

“Wahai Ibu, pintu mana lagi yang bisa terbuka untukku, jika seandainya pintumu telah tertutup untukku?”
“Wahai Ibu, siapa pula yang dapat mendekatkan dirinya kepadaku seandainya bukan engkau?”
“Wahai Ibu, siapa lagi yang menyayangiku, seandainya engkau telah murka kepadaku?”

Kemudian anak tersebut terjatuh ditanah, kemudian diletakkan pipinya di tanah , kemudian ia menangis. Ia menangis untuk dibukakan pintu dan tidak lagi melakukan kesalahan. Dia tidak akan lagi kembali kepada perbuatannya yang lama.

Sang Ibu mendengar ucapan sang anaknya. Siapa Ibu yang begitu keras hatinya, sehingg ia tidak mendengar teriakan dan tangisan sang anak? Maka sang Ibu melihat di celah-celah papan rumahnya. Dilihatnya perlakuan anaknya tersebut.

Tidak sampai hatinya…
Tidak tega….!

Kemudian dibukakan pintu olehnya. Kemudian diangkat anaknya, kemudian dibersihkan debu dan tanah dari pipinya, kemudian dipeluknya. Kemudian ia berkata :

“Wahai penyejuk pandanganku siapa pula yang tidak tersentuh oleh ucapanmu?”
“Siapa Ibu yang tega mengusir anaknya?”
“Wahai anakku sebutkan!”
“Tidak ada Ibu yang akan mengusir anaknya”
“Akan tetapi kau telah berbuat kesalahan….”
“Dan Ibu akan memaafkanmu…”

Ahli ibadah melihat kejadian tesebut. Apa kata ahli ibadah ini?
Dengan tersenyum dan riangnya ia berkata :

“Sekarang baru saja aku dapatkan hatiku, sekarang baru aku temukan hatiku, sekarang aku temukan hatiku, saya dapat, saya peroleh!”
Kiranya begitulah seorang muslim dalam bermuamalah kepada Allah
Siapakah yang dapat membukakan pintu, jika pintu Allah telah tertutup?
Siapakah yang dapat memberikan kasih sayang, jika seandainya Allah telah murka?
Siapakah pula yang memberikan pembelaian, rahmat dan maqfirohNYA, jika seandainya Allah telah melaknat kita?

Na’udzubillah ….

Semoga kita dapat memetik pelajaran dari kisah diatas…

(Diriwayatkan dari Ibnu Rajab Rahimallahu ta’ala di dalam kitab “Jami’ Al ‘Ulu wal Hikam’ adalah salah satu murid dari Dzun nun al Misri)
Dikutip dari : “Untukmu Yang Berjiwa Hanif” ~
Ustadz H. Armen Halim Naro, Lc Rohimahulloh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar