Selasa, 12 Maret 2013

PUISI YANG BAGUS BUAT LAJANGIYYUUN dan LAJANGIYYAT.....


~Surat Cintaku Untukmu~


Oleh Abdul Al-Hafizh


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh….

Jodohku,

Bagaimana keadaanmu saat ini ?, semoga dirimu tetap di dalam naunganNya. Semoga setiap langkah kakimu mendapatkan berkah dariNya.

Mungkin kau bingung kenapa diriku mengirimkan surat ini, sungguh tak ada maksud apapun dariku untukmu kecuali rasa cinta dan rindu ku yang mendalam terhadapmu. Semoga rasa cinta dan rindu ini merupakan berkah dariNya untuk diriku, aamiin ya Rabbal ‘alamin…

Jodohku mungkin sekarang kita belumlah bertemu, tapi yakinlah janjiNya kepada kita semua. Janganlah takut kita tidak akan bertemu, karena pertemuan kita adalah suatu kepastian dariNya.

Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Adz Dzariyat: 49)

“Maha Suci Tuhan yang Telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (QS. Yaasiin36).

Mungkin saja kita tidak akan berjumpa di dunia ini, tapi insya Allah kita akan bertemu di surgaNya kelak.

Jodohku,

Janganlah kau jadikan masa menunggu ini sebagai alasan. Janganlah kau jadikan jodoh itu sebagai bentuk pelegalan berbagai macam bentuk pacaran. Maukah engkau memulai suatu ibadah dengan perbuatan dosa ? tentu tidakkan, sungguh tak ada maksud lain dariku untuk melarangmu berpacaran melainkan rasa cinta dan sayang dariku yang begitu mendalam.

Jodohku,

Sungguh rasa rinduku terhadapmu sangatlah besar, besar harapku untuk sesegera mungkin bertemu denganmu. Ingin rasanya ku untuk secepat mungkin mencurahkan rasa cintaku padamu, ingin rasanya diriku untuk menyempurnakan setengah dienku. Tapi apa daya kita sekarang belumlah bertemu, mungkin ini adalah sebuah skenario indah dariNya agar kita lebih bersabar dan menerima setiap ketentuannya.Serta mempertemukan kita di waktu dan tempat yang terindah.

Jodohku,

Ingatkah engkau dengan janjiNya…

Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). (QS An Nur:26)

Oleh karena itu marilah kita bersama-sama untuk menjadi yang terbaik. Kita jadikan waktu yang tersisa ini untuk menjadi lebih baik, sungguh di sini ku kan selalu mendo’akanmu untuk dipermudahkan dalam menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Dan ku sangat berharap agar dirimu pun mendo’akan yang sama bagiku.

Jodohku,

Ingatlah di sini ku kan setia menantimu. Ku harap kaupun juga setia dalam penantian ini, penantian akan saat-saat indah itu. Saat-saat terindah dalam menjalani dien ini, saat-saat telah sempurnanya setengah dien kita.

Sabarkanlah ku menanti pasangan hati,
tulus kan kusambut sepenuh jiwa ini,
di dalam asa diri menjemput berkahMu,
tibalah ijinMu atas harapan ini

(Seismic/Penantian)

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…

Surat Cintaku Untukmu

http://www.eramuslim.com/
 

Selasa, 05 Maret 2013

Inilah Cinta dan Kesetiaan !

July 27, 2009. Dikirim Ummu Raihanah dalam Keluarga, Nikah 
 
Pada dirinya yang mulia sumber  teladan bagi setiap manusia yang berusaha menggapai ridha-Nya. Terpesona pada kehidupannya yang tak akan pernah habis dan puas di reguk oleh hamba-hambaNya yang merindukan surga-Nya.Sampai masalah kehidupan pribadinya pun begitu indah mempesona. Ia memberi teladan bagi para suami tentang arti cinta dan kesetiaan pada pasangannya yang sesungguhnya. Cinta itu tak kan pernah lekang oleh ruang dan waktu yang di lewati manusia. Walau sang belahan jiwa tercinta telah keharibaan-Nya. Tapi cinta itu tetap membara di dalam dadanya yang suci dan mulia. Bila ia teringat pada sang kekasihnya tercinta yang telah tiada, bibirnya yang mulia tak kan jemu senantiasa menyebut namanya ,memujinya dan memintakan ampunan untuknya. Adakah para suami istri berhasrat untuk meneladani cinta dan kesetiaannya?
Duhai, para suami,…junjunganmu memberikan contoh yang sangat istimewa dan mulia. Tentang kisah cinta dan kesetiaannya yang telah disaksikan oleh istri-istrinya yang lain dan para sahabatnya yang mulia. Generasi seterusnya dan para ulamapun membukukannya dalam tulisan mereka. Sehingga kisah ini bukanlah dongengan ataupun khayalan semata. Akan tetapi ia nyata adanya dan bagi orang yang ingin menirunya tentu pahala menantinya. Tidakkah hatimu tergerak untuk mewujudkannya?
Rasulmu tercinta yang amat sangat mencintai umatnya adalah sangat menghargai jasa istrinya. Bukti penghargaan beliau ini diwujudkan dengan tidak menikahnya beliau dengan wanita lain ketika Khadijah radiyallahu anha masih hidup mendampinginya. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari jalan Az-Zuhri dari Urwah radiyallahu anhu bahwa Aisyah radiyallahu anha berkata:
“Nabi Shalallahu alaihi wassalam tidak menikahi wanita lain sampai khadijah wafat”1
Hal ini tidak diperselisihkan di kalangan ahli ilmu dan sejarawan yang menunjukkan betapa agungnya kedudukan khadijah radiyallahu anha dalam hati beliau, tidakkah engkau memikirkannya?
Wahai para istri,…mengapa sangat agung kedudukan Khadijah radiyallahu anha dalam hati beliau shalallahu alaihi wassalam?Karena ia telah memberikan pengorbanan dan jasa yang sangat besar dalam kehidupan suaminya tercinta.Ia tak kenal  lelah dan letih begitu setia mendampingi  Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dalam berdakwah mengenalkan islam pada masyarakat Quraisy waktu itu, sehingga sang suami mendapat berbagai cobaan, ujian dan kesulitan dalam hidupnya. Ia korbankan harta bendanya untuk sang suami tercinta di jalan dakwahnya, memberikan dukungan, ketenangan dan kasih sayang yang melimpah ruah dalam rumah tangganya.Mendidik anak-anak beliau sehingga menjadi penyejuk mata bagi keduanya.Inilah sosok istri teladan yang patut  bagi setiap muslimah untuk mencontohnya dan mempersembahkannya untuk suami tercinta sehingga rumah tangga setiap muslim menjadi kokoh dan kuat bangunannya.Wajarlah bila Allah Azza wa jalla memberikan kabar gembira atas jasa-jasa beliau ini berupa istana di surga.Dari Abu Hurairah radiyallahu anhu bahwa suatu ketika malaikat Jibril mendatangi Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dia berkata :
”Wahai Rasulullah, itu Khadijah telah datang membawa makanan atau minuman. Kalau sudah tiba, sampaikan salam kepadanya dari Allah dan dariku, dan berilah kabar gembira bahwa telah di sediakan untuknya sebuah istana di surga yang terbuat dari intan permata dan di istana tersebut tidak ada keributan maupun keletihan”2
Selain itu atas jasa besar Khadijah radiyallahu anha yang sangat tulus dalam memperjuangkan islam akhirnya beliaupun berhak menyandang gelar sebagai wanita yang terbaik pada umat ini. Dari Ali bin Abu Thalib Radiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shalalahu alaihi wassalam bersabda:
“Wanita mereka yang terbaik adalah Maryam (yakni kepada umat yang didalamnya terdapat Maryam)dan wanita umat ini yang terbaik adalah Khadijah “3
Bukankah Allah sangat cepat hisabnya wahai saudariku,…Tidaklah Dia membalas kebaikan melainkan dengan kebaikan  bahkan yang berlipat ganda, dan tidakkah kita ingin meraihnya?
Untuk para suami yang berusaha membahagiakan sang istri tercinta,…walau Khadijah radiyallahu anha  telah tiada penghormatan beliau padanya tetap seperti di masa hidupnya . Beliau senantiasa memberikan hadiah pada kerabat dan kawan-kawan istrinya sebagai bukti nyata cinta beliau bukan hanya isapan jempol belaka.Sehingga perbuatan beliau ini membuat Aisyah radiyallahu anha sangat cemburu, Aisyah berkata :
“Aku tidak pernah cemburu kepada satupun diantara istri-istri Rasulullah shalallahu alaihi wassalam seperti cemburuku kepada Khadijah. Aku tidak melihatnya, akan tetapi Rasulullah sering menyebut namanya. Terkadang beliau menyembelih  kambing, lalu memotong-motongnya, kemudian membagi-bagikannya kepada kawan-kawan Khadijah.Pernah aku berkata pada beliau, ‘Seolah-olah tidak ada perempuan lain di dunia ini selain Khadijah?” Beliau menjawab : “Dia dulu begini dan begitu. Dan darinya pula aku punya anak”4
Tentang perkataan Aisyah”…akan tetapi Rasulullah sering sekali menyebut namanya” Ibnu Hajar berkata bahwan dalam riwayat Abdullah al-Bahiyy dari Aisyah sebagaimana di sebutkan dalam Kitab Ath-Thabrani “beliau menyebut nama Khadijah, tidak bosan-bosan memujinya dan beristighfar untuknya”5
Tentang perkataan Rasulullah Shalalahu alaihi wassalam : “Dia dahulu begini dan begitu” Ibnu Hajar berkata bahwa maksudnya dia adalah wanita mulia, cerdas dan sejenisnya.6
Dalam kitab Al-Musnad Imam Ahmad menyebutkan riwayat Masruq dari Aisyah bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam bersabda:
“Dia beriman kepadaku ketika orang-orang ingkar, membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, membantuku dengan hartanya ketika orang-orang tidak mau memberi bantuan, dan Allah Subhanahu wa ta’ala memberiku anak darinya ketika Dia tidak memberiku anak dari wanita lain”7.
Imam Nawawi berkata  : “Hadits-hadits ini merupakan dalil kesetiaan, penjagaan cinta kasih, dan penghormatan kepada pasangan hidupnya baik semasa hidup maupun setelah mati, serta penghormatan kepada para kenalan teman hidup tersebut”.8.
Jasa istrinya selalu beliau kenang sepanjang masa, sepanjang perjalanan hidupnya. Beliau begitu setia, santun, memiliki pergaulan yang baik dengan istrinya, menjaga kehormatan hidup istrinya baik di saat hidup maupun setelah tiada serta memuliakan kerabat dan teman-temannya.Cintanya tak pernah lekang di makan usia bahkan beliau tetap setia mencintainya ,senantiasa menyebut namanya. Betapa indahnya!
Aisyah berkata bahwa Haalah binti Khuwailid saudara perempuan Khadijah meminta izin bertemu Rasulullah Shalallahu alihi wassalam. Saat itu beliau teringat akan cara minta izinnya Khadijah yaitu cara minta ijin Haalah yang mirip dengan Khadijah. Beliaupun terkenang dan terkejut dengan berkata “ Ya, Allah itu Haalah!” Aisyah yang melihat sikap beliau ini menjadi sangat cemburu. Aku berkata pada beliau :”Untuk apa engkau mengingat-ingat perempuan tua yang sudah tanggal giginya (ompong) dan sudah lama mati, padahal Allah telah memberimu ganti yang lebih baik darinya”9
Tidakkah engkau melihat kecemburuan Aisyah? Cemburu pada wanita yang telah tiada? Rasulullah tidak pernah melupakannya, melupakan gerak-gerik istrinya di masa hidupnya semua terekam indah dalam ingatan beliau. Hingga Aisyahpun tak kuasa menahan kecemburuannya.Adakah yang mau merenungkannya?
Pada Rasulullah suri tauladan yang menawan, semoga dengan membaca kisah cinta dan kesetiaannya hatimu akan tertawan. Alangkah indah dan manisnya hidup dalam cinta dan kesetiaan.Sehingga tenanglah hati para istri mengarungi biduk rumah tangga yang penuh onak dan duri-duri kehidupan. Islamlah solusi kehidupan bagi para pasangan. Di dalamnya akan kita dapati jalan keluar yang kita butuhkan.  Wahai para suami,…apalagi yang engkau pikirkan? Jika manusia yang paling mulia di atas bumi ini telah mengajarkanmu arti cinta dan kesetiaan. Tidakkah ingin engkau persembahkan kepada pasangan hidupmu yang telah Allah halalkan? Dan tentu para istripun akan menambah pengabdian dan ketaatan mereka padamu karena inilah yang mereka harapkan! Wallahu ‘alam bish-shawwab.
Artikel ini telah di muraja’ah oleh : Ustadz Khalid Samhudi Lc dan Ustadz Muhammad Elvy Syam Lc.
Â
Sumber Rujukan :
1.Fathul Baari Syarah Shahihul Bukhari jilid 7  Kitabul Manaqib Al-Anshariy, Bab Tazwiijun Nabi Shalallahu alaihi wassalam Khadijata wa fadhliha radiyallahu anha, di tahkik oleh Syaikh Abdullah bin Baaz, daarul Fikr, Lebanon.
2.Ringkasan Shahih Muslim, Imam Al-Mundziri ,Bab Keutamaan Khadijah Radiyallahu anha Ummul Mukminin, Istri Nabi Shalallahu alaihi wassalam hal:  976-978, Pustaka Amani,Jakarta

Catatan kaki:
  1. Fathul Baari 7:517 []
  2. HR. Bukhari no.3820 dan Muslim no.1671 []
  3. HR.Bukhari no.3815 Fathul Baari 7/512 dan Muslim no.1670 []
  4. HR. Bukhari no 3818 []
  5. Fathul Baari :7/516 []
  6. Fathul Baari : 7/516 []
  7. fathul Baari 7/516 []
  8. Fathul Baari, 7/517 []
  9. HR.Bukhari no.3821 Muslim no.1674 []

    Sumber: http://jilbab.or.id/archives/654-inilah-cinta-dan-kesetiaan/#more-654

Fathimah Radiyallahu ‘anha Memahami Arti Jilbab yang Sesungguhnya

September 1, 2009. Dikirim Ummu Raihanah dalam Biografi, Fiqih Muslimah 
 
Adakah kaum muslimin dan muslimah yang tak mengenal sosok Fathimah binti Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam? Rasanya tak mungkin! Beliau radiyallahu’anha satu-satunya putri Rasulullah shalallahu alaihi wassalam  yang hidup mendampingi  beliau hingga wafatnya beliau ke Rafiqil a’la.1 Fathimah az-Zahra radiyallahu’anha adalah ratu bagi para wanita di surga (Sayyidah nisa ahlil jannah). Pemahaman beliau tentang arti jilbab yang sesungguhnya sangat layak untuk disimak dan direnungi oleh para muslimah yang sangat merindukan surga dan keridhaan RabbNya. Sudah sempurnakah kita menutup aurat kita seperti apa yang difahami Shahabiyah?
Wahai saudariku muslimah yang merindukan surga Firdaus al-A’la…Shahabiyah yang mulia ini memandang buruk terhadap apa yang di lakukan wanita terhadap pakaian yang mereka kenakan yang masih menampakkan gambaran bentuk tubuhnya. Apa yang beliau tidak sukai itu beliau sampaikan kepada Asma radiayallahu’anha sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Ummu Ja’far bahwasanya Fatimah binti Rasulullah shalallahu alaihi wassalam berkata:
“Wahai Asma’! Sesungguhnya aku memandang buruk apa yang dilakukan oleh kaum wanita yang mengenakan baju yang dapat menggambarkan  tubuhnya.” Asma’ berkata : ‘”Wahai putri Rasulullah maukah kuperlihatkan kepadamu sesuatu yang pernah aku lihat di negeri Habasyah?” Lalu Asma’ membawakan beberapa pelepah daun kurma yang masih basah, kemudian ia bentuk menjadi pakaian lantas dipakai. Fatimah pun berkomentar: “Betapa baiknya dan betapa eloknya baju ini, sehingga wanita dapat dikenali (dibedakan) dari laki-laki dengan pakaian itu. Jika aku nanti sudah mati, maka mandikanlah aku wahai Asma’ bersama Ali (dengan pakaian penutup seperti itu ) dan jangan ada seorangpun yang menengokku!” Tatkala Fatimah meninggal dunia, maka Ali bersama Asma’ yang memandikannya sebagaimana yang dipesankan. ”2
Syaikh Albani rahimahullah berkata : Perhatikanlah sikap Fatimah radiyallahu anha yang merupakan  bagian dari tulang rusuk Nabi shalallahu alaihi wassalam bagaimana ia memandang buruk bilamana sebuah pakaian itu dapat mensifati atau menggambarkan tubuh seorang wanita meskipun sudah mati, apalagi jika masih hidup, tentunya jauh lebih buruk. Oleh karena itu hendaklah kaum muslimah zaman ini merenungkan hal ini, terutama kaum muslimah yang masih mengenakan pakaian yang sempit dan ketat yang dapat menggambarkan bulatnya buah dada, pinggang, betis dan anggota badan mereka yang lain. Selanjutnya hendaklah mereka beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya”3
Wahai ukhti muslimah yang dirahmati Allah,…benarlah apa yang dikatakan oleh Syaikh Albani rahimahullah. Fitnah yang melanda kaum muslimah begitu deras dan hebat.Jika Fathimah radiyallahu’ anha saja tidak rela jasadnya tergambar bentuk tubuhnya tentulah dapat kita fahami bagaimana beliau mengenakan jilbab di masa hidupnya. Karena beliau sangat memahami perintah jilbab dengan pemahaman yang benar dan sempurna. Pemahaman beliau yang sangat mendalam ini jelas tersirat dari ketidaksukaannya yang beliau pandang sebagai suatu keburukan apabila seorang wanita memakai pakaian yang dapat menggambarkan lekuk tubuhnya.
Lalu bandingkanlah dengan apa yang dikenakan oleh sebagian kaum muslimah dewasa ini sangat jauh dari apa yang disyariatkan oleh Rabb mereka. Jauh panggang dari api.Mereka menisbahkan pakaian wanita dengan kerudung ala kadarnya yang sekedar menutupi leher-leher mereka tidak sampai menutupi dada dengan nama pakaian islami atau jilbab. Dan ironisnya yang memakainyapun  merasa bahwa apa yang mereka pakai itu sudah benar karena melihat  para artis di TV mengenakan yang demikian itu jadilah pakaian trendy ini menyebar begitu cepat dan menjadi pakaian pilihan utama mereka. Bahkan tentu terkadang kita melihat saudari kita yang memakai busana muslimah yang justru menambah fitnah karena nampak jelasnya lekuk tubuh mereka dengan penutup kepala yang melilit di leher (sehingga jenjang atau tidaknya bentuk leher terlihat sangat jelas) dan hanya sampai di bagian pundak saja tidak sampai ke dada disambung dengan pakaian ketat yang menggambarkan bentuk payudara mereka kemudian  celana ketat yang menambah jelas  lekukan tubuh mereka. Ada juga yang memakai abaya (gamis/pakaian terusan) memilih ukuran yang ketat daripada ukuran besar dan lapang dengan alasan agar nampak cantik dan modis! Sebagian adapula yang memakai penutup kepala dengan menyanggul rambut-rambut mereka hingga ketika mereka berjalan dapat dilihat dengan jelas ikatan rambut tersebut, karena sangat kecilnya penutup kepala yang mereka pakai maka merekapun mengikat rambut tersebut agar tidak menyembul keluar. Bukankah apa yang mereka pakai itu semua  justru yang semestinya mereka jauhi karena Rasulullah shalallahu alaihi wassalam telah bersabda :
“Pada akhir ummatku nanti akan ada wanita-wanita yang berpakaian namun (hakekatnya) telanjang. Di atas kepala mereka seperti terdapat bongkol (punuk) onta. Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka itu adalah kaum wanita yang terkutuk.”4
Di dalam hadits lain terdapat tambahan :
“Mereka tidak akan masuk surga dan juga tidak akan memperoleh baunya, padahal baunya surga itu dapat dicium dari perjalanan (jarak) sekian dan sekian.”5
Kemudian lihatlah penjelasan dari Ibnu Abdil Barr rahimahullah ia berkata:
 “Yang dimaksud Nabi shalallahu alaihi wassalam adalah kaum wanita yang mengenakan pakaian yang tipis, yang dapat mensifati (menggambarkan) bentuk tubuhnya dan tidak dapat menutup atau menyembunyikannya. Mereka itu tetap berpakaian namanya, akan tetapi hakekatnya telanjang.”6
Dari Ummu Alqamah bin Abu Alqamah bahwa ia berkata :
“Saya pernah melihat Hafshah bin Abdurrahman bin Abu Bakar mengunjungi ‘Aisyah dengan mengenakan khimar(kerudung) tipis yang dapat menggambarkan pelipisnya, lalu ‘Aisyah pun tak berkenan melihatnya dan berkata : “Apakah kamu tidak tahu apa yang telah diturunkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dalam surat An Nuur?!” Kemudian ‘Aisyah mengambilkan khimar untuk dipakaikan kepadanya.7
Syaikh Albani menjelaskan perkataan Aisyah radiyallahu anha : Apakah kamu tidak tahu tentang apa yang diturunkan oleh Allah dalam surat An-Nuur? Mengisyaratkan bahwa wanita yang menutupi tubuhnya dengan pakaian yang tipis pada hakikatnya ia belum menutupi tubuhnya dan juga belum melaksanakan firman Allah Subahnahu wa ta’ala yang ditunjukkan oleh Aisyah radiyallahu anha yaitu “Dan hendaklah kaum wanita menutupkan khimar/kerudung pada bagian dada mereka”8
Tidakkah kita melihat perbedaan yang sangat jauh antara generasi Shahabiyah dengan kita? Mereka benar-benar menjadikan jilbab sebagai penutup tubuh dan aurat sebagai bentuk ketaatan pada perintahNya sedangkan kita justru sebaliknya menjadikan jilbab sebagai pembuka fitnah kecuali wanita-wanita yang dirahmati Allah. Jilbab yang difahami shahabiyah sebagai pakaian yang lapang (lebar) yang menutupi tubuh dari atas kepala hingga ujung kaki sedangkan kaum muslimah sekarang menganggap jilbab adalah secarik kain yang digunakan untuk menutupi rambut mereka saja sedangkan bagian-bagian lainnya mereka tutupi dengan bahan yang ala kadarnya yang tidak bisa dikatakan menutupi aurat apalagi menutupi lekuk tubuh mereka. Kepada Allahlah kita memohon pertolongan semoga kaum kita mau kembali kepada Rabb mereka dan  berusaha untuk  menunaikan apa yang diperintahkan Allah dan rasulNya secara sempurna dan menyeluruh. Sebagaimana firmanNya:

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu(Al-Baqarah :208). Â
Wallahu'alam bish-shawwab.
Artikel ini telah di cek oleh : Ustadz Muhammad Elvy Syam Lc.
Sumber Rujukan :
  1. Jilbab Wanita Muslimah menurut Al-Qur’an dan Sunnah, Syaikh Nashiruddin Al-Albani,Pustaka Tibyan,Solo.
  2. Ringkasan Shahih Muslim, Imam Al-mundziri, Pustaka Amani, Jakarta.
  3. Mengenal Shahabiyah Nabi Shalallahu alaihi wassalam, Mahmud al-Istanbuli, Pustaka Tibyan, Solo.

Catatan kaki:
  1. Hadits yang di riwayatkan Bukhari V/137 dan Muslim no.2450 yang berbunyi :“Wahai Fatimah relakah engkau menjadi ratu bagi para wanita disurga?….”[Lihat Mengenal Shahabiyah Nabi Shalallahu alaihi wassalam hal :127-128] []
  2. dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab al-Hilyah 2/43, Al Bayhaqi 3/34-35 untuk lebih jelasnya bisa di lihat dalam Jilbab Wanita Muslimah, Syaikh Nashiruddin AlBani, hal 140-141 []
  3. Jilbab Wanita muslimah hal: 140 []
  4. dikeluarkan oleh at-Thabrani dalam “Al-Mu’jam As-Shaghir” hal. 232 dari hadits Ibnu Amru dengan sanad shahih lihat jilbab wanita muslimah hal :130 []
  5. HR.Muslim dari riwayat Abu Hurairah hadits no.1388 []
  6. dikutip oleh As-Suyuthi dalam “Tanwirul Hawalik” 3/103 lihat Jilbab Wanita Muslimah hal:131 []
  7. Ibnu Sa’ad 8/47 lihat Jilbab Wanita Muslimah hal 131 []
  8. idem hal 131 []

    Sumber: http://jilbab.or.id/archives/791-fathimah-radiyallahu-anha-memahami-arti-jilbab-yang-sesungguhnya/

Pentingnya Musyawarah dalam Keluarga (bagian 1)

Pentingnya Musyawarah dalam Keluarga (bagian 1)

March 4, 2013. Dikirim mustikasari dalam Keluarga 
(Pengantar penyadur:) Berikut adalah tulisan Ust Aunur Rofiq bin Ghufron yang kami salin dari majalah Al Mawaddah Edisi Ke-8 Tahun Ke-2 :: Rabi’ul Awal 1430 H :: Maret 2009. Ini adalah bagian pertama dari dua bagian.
Kerap kali kita jumpai sebuah keluarga yang asal mulanya hidup penuh dengan kasih sayang namun setelah beberapa waktu tiba-tiba muncul kesenggangan bahkan bentrokan.
Banyak hal yang menyebabkannya; salah satunya adalah karena beda pendapat, baik antara suami dengan istri, orang tua dengan anak, mertua dengan menantu bahkan dengan keluarga lainnya. Bahkan terkadang sebabnya cuma sepele, namun tak jarang yang berakibar pertengkaran, perceraian atau lebih dari itu.
Bila diselidiki, salah satu faktornya ialah kurang terbinanya komunikasi yang baik dalam rumah tangga, yang menihilkan dilakukannya musyawarah.

Faktor Persengketaan

Allah menciptakan manusia berlainan jenis, juga kekuatan serta daya berpikirnya. Wanita diciptakan sebagai manusia yang kurang akal, kurang ibadah, bahkan tidak jarang yang malas beribadah. Wanita bersifat suka dimanja, ingin dituruti semua keinginannya. Ia maunya jadi ratu, sulit diatur, bahkan malah ingin mengatur. Maka tak jarang istri yang suka menghina suami dan tidak menghargai kebaikannya. Lemah akalnya menjadikannya suka ngambek jika bertengkar, mudah minta cerai, maunya minggat saja, atau minta dipulangkan ke rumah orang tua tanpa berpikir bagaimana bila dia jadi janda dan bagaimana dengan anak-anaknya.
Watak wanita begitu nampak saat suami ingin ta’adud (poligami) misalnya, hatinya akan berontak, marah, mogok, tidak mau berkumpul lagi dan banyak yang jadi jelek tutur katanya. Semuaya tanpa alasan yang jelas. Inilah sifat jelek wanita pada umumnya, walaupun tidak semuanya, hanya wanita yang berimana dan sholilah yang selamat dari watak jelek tersebut.
Beda dengan kaum pria atau suami, apalagi yang sholil. Ia dijadikan oleh Allah berbadan kuat, penyabar, bertanggung jawab mencari nafkah, dan ulet dalam mengatur anak dan istrinya. Ini jika seorang laki-laki berbekal takwa. Walaupun ada juga laki-laki atau suami yang nakal, membiarkan istri dan anak telantar tidak diurusi.
Di sisi lain, anak sering nakal. Jika suami marah kepada anaknya, istri tidak mau terima. Belum lagi bila sang ibu, atau bahkan mertua ikut campur tangan, pasti tambah ruwet masalahnya.
Berbagai keadaan yang serba berbeda ini memicu munculnya berbagai masalah. Bisa saja ia kan terus menjadi masalah bila tidak ada musyawarah bersama keluarga.

Makna Musyawarah

Islam menganjurkan kepada pemeluknya agar gemar bermusyawarah. Firman Allah
… dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad. maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya (QS Ali Imron [3]:159)
dan dalil yang lain adalah surat asy-Syuro ayat 38.
Musyawarah ialah merundingkan suatu masalah atau mengambil pendapat orang lain[1]. Hal itu sudah menjadi kebiasaan para salaf. Ibnu Katsir berkata: “Para sahabat tidak mau memastikan suatu perkara sehingga mereka bermusyawarah terlebih dahulu.” (Tafsir Ibnu Katsir 7/192)

Mengapa Bermusyawarah Bersama Keluarga?

Allah berfirman:
…sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka… (QS. asy-Syuro[42]:38)
Tidaklah Allah memerintahkan hamba-Nya agar bermusyawarah melainkan pasti banyak faedahnya. Di antara keutamaan musyawarah adalah apa yang dikatakan Sufyan: “Telah sampai berita kepadaku bahwa musyawarah adalah separuh dari akal.” (Musnad Ibu Abi Syaibah)
Musyawarah dilakukan untuk mencari yang lebih baik dan meninggalkan yang jelek dan mungkar. Ini saja sudah merupakan keutamaan tersendiri. Musyawarah juga akan melunakkan hati anggota keluarga dan mencerdaskan akal mereka. Musyawarah juga merupakan penyebab menuju kebenaran. Dan tidaklah suatu kaum memusyawarahkan sesuatu melainkan mereka pasti akan diberi petunjuk.[2]
Dengan bermusyawarah akan ringanlah beban mental anggota keluarga. Dengan musyawarah, anggota keluarga juga akan bisa melatih diri menghargai pendapat dan belas kasihan kepada yang lain. Musyawarah akan menghilangkan penyesalan dan menjalin hidup saling bergotong-royong dan bantu-membantu menuju hidup yang diridhoi oleh Allah.
Bersambung ke bagian 2 insya Allah. (penyadur)
Catatan Kaki:
  1. Mufrodat al-Fadzil Qur’an 470
  2. Lihat perkataan Ibnu Arobi dalam Tafsir ad-Durul Mansur 2/357

    Sumber: http://jilbab.or.id/archives/992-pentingnya-musyawarah-dalam-keluarga-bagian-1/

Setetes Parfum yang Kau Usapkan Pada Tubuhmu

Parfum dan wanita merupakan bagian yang tak terpisahkan.Saking pentingnya banyak kaum hawa yang tak percaya diri bila tidak memakai benda ini. Sekejap saja kita keluar rumah dijalan, di pasar, di tempat keramaian maka akan dengan mudah hidung kita mencium bau yang semerbak dari wewangian parfum.Berbagai macam merek parfum dijual dari harga di bawah sepuluh ribu rupiah sampai ratusan ribu bahkan ada yang mencapai jutaan.Yang menjadi masalah bukannya merek atau harganya . Sebenarnya boleh nggak sih seorang wanita muslimah keluar dengan memakai parfum?walaupun hanya setetes saja?
Wajib bagi setiap muslimah mengetahui tentang masalah ini agar nantinya bermanfaat bagi diri kita, apakah yang kita lakukan sudah sesuai dengan garis syariat agama kita , sayang kan kalau ternyata hal ini kita anggap enteng (disepelekan)ternyata merupakan suatu kesalahan besar setelah di tinjau dari kacamata islam sehingga anggapan semacam ….ah itukan hanya setetes saja apa salahnya??, atau hanya parfum ini …tidak akan kita dengar lagi ……lalu bagaimana sebenarnya islam memandang masalah wanita yang keluar rumah dengan memakai parfum ??? Ada baiknya kita simak penjelasan berikut ini.
  1. Nabi Shalallahu alaihi wassalam bersabda:”Siapa saja perempuan yang memakai harum-haruman (parfum) maka janganlah ia menghadiri shalat isya (dimasjid) bersama kami” {Shahih riwayat Imam Ahmad,Muslim, Abu Dawud, dan Nasa’i dari jalan Abu Hurairah, juga lihat kitab Ash-shahihah hadits no.1094)
  2. Dari Abu hurairah : “Bahwa seorang wanita berpapasan dengannya dan bau wewangian (parfum) menerpanya.Maka Abu Hurairah berkata:”Wahai hamba Allah! apakah kamu hendak kemasjid?”ia menjawab:”Ya!” Abu Hurairah kemudian berkata lagi:”Pulanglah saja, lalu mandilah! karena sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam bersabda:”Jika seorang wanita keluar menuju masjid sedangkan bau wewangiannya menghembus maka Allah tidak menerima shalatnya, sehingga ia pulang lagi menuju rumahnya lalu mandi (baru kemudian shalat kemasjid” {Hadits shahih, dikeluarkan oleh Al-baihaqi (III/133 dan 246) lihat silsilah Hadits Shahihah Syaikh Albani 3/1031)
  3. Nabi shalallahu alaihi wassalam bersabda:”Siapa saja perempuan yang memakai minyak wangi kemudian keluar ke masjid niscaya tidak diterima shalatnya sehingga ia mandi dahulu (membersihkan dirinya dari wangi-wangian tersebut) ” {Shahih riwayatb Ibnu Majah dari jalan Abu Hurairah}
Hadits  pertama menjelaskan haramnya seorang wanita keluar ke masjid untuk menghadiri shalat isya dengan memakai wewangian.Disebutnya shalat isya disini tidak berarti menghadiri shalat-shalat lainnya diperbolehkan.Tentu saja tidak!!karena pada hadits kedua dan ketiganya menunjukkan keumuman seluruh macam shalat baik shalat fardhu maupun sunnah (seperti shalat tarawih dan shalat hari raya). Disebut shalat isya pada hadits no. 1 karena fitnahnya lebih besar.Kita lihat penjelasan Ibnul Malik mengenai hal ini :”shalat isya itu dikerjakan pada waktu malam hari, dimana kondisi jalanan pada waktu itu sepi dan gelap, sedangkan bau harum itu dapat membangkitkan birahi laki-laki, sehingga kaum wanita tidak bisa aman dari fitnah pada saat-saat seperti itu.Berbeda dengan waktu lainnya seperti Shubuh dan Magrib yang agak terang. Sudah jelas bahwa memakai wewangian itu menghalangi seorang wanita untuk mendatangi masjid secara mutlak”(Jilbab Wanita Muslimah:143-144)’
Apakah benar hanya ke masjid saja yang dilarang??? kalau begitu keluar rumah asalkan kita nggak ke masjid sah-sah saja kita memakai minyak wangi.Pembahasan ini belum lah selesai. Penulis menemukan satu hadits lagi yang patut kita camkan baik-baik karena apabila kita meremehkan bahaya sekali akibatnya .Ingin tahu lebih detail lagi???
Hadits ini diriwayatkan dari jalan Abu Musa Al-Asyari Radhiyallahu anhu dia menceritakan bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi wassalam telah bersabda:
“Siapa saja perempuan yang memakai minyak wangi, kemudian ia keluar lalu ia melewati suatu kaum (orang banyak) supaya mereka mendapati (mencium )baunya , maka dia itu adalah perempuan zina /tuna susila”(Hadits ini hasan shahih diriwayatkan Imam Ahmad(4/414),Abu Dawud(4173),Tirmidzi(2786),An-Nasa’i(8/153)).
Jadi bagi siapa saja wanita muslimah yang memakai parfum ketika keluar rumah akan terkena ancaman ini. Alasan pelarangannya sudah jelas yaitu bahwa hal itu dapat membangkitkan syahwat kaum laki-laki.Al-Alamah Al-Mubarakafuri Rahimahullah menjelaskan hadits diatas dengan mengatakan:
“Yang demikian itu disebut berzina karena wangi-wangian yang dikenakan wanita dapat membangkitkan syahwat laki-laki dan menarik perhatian mereka. Laki-laki yang melihatnya berarti telah berzina dengan mata dan dengan demikian wanita itu telah melakukan perbuatan dosa “(30 larangan Wanita 30-31).
begitu pula dengan Syaikh Albani beliaupun menyampaikan penjelasan hadits diatas (hadits 1,2,3 dan yang terakhir ) dengan berkata:
“Jika hal itu (memakai wewangian ) saja diharamkan bagi wanita yang hendak keluar masjid, lalu apa hukumnya bagi yang hendak menuju pasar, atau tempat keramaian lainnya??tidak diragukan lagi bahwa hal ini jauh lebih haram dan lebih besar dosanya.AlHaitsami dalam kitabnya Az-Zawajir (2/37) menyebutkan bahwa keluarnya seorang wanita dari rumahnya dengan memakai harum-haruman dan berhias adalah termasuk perbuatan dosa besar, meskipun suaminya mengijinkannya.(Jilbab Wanita muslimah 143).
Mungkin akan timbul pertanyaan dalam benak kita, kalau memakai parfum haram hukumnya (ketika keluar rumah) lalu bagaimana mengatasi bau badan kita???tentunya kita akan malu dan tidak percaya diri berdekatan dengan teman-teman di kampus, sekolah, rumah sakit dan sebagainya.Bagaimana ini???ukhti-ukhti jangan khawatir sekarang ini banyak produk yang dijual dipasaran untuk mengatasi masalah tersebut.Dari yang berbentuk bubuk sampai cairpun dijual bebas.Pilihlah yang tidak memakai wewangian (fragarance free),apalagi kalau ukhti rajin minum jamu maka tidaklah sulit untuk mengatasi masalah “bau badan ini” dengan rajin mandi, minum jamu dan memakai produk khusus untuk mengatasi “bau badan” maka insya Allah kita akan terhindar dari bau yang tidak menyenangkan itu.Sehingga kita tidak akan bergantung lagi dengan parfum , bila ukhti dirumah maka islam tidak melarang seorang wanita muslimah memakainya, kita bebas memakainya asalkan kita yakin parfum itu tidak akan tercium oleh laki-laki yang bukan mahram kita.jadi kita nggak mau kan terjerumus dalam kesalahan fatal (dosa) hanya gara-gara dari setetes parfum yang kita pakai ketika keluar rumah.
Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita , sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.amin.
Daftar Pustaka:
  1. Jilbab Wanita Muslimah,Syaikh Albani,Pustaka Tibyan, 2000M
  2. 30 Larangan Wanita,Amr bin Abdul Mun’im,Pustaka Azzam,2000M
  3. Al-Masail, jilid 2, Abdul Hakim bin Amir Abdat,Darul Qalam,2003M
Sumber: http://jilbab.or.id/archives/26-setetes-parfum-yang-kau-usapkan-pada-tubuhmu/#more-26

Faidah Seputar Ikhlas [Fudhail bin 'Iyadh]



Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabb-nya hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabb-nya dengan sesuatu apapun.” (QS. al-Kahfi: 110).


Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata, “Sesungguhnya amalan jika ikhlas namun tidak benar maka tidak akan diterima. Demikian pula apabila amalan itu benar tapi tidak ikhlas juga tidak diterima sampai ia ikhlas dan benar. Ikhlas itu jika diperuntukkan bagi Allah, sedangkan benar jika berada di atas Sunnah/tuntunan.” (lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 19 cet. Dar al-Hadits).

Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah mengatakan, “Meninggalkan amal karena manusia adalah riya’ sedangkan beramal untuk dipersembahkan kepada manusia merupakan kemusyrikan. Adapun ikhlas itu adalah tatkala Allah menyelamatkan dirimu dari keduanya.” (lihat Adab al-’Alim wa al-Muta’allim, hal. 8)

Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Dahulu dikatakan: Bahwa seorang hamba akan senantiasa berada dalam kebaikan, selama jika dia berkata maka dia berkata karena Allah, dan apabila dia beramal maka dia pun beramal karena Allah.” (lihat Ta’thir al-Anfas min Hadits al-Ikhlas, hal. 592)

Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Bukanlah tangisan hakiki tangisan dengan mata. Akan tetapi tangisan yang hakiki adalah tangisan hati.” (lihat Ta’thir al-Anfas, hal. 579)

Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Ilmu dan amal terbaik adalah yang tersembunyi dari pandangan manusia.” (lihat Ta’thirul Anfas, hal. 231)

Sumber:  http://abu0mushlih.wordpress.com/2013/03/04/faidah-seputar-ikhlas-fudhail-bin-iyadh/

Senin, 04 Maret 2013

APA ITU AS-SAMAHAH [TOLERANSI]

Oleh : Syaikh Salim bin 'Ied Al-Hilali

TOLERANSI ISLAM MENURUT PANDANGAN AL-QUR'AN DAN AS-SUNNAH

Pendahuluan

Sesungguhnya segala puji bagi Allah kita memuji-Nya, meminta pertolongan dan ampun kepada-Nya, kita berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa-jiwa kita dan kejelekan amal-amal kita.

Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat menunjukinya.

Saya bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak diibadahi selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Amma ba'du.
Sesungguhnya sikap toleransi dalam Islam sangat nampak pada setiap perintah dan larangannya. Bahkan sampai kedetailnya, maka seharusnyalah sikap ini menjadi kebangkitan baru untuk menapaki mutiaranya, setiap liku-liku dan aturan-aturannya.


Sikap toleransi Islam ini tidak pernah walaupun sehari, menjadi sebuah kilauan emas yang membuat orang-orang berdesakan mengejar fatamorgana di siang yang terik, orang haus mengiranya air namun tatkala didatangi, dia tidak mendapatkan apa-apa. Tapi sikap toleransi Islam ini lebih besar daripada mafhum kemanusiaan yang dielu-elukan oleh yayasan-yayasan dan paguyuban jahiliyah di masa kini, dimana, dengan ucapan-ucapan indah mereka menipu berbagai suku bangsa dan kabilah, karena toleransi Islam memiliki makna yang luas mencakup hewan dan tetumbuhan dan mempunyai prinsip bahwa hubungan seorang muslim dengan makhluk lainnya adalah rasa kasih dan sayang walaupun dalam hal membunuh dan menyembelih.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat baik (ihsan) atas segala sesuatu. Jika kalian membunuh (dalam qishah atau perang, -pent) maka berbuat baiklah dalam cara membunuh, dan bila kalian menyembelih, maka berbuat baiklah dalam cara menyembelih, hendaklah salah seorang diantara kalian menajamkan parangnya dan menyenangkan sembelihannya" [Hadits Riwayat Muslim No. 1955, Ashabus Sunan dan yang lainnya]

Toleransi dalam Islam lebih dalam (nilai kandungannya) daripada mafhum kemanusiaan masa kini, karena toleransi ini menembus penampilan dhahir dan yang kasat mata sampai ke dasar lubuk hati yang paling dalam.

Toleransi dalam Islam lebih kekal dari mafhum kemanusiaan masa kini yang akan habis dengan punahnya jenis manusia di muka bumi ini, karena toleransi ini akan menyambungkan seorang muslim dengan kehidupan akhiratnya, di mana dia akan kekal berkat rahmat dari Tuhannya di dalam surga yang penuh kenikmatan dan dia akan mewarisi Al-Firdaus Al-A'la menurut kadar andilnya dalam toleransi ini.

Keheranan-ku tidak pernah hilang terhadap para penulis Muslim yang menjuluki Toleransi Islam dengan "Kemanusiaan Islam", mereka menyerupai ucapan orang-orang kafir.

Mereka ini tatkala melakukan tindakan tadi telah terjatuh dalam kesalahan bertumpuk, sebagiannya lebih tinggi dari yang lainnya.

Pertama, mereka telah mengganti kebaikan dengan sesuatu yang amat jelek, dimana mereka lebih mengedepankan istilah yang dibuat orang sekarang dan menolak istilah Islami yang termuat dalam ayat-ayat Al-Qur'an dan hadist-hadits Nabi yang shahih.

Terakhir, mereka mempersempit lingkup yang luas, karena mafhum toleransi dalam Islam lebih luas dan lapang daripada daerah 'kemanusiaan', sebagaimana yang engkau (pembaca) lihat baru saja.

Risalah yang ada dihadapanmu ini wahai saudaraku muslim, akan mengantarmu ke serambi toleransi Islam yang luas, agar engkau dapat leluasa dalam naungan-Nya dan memetik buahnya yang telah masak, supaya kebaikannya dapat dirasakan oleh umat Islam dan dapat menguatkan jalinan tali cinta dan kelembutan dikalangan para da'i Islam. Sehingga darah mereka saling terlindungi, orang rendahnya dapat mengejar tanggung jawab mereka, bersatu bergandengan tangan. Melawan musuh-musuhnya dan menyelamatkan manusia dari jerat-jerat kesesatan menuju jalan yang lurus.

Sungguh, saya berharap kepada Allah semoga saya telah memudahkan, meringankan dan menggampangkan mafhum toleransi kepada kaum muslimin semampuku. Mudah-mudahan Allah mema'afkan aku dan saudara-saudaraku fillah pada suatu hari yang tidak akan bermanfaat harta benda dan keturunan kecuali yang datang menghadap Allah dengan hati yang selamat.


Wa-'alaa Al-Llahi Qashdu As-Sabiili.
Abu Usamah Salim bin 'Ied Al-Hilaly
Pada tanggal 8 Syawal tahun 1407 Hijriyah
___________________________________


APA ITU AS-SAMAHAH (TOLERANSI) ?

Adalah :

[1] Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan
[2] Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan
[3] Kelemah lembutan karena kemudahan
[4] Muka yang ceria karena kegembiraan
[5] Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan
[6] Mudah dalam berhubungan sosial (mu'amalah) tanpa penipuan dan kelalaian
[7] Menggampangkan dalam berda'wah ke jalan Allah tanpa basa basi
[8] Terikat dan tunduk kepada agama Allah Subhanahu wa Ta'ala tanpa ada rasa keberatan

Adalah :

[a] Inti Islam
[b] Seutama iman
[c] Puncak tertinggi budi pekerti (akhlaq)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, bersabda.

"Artinya : Sebaik-baik orang adalah yang memiliki hati yang mahmum dan lisan yang jujur, ditanyakan : Apa hati yang mahmum itu ? Jawabnya : 'Adalah hati yang bertaqwa, bersih tidak ada dosa, tidak ada sikap melampui batas dan tidak ada rasa dengki'. Ditanyakan : Siapa lagi (yang lebih baik) setelah itu ?. Jawabnya : 'Orang-orang yang membenci dunia dan cinta akhirat'. Ditanyakan : Siapa lagi setelah itu ? Jawabnya : 'Seorang mukmin yang berbudi pekerti luhur" [Lihat Shahih Al-Jami' As-Shaghir wa Ziyadatuhu. No. 3266]

[Disalin dari kitabToleransi Islam Menurut Pandangan Al-Qur'an dan As-Sunnah, oleh Syaikh Salim bin 'Ied Al-Hilali, terbitan Maktabah Salafy Press, hal. 9-16, penerjemah Abu Abdillah Mohammad Afifuddin As-Sidawi]

::Dalam berkeluarga Sikap Qona'ah harus dimiliki oleh Setiap Pasutri::

Penulisnya adalah Khairin Syamruddin

Berikut saya akan bahas, dalam membangun rumah tangga tidak bisa langsung sekejap mendapatkan harta, sebagaimana Islam berbicara kaya pun tidak tercela.

Kita lihat sejarah orang tua kita, mereka membangun dan mensejahterakan kehidupan juga butuh kesabaran dan sikap lapang dada menerima kehendak Allah demi keromantisan serta hasilnya bisa dinikmati oleh anak-anaknya yang manis, betapa indahnya perjuangan mereka dan inilah sejenak deskripsi gambaran kehidupan orang tua..
Initinya dalam setiap kehidupan kita harus ridha menerima sedikit yang Allah berikan, dan memutuskan terhadap apa yang ada di tangan manusia dengan bertawakkal kepada Allah... Sungguh beruntung orang yang qana'ah dan menerima apa yang Allah berikan...

Perkara yang paling berharga dalam hidup seorang insan setelah keimanan adalah qona'ah...

Kalau di tangan orang yang berilmu dan beriman memegang sebuah prinsip "Kaya itu bukanlah dengan banyak materi, akan tetapi hakikat kaya itu adalah kaya hati.."

namun berhati-hatilah ketika materi dianggap kekayaan hidup akan menjadi merasa tidak tentram itulah manusia ingin bergelimang keserakahan.

Qana'ah bukan menerima apa adanya tanpa berusaha tetapi bekerja dengan sungguh-sungguh dan mensyukuri hari ini rizki kita.

"Sungguh beruntung orang yang telah masuk Islam, diberi kecukupan rezeki dan qona'ah menerima apa yang Allah berikan kepadanya. (HR. Muslim)

Lihatlah kepada orang yang keadaanya di bawahmu dan janganlah engkau lihat orang yang keadaannya di atasmu. Karena yang demikian itu lebih patut sehingga engkau tidak mengganggap kecil nikmat Allah atasmu.( HR. Bukhari dan Muslim)

Tujuannya agar seseorang tak terlalu bersedih sehinggga ia lupa memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya.

"Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan di dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Rabb-mu adalah lebih baik dan lebih kekal." (QS. Thoha: 131)

Namun adabnya ialah melihat kepada orang yang lebih sedikit daripadanya. Karena hal itu lebih mendorongnya untuk mengagungkan untuk mengagungkan untuk nikmat dan mensyukurinya. Ini dalam urusan duniawi, adapun untuk amal-amal shalih maka yang dituntut adalah melihat orang yang kedudukannya lebih tinggi darinya. Dengan harapan menyusulnya.

"Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba." (QS. Al-Muthaffifiin: 26)

Betapa indah seorang hamba yang hidup qona'ah menerima apa yang direzekikan Allah kepadanya dalam kehidupan ini. Ia tidak menyorotkan pandangannya kepada apa yang ada di tangan manusia. Jiwanya tidak berkeinginan untuk merampas hak-hak manusia atau menzhalimi mereka. Orang yang qona'ah merasakan ketenangan dan thuma'ninah, sebagaimana ia juga merasakan kecukupan dari ketergantungan dengan makhluk.

Semoga bermanfaat..

Sebuah Untaian Nasehat dalam Muhasabah dan Motivasi Taqwa


Segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla yang telah mencukupkan orang yang bertawakkal kepada -Nya:

قال الله تعالى: {وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا} [الطلاق: 3]

“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) -Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (QS. Al Thalaq: 3)

Dan barangsiapa yang menyerahkan segala urusannya kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla maka dia akan benar dan diberikan petunjuk:

قال الله تعالى: {وَأُفَوِّضُ أَمْرِي إِلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ} [غافر: 44]

Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya". (QS. Gafir: 44)

Dan barangsiapa yang menjaga diri dengan perlindungan Allah maka Dia pasti menjaga dan melindunginya:

قال الله تعالى: {فَاللّهُ خَيْرٌ حَافِظًا وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ} [يوسف: 64]

Maka Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang. (QS. Yusuf: 64)

Dan barangsiapa yang berpegang teguh dengan kitab Allah Subhanahu wa ta’alla dan sunnah Rasul -Nya maka dia akan mendapat petunjuk dan menjadikannya sebagai kekasih:

قال الله تعالى: {أَمَّن يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاء الْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَّعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَّا تَذَكَّرُونَ} [النمل: 62]

Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya). (QS. Al Naml: 62)

Aku memuji Allah Shubhanahu wa ta’alla , memohon ampunan dan bertaubat kepada -Nya, dan barangsiapa yang datang kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla untuk bertaubat kepada -Nya maka Dia akan menerima taubat hamba tersebut, dan barangsiapa yang mendatangi pintu-pintu Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan penuh penyesalan maka hendaklah dia mendekat kepada -Nya:

قال الله تعالى: {مَّا يَفْعَلُ اللّهُ بِعَذَابِكُمْ إِن شَكَرْتُمْ وَآمَنتُمْ وَكَانَ اللّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا} [النساء: 147]

Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Nisa’: 147)

Maha Suci Allah Shubhanahu wa ta’alla yang selalu turun pada setiap malam ke langit dunia, Dia menyeru para hamba-Nya, bagi orang yang bertaubat maka Aku akan menganugerahkan taubat kepadanya, untuk orang yang memohon ampunan maka Aku akan mengampuni kesalahan-kesalahannya. Dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah Subhanahu wa ta’alla , Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya, tiada yang berhak disembah selain Dia, dengan kesaksian yang aku simpan sampai diriku bertemu dengan -Nya:

قال الله تعالى: {مَن جَاء بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَن جَاء بِالسَّيِّئَةِ فَلاَ يُجْزَى إِلاَّ مِثْلَهَا وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ} [الأنعام: 160]

Barang siapa membawa amal kebaikan maka baginya (pahala)sepuluh kali lipat amalnya; dan barang siapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan). (Al An’am: 160).

Dan aku bersaksi bahwa Muhammad Shalallahu’alihi wa sallam adalah hamba dan utusan -Nya, yang telah dipilih dan diistimewakan-Nya, maka beliau adalah orang yang paling baik dalam menyembah Allah Shubhanahu wa ta’alla dan paling mengetahui jalan yang lurus. Beliau tidak pernah sekali-kali menyembah tuhan selain Allah Shubhanahu wa ta’alla, Ya Allah curahkanlah shalawat dan salam kepadanya, kepada para keluarga dan para shahabat beliau, yaitu shalawat yang memenuhi seisi langit dan bumi.

Amma Ba’du: Wahai sekalian manusia, aku berwasiat kepada kalian dan kepada diriku sendiri untuk selalu bertaqwa kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla , itulah wasiat yang paling agung, dan berpegang teguhlah dengan kitab Allah Shubhanahu wa ta’alla , Tuhan kalian dan sunnah Nabi kalian, sebab berpegang teguh pada keduanya adalah ikatan yang paling kuat:قال الله تعالى: {لاَ إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىَ لاَ انفِصَامَ لَهَا وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ} [البقرة: 256]Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.. (Qs. Al Baqarah: 256)

قال الله تعالى: {وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَةَ اللّهِ عَلَيْكُمْ} [آل عمران: 103]

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. (QS. Ali Imron: 103)

قال الله تعالى: {وَلاَ تَنَازَعُواْ فَتَفْشَلُواْ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُواْ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ} [الأنفال: 46]

“dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Anfal: 46)

Dan waspadalah terhadap perbuatan dosa, dan sungguh merugi orang yang berbuat kezaliman, dan janganlah dirimu terlalu berani terhadap Allah Shubhanahu wa ta’alla Yang Maha Mengetahui segala yang tersembunyi dengan meninggalkan segala perintah -Nya dan melanggar apa-apa yang dilarangnya baik dalam keadaan lupa atau sengaja, sehingga mengakibatkan diri kalian dilupakan oleh Zat Penolong kalian, sebab Dia telah mendatangkan ayat-ayat -Nya kepada kalian sehingga kalian berhak dilupakan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla dan kalian termasuk ke dalam golongan orang-orang yang disebutkan di dalam firman -Nya:

قال الله تعالى: {قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنتُ بَصِيرًا قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنسَى وَكَذَلِكَ نَجْزِي مَنْ أَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِن بِآيَاتِ رَبِّهِ وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَى} [طه: 125- 127]

Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan". Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal". (QS. Thaha: 125-127)

Wahai sekalian kaum muslimin. Hendaklah kalian menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar karena kalian hidup di zaman orang-orang yang menangguhkan dalam menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar. Dan jika kalian tidak melakukannya yaitu tidak menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar maka akan mengakibatkan kehancuran sebuah negeri yang sebelumnya makmur dan hal tersebut telah kalian ketahui, banyak kaum yang telah disiksa oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla karena kezaliman dan jauhnya mereka dari -Nya:

قال الله تعالى: {وَمَا ظَلَمَهُمُ اللّهُ وَلـكِن كَانُواْ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ} [النحل: 33]Dan Allah tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang selalu menganiaya diri mereka sendiri. (QS. Al-Nahl: 33)

قال الله تعالى: {وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرَى حَتَّى يَبْعَثَ فِي أُمِّهَا رَسُولًا يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا وَمَا كُنَّا مُهْلِكِي الْقُرَى إِلَّا وَأَهْلُهَا ظَالِمُونَ} [القصص: 59]

Dan tidaklah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman. (QS. Al-Qososh: 59).

قال الله تعالى: {وَإِذَا أَرَدْنَا أَن نُّهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُواْ فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِنَ الْقُرُونِ مِن بَعْدِ نُوحٍ وَكَفَى بِرَبِّكَ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًَا بَصِيرًا} [الإسراء: 16، 17]

Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. Dan cukuplah Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hamba -Nya. (QS. Al-Isro’: 16-17).

Di antara dosa besar adalah meremehkan amar ma’ruf nahi mungkar, dan Nabi Muhammad shallallau alaihi wa sallam bersabda, "Sungguh hendaklah kalian menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar atau Allah Shubhanahu wa ta’alla akan menguasakan kepada kalian penguasa yang zalim, tidak menghormati yang besar dan tidak menyayangi yang kecil, lalu orang terbaik di antara kalian berdo’a kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla namun do’anya tidak diperkenankan, lalu kalian meminta pertolongan kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla namun kalian tidak diberikan pertolongan -Nya”.

Bagaimana Allah Subhanahu wa ta’alla akan menolong mereka dan memperkenankan do’a mereka sebab Dia telah menegaskan makna ini di dalam kitab -Nya:

قال الله تعالى: {وَاتَّقُواْ فِتْنَةً لاَّ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنكُمْ خَآصَّةً وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ} [الأنفال: 25]

Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang lalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (QS. Al-Anfal: 25).

Di dalam sebuah hadits di dalam riwayat Abu Dawud bahwa Nabi Muhammad shallallau alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya jika suatu masyarakat telah melihat orang yang berlaku zalim tapi mereka tidak mencegahnya maka Allah Shubhanahu wa ta’alla akan menimpakan kepada mereka siksa kepada mereka semua”.

Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahwa perkara ini sangat berbahaya sedangkan umur manusia itu singkat, dan Allah Shubhanahu wa ta’alla yang Maha Melihat, serta Maha mengetahui perkara yang terang dan yang tersembunyi, maka barangsiapa yang menghendaki keselamatan pada hari pembalasan maka hendaklah dia menyimpan taubat yang sebenarnya, dan barangsiapa yang menghendaki keteguhan saat menghadapi kematian dan keselamatan setelah kematian maka hendaklah dia berbuat untuk kepentingan hari akheratnya. Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالى: {تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ} [القصص: 83]

Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.(QS. Al-Qososh: 83).

Barangsiapa yang selalu bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa ta’alla maka sungguh dia telah berpegang teguh dengan salah satu faktor yang menyebabkan kemaslahatan, dan barangsiapa yang dilalaikan oleh kepentingan dunia dari taat kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla maka dia telah menghina agamanya, dan barangsiapa yang merasa aman dari siksa Allah Shubhanahu wa ta’alla maka dia telah merugi dengan kerugian yang nyata. Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالى: {وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ ٩٦ أَفَأَمِنَ أَهۡلُ ٱلۡقُرَىٰٓ أَن يَأۡتِيَهُم بَأۡسُنَا بَيَٰتٗا وَهُمۡ نَآئِمُونَ ٩٧ أَوَ أَمِنَ أَهۡلُ ٱلۡقُرَىٰٓ أَن يَأۡتِيَهُم بَأۡسُنَا ضُحٗى وَهُمۡ يَلۡعَبُونَ ٩٨ أَفَأَمِنُواْ مَكۡرَ ٱللَّهِۚ فَلَا يَأۡمَنُ مَكۡرَ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ} [الأعراف: 96- 99]

Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu mata hari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain?. Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah Subhanahu wa ta’alla (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. (QS. Al-A’rof: 96-99).

Wahai sekalian hamba Allah Subhanahu wa ta’alla , takutlah kepada -Nya, dan perhatikanlah perintah dan larangan Allah Shubhanahu wa ta’alla , serta ambillah pelajaran dari orang-orang yang telah berlalu dan ambillah ibrah dari perjalanan hidup mereka:

قال الله تعالى: {وَأَطِيعُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ} [آل عمران: 132]
“Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.”. (QS. Ali Imron: 132).

قال الله تعالى : {فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللَّهِ الْغَرُورُ} [لقمان: 33]

Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah Subhanahu wa ta’alla (QS. Luqman: 33).

Sehingga kalian tidak termasuk golongan orang-orang yang telah difirmankan oleh Allah:

قال الله تعالى: {أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا} [الفرقان: 44]

Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu). (QS. Al-Furqon: 44).

Atau termasuk ke dalam golongan orang-orang yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa ta’alla di dalam firman -Nya:

قال الله تعالى: {۞إِنَّ شَرَّ ٱلدَّوَآبِّ عِندَ ٱللَّهِ ٱلصُّمُّ ٱلۡبُكۡمُ ٱلَّذِينَ لَا يَعۡقِلُونَ ٢٢ وَلَوۡ عَلِمَ ٱللَّهُ فِيهِمۡ خَيۡرٗا لَّأَسۡمَعَهُمۡۖ وَلَوۡ أَسۡمَعَهُمۡ لَتَوَلَّواْ وَّهُم مُّعۡرِضُونَ} [الأنفال: 22، 23]

Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah Subhanahu wa ta’alla ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa pun. Kalau kiranya Allah Subhanahu wa ta’alla mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah Subhanahu wa ta’alla menjadikan mereka dapat mendengar. Dan jika Allah Subhanahu wa ta’alla menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedang mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu). (QS. Al Anfal: 22-23).

Semoga Allah Subhanahu wa ta’alla memberikan keberkahannya bagiku dan bagi kalian semua di dalam Al-Qur’an yang mulia, dan Allah Subhanahu wa ta’alla memberikan manfaat bagiku dan bagi kalian dengan ayat-ayat –Nya Yang Maha Bijaksana yang tertera di dalamnya. Hanya inilah yang bisa saya sampaikan dan aku memohon ampunan bagi diriku dan bagi kalian serta seluruh kaum muslimin kepada Allah Subhanahu wa ta’alla yang Maha Mulia dari segala dosa. Mohonlah ampun kepada -Nya dan bertaubatlah kepada Allah Subhanahu wa ta’alla, sebab Dia adalah Zat Yang Pengampun lagi Maha Penyayang.

Khutbah Kedua

قال الله تعالى: {الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَلَهُ الْحَمْدُ فِي الْآخِرَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ} [سبأ: 1]

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta’alla yang memiliki apa yang di langit dan apa yang di bumi dan bagi -Nya (pula) segala puji di akhirat.. Dan Dia -lah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Saba’: 1)

Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat lagi keras hukuman-Nya; (QS. Gafir: 3)

Aku memuji Allah Subhanahu wa ta’alla Yang Maha Tinggi, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah Subhanahu wa ta’alla, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan -Nya, semoga Allah Subhanahu wa ta’alla mencurahkan shalawat dan salam serta keberkahan kepada beliau, kepada para keluarga, kepada para pengikut beliau hingga hari kiamat.Amma Ba’du: Takutlah kepada Allah Subhanahu wa ta’alla dan ketahuilah bahwa Allah Ta’ala telah menciptakan kita di dunia ini, dan memberikan nikmat kepada kita dalam kehidupan ini dengan nikmat yang besar, menurunkan bagi kita sebuah kitab yang agung yang penuh dengan berbagai perintah dan larangan, dan Dia memerintahkan kepada kita untuk beramal dengannya selama hidup di dunia ini, dan memberitahukan kepada kita bahwa seluruh makhluk ini akan berpindah menuju alam pembalasan:

قال الله تعالى: {كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَما الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ} [آل عمران: 185]

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. (QS. Ali Imron: 185).

Bahkan Allah Ta’ala telah memberitahukan bahwa Dia menciptakan hidup dan mati untuk menguji hamba –Nya, siapakah di antara mereka yang baik amalnya.

قال الله تعالى: {تَبَٰرَكَ ٱلَّذِي بِيَدِهِ ٱلۡمُلۡكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٌ ١ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗاۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفُورُ} [الملك: 1، 2]

Maha Suci Allah Subhanahu wa ta’alla Yang di tangan -Nya lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk: 1-2).

Wahai sekalian hamba Allah Subhanahu wa ta’alla . Di dalam Al-Qur’an banyak sekali terdapat larangan dan perintah -Nya yang mengetuk pintu-pintu telinga manusia, dan seandainya larangan dan perintah tersebut diturunkan kepada gunung-gunung maka kalian akan melihat gunung tersebut tunduk dan luluh karena takut kepada Allah Subhanahu wa ta’alla, padahal gunung tersbut kokoh, kuat dan perkasa. Al-Qur’an menceritakan tentang kedahsyatan hari akherat yang penuh dengan berbagai siksa yang pedih sehingga menyebabkan anak kecil beruban:

قال الله تعالى: {وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُم بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ} [الحج: 2]

“…dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras”. (QS. Al-Haj: 2).

Telah datang kepada kita peringatan yang memperingatkan kita akan berlalunya hari-hari dan semakin berkurangnya umur, orang yang tertimpa kematian datang silih berganti siang dan malam.

Wahai sekalian hamba Allah Subhanahu wa ta’alla , sudah pantas bagi orang yang berakal, yang menyadari dirinya diciptakan untuk sebuah hikmah yang tinggi, dan menyadari bahwa dirinya akan mati setelah kehidupan ini, dan dirinya tidak mengetahui di bumi manakah dia akan mati, saat kapankah dirinya mati, manusia juga menyadari bahwa tidak ada seorangpun yang akan menemaninya dan tidak ada yang memberikan manfaat apapun baginya saat dirinya telah berpindah dari alam yang fana ini menuju alam yang abadi kecuali apa yang telah dipersembahkannya selama hidup di dunia berupa kebaikan dan petunjuk.

Bertaqwalah kepada Allah Subhanahu wa ta’alla dan taatilah Dia dalam apa yang diperintahkannya untuk bertaqwa kepada-Nya, taatilah Allah Subhanahu wa ta’alla saat Dia memerintahkan kepada kalian untuk berlomba-lomba dalam menunaikan amal sholeh, arahkanlah diri kalian, konsistenlah dalam beramal shaleh, peringatkanlah pribadi-pribadi kalian dengan manfaat dan pengaruh positif amal shaleh. Peringatkanlah bahwa kematian itu akan diundur karena kalian berniat melakukan amal shaleh, sebab bisa jadi saat berfikir bahwa kematian itu lebih dekat dari tali sandal atau urat lehernya.

Hanya ini yang bisa saya sampaikan, ucapkanlah shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.



Penulisnya adalah Muhammad bin Abdullah bin Mu’aidzir

Sabtu, 02 Maret 2013

Ungkapan Cinta Untuk Putri Tersayang

Oleh: Syaikh Ali Thanthawi

Dengan nama Allah Subhanahu wa Ta’ala dan segala puji senantiasa bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam tetap tercurah atas Rasulullah Shalallahu’alaihi wa Sallam.


Sungguh, saat ini kita diserang melalui dua jalan; jalan syubhat dan jalan syahwat. Jalan pertama, jalan syubhat (kesamaran antara kebenaran dan kebatilan), bencana yang diakibatkannya jauh lebih besar dan berbahaya, tetapi ia bergerak secara perlahan, sebab tidak semua orang yang anda sodori syubhat serta merta akan menerimanya. Sebaliknya, setiap pemuda yang anda sodori kenikmatan syahwat (hawa nafsu), maka serta-merta ia akan menerimanya . Jalan kedua, Syahwat merupakan penyakit yang gampang menyebar dan cepat menular, meskipun tidak menghancurkan tetapi ia merusak, meskipun tidak mematikan tetapi ia menyakitkan. Jalan pertama (syubhat) mengakibatkan kekufuran, sedang jalan yang kedua (syahwat) mengakibatkan kefasikan.


Putriku tercinta! Aku adalah seorang laki-laki yang sudah beranjak usia lima puluh tahun.[1] Telah lewat sudah masa remaja, dan kutinggalkan impian-impian dan khayalan-khayalan. Berbagai negeri telah kukunjungi dan banyak orang kujumpai. Pahit getirnya dunia telah aku cicipi. Karena itu, dengarkanlah nasihat-nasihatku yang benar lagi jelas berdasarkan pengalaman-pengamalanku. Pasti belum pernah engkau mendengarkannya dari orang lain.


Melalui tulisan, kami selalu mengajak perlunya perbaikan moral, menghapus kerusakan dan mengalahkan hawa nafsu hingga pena tak lagi mampu menulis dan lidah menjadi kelu, namun kami tak menghasilkan apa-apa. Kemungkaran belum dapat kami berantas bahkan semakin bertambah, berbagai kerusakan merajalela, busana terbuka dan merangsang semakin trendi serta makin marak. ‘Wabah’ ini berkembang dari satu negeri ke negeri yang lain, bahkan menurut dugaanku, tidak ada satu negeri Muslim pun yang selamat darinya. Di negeri-negeri kaum Muslimin sendiri yang dulu terdapat baju panjang yang sempurna dan kesungguhan dalam menjaga kehormatan aurat, kini wanitanya keluar rumah dengan busana ‘seksi’ yang terbuka bagian lengan dan lehernya.


Kami belum berhasil dan saya kira tidak akan berhasil. Mau tahu sebabnya? Karena sampai saat ini, kami belum menemukan cara untuk memperbaikinya dan belum tahu jalannya. Sesungguhnya, jalan kebaikan itu, ada di hadapan matamu, duhai putriku! Kuncinya berada di tanganmu. Bila engkau percaya kunci untuk masuk itu ada, lalu kalian mempergunakannya, maka pasti kondisinya akan menjadi baik.
Benar, yang lebih dulu memulai mengayunkan langkah menuju kubangan dosa adalah lelaki, bukan wanita! Hanya saja, bila engkau menolak, pasti laki-laki tidak akan berani. Andai kata-kata lemah gemulaimu,[2] laki-laki tidak akan bertambah nekad. Engkaulah yang membuka pintunya sedangkan dia hanya masuk. Seakan kau katakan kepada si pencuri, “Silahkan!” Lalu ketika ia telah mencuri, engkau berteriak, “Maling! Tolong ada maling! Saya kemalingan!”


Jika engkau telah menyadari bahwa laki-laki tersebut adalah srigala sedang dirimu seekor domba, maka tentu engkau jauh-jauh hari sudah menghindarinya sebagaimana domba yang menghindari srigala. Kalau engkau tahu bahwa laki-laki tersebut adalah pencuri, pasti engkau akan bersikap hati-hati seperti halnya si kikir yang takut akan hartanya dicuri.


Manakala srigala hanya menghendaki daging si domba, maka apakah yang diinginkan laki-laki darimu jauh lebih berharga dari sekedar daging domba itu. Bahkan, kematian kiranya lebih baik bagimu daripada harus kehilangan sesuatu yang paling berharga itu. Lelaki hanya mengingatkan sesuatu yang paling berharga pada dirimu, yaitu kehormatanmu. Kehormatan adalah kebanggaan dan kemuliaan yang dengannya kamu hidup. Hidup bagi wanita yang telah terenggut kehormatannya adalah seratus kali lebih pahit daripada kematian seekor domba yang ditekam srigala.


Ya, demi Allah Subhanahu wa Ta’ala! Saat memandang seorang gadis, yang terlintas dalam khayalan seorang pemuda hanyalah kondisinya yang tanpa sehelai benangpun melekat di tubuhnya.
Demi Allah Subhanahu wa Ta’ala, begitulah kenyataannya. Kami bersumpah untuk kedua kalinya di hadapanmu ini. Janganlah engkau pernah percaya manisnya tutur kata sebagian laki-laki, bahwa mereka tidak melirik seorang gadis melainkan hanya sekedar ingin mengetahui akhlak dan budi pekertinya saja; bahwa mereka berbicara kepadanya hanya sebagai seorang sahabat; bahwa mereka akan mencintainya sebagai seorang teman. Demi Allah Subhanahu wa Ta’ala, itu bohong! Andaikata engkau mendengar obrolan anak-anak muda dalam kesunyian mereka, tentulah engkau akan mendengarkan sesuatu yang mengerikan dan menakutkan.


Senyuman yang dilemparkan pemuda ke arahmu, kehalusan tutur kata dan perhatiannya terhadapmu; semua itu tidak lain hanyalah perangka rayuan untuk mencapai apa yang diinginkannya. Setidaknya rayuan itu adalah kesan tersendiri bagi si pemuda.


Tetapi, selanjutnya, apa yang kemudian akan terjadi, duhai putriku? Campakkanlah dengan baik!
Kalian berdua sesaat berada dalam kenikmatan, untuk kemudian engkau ditinggalkan begitu saja, dan engkau selamanya tetap akan merasakan penderitaan akibat kenikmatan sesaat itu. Sementara pemuda itu akan terus mencari mangsa untuk direnggut kehormatannnya. Sedang dirimu harus menanggung beban kandungan yang membesar di perutmu. Jiwamu pasti merintih, keningmu kini telah tercoreng. Masyarakat nan zhalim dapat mengampuni pemuda itu mengatakan, “Dulu ia pemuda yang sesat, tapi sekarang sudah bertaubat!” Tetapi bagaimana dengan dirimu? Selamanya engkau hidup berkubang kehinaan dan membawa aib. Masyarakat seakan tak dapat mengampuni perbuatanmu selamanya.


Andai saat bertemu pemuda itu, engkau berani menentang, membuka muka, menunjukkan jati dirimu dan menghindar, lalu bila si pengganggu itu belum juga mau mengindahkan bahkan sampai berbuat lancang melalui ucapan atau tangannya yang usil, maka lepaskanlah sepatu yang melekat di kakimu, lalu lemparkan ke kepalanya! Jika semua itu engkau lakukan, pasti semua orang di jalan akan membelamu. Setelah kejadian itu, tentu pemuda-pemuda iseng tidak akan berani lagi mengganggumu dan juga gadis-gadis selainmu. Tentunya, jika ia seorang pemuda yang baik, ia akan datang kepadamu untuk meminta maaf dan berjanji tak akan mengulangi lagi perbuatannya. Bahkan, bisa jadi akan mengharapkan hubungan yang baik dan halal denganmu, untuk kemudian akan dating melamarmu.


Betapa pun status, kekayaan, popularitas dan wibawa yang dicapai seorang wanita, maka ia tidak akan dapat menggapai angan-angan terbesar dan kebahagiaan selain dalam sebuah pernikahan. Yaitu kala menjadi isteri yang baik, seorang ibu yang terhormat dan pendidik bagi keluarga. Sama saja dalam hal itu, para ratu, para putri raja ataupun para artis film Hollywood kenamaan yang memiliki ketenaran dan citra yang dapat menipu banyak wanita.


Aku mengenal dua orang sastrawati besar dari dua Negara Islam.
Keduanya adalah sastrawati sejati, memiliki harta dan kekayaan dan kejayaan sastra. Namun saying, keduanya kehilangan suami, lalu akal sehat pun hilang dan akhirnya menjadi gila. Dalam hal ini, jangan pojokkan diriku dengan pertanyaan tentang siapa mereka sebab nama-nama itu sudah amat terkenal.
Pernikahan adalah cita-cita tertinggi seorang wanita, walaupun ia seorang anggota dewan dan pemegang kekuasaan. Tak ada seorangpun yang sudi menikah dengan wanita pelacur. Seorang laki-laki yang bermaksud menikahi wanita baik pun, bila mengetahui ternyata ia seorang yang sesat, maka akan pergi meninggalkannya pula. Kalau ingin menikah, maka ia akan memilih wanita yang baik, karena ia tidak rela bila kelak nyonya rumah tangga dan ibu bagi putra-putrinya adalah seorang wanita asusila.


Seorang laki-laki walaupun dia seorang fasik, germo, bila di pasar kelezatan tidak mendapatkan wanita yang rela menumpahkan kehormatannya di atas kedua kakinya atau yang dapat menjadi barang permainan di hadapannya, atau bila ia tidak juga mendapatkan wanita fasik atau wanita lalai yang mau menemaninya kawin berdasarkan agama Iblis dan syari’at kucing di bulan Februari, maka pastilah ia meminta wanita yang menjadi isterinya itu menikah berdasarkan sunnah Islam.


Jadi, akar penyebab hilangnya minat terhadap ikatan pernikahan adalah kalian, wahai kaum wanita! Bila bukan karena wanita fasik, tentu hilangnya minat pada ikatan pernikahan tidak akan terjadi dan peluang berbuat maksiat tidak akan terbuka lebar. Kenapa kalian tidak menyadari hal itu? Dan mengapa para wanita mulia tidak berupaya mencari penyelesaian bagi mala petaka ini ini? Kalian lah yang lebih pantas dan mampu daripada kaum laki-laki untuk melakukan upaya itu. Kalian lebih mengerti bahasa wanita dan cara menyadarkan mereka, dan karena yang bisa menyelamatkan korban kerusakan ini hanya kalian, para wanita terpelihara, mulia, wanita yang terjaga dan beragama.[3]


Di setiap rumah di negeri kaum muslimin terdapat para gadis berusia siap nikah tetapi belum juga mendapatkan jodoh. Peneyebabnya adalah kecenderungan para pemuda untuk memiliki ‘pacar’ sehingga tidak butuh kepada isteri. Tidak menutup kemungkinan, kondisi serupa juga terjadi di negeri-negeri lain.
Karena itu, kalian perlu membentuk organisasi-organisasi kewanitaan yang terdiri dari para sastrawati, para intelektual, para guru dan mahasiswi yang misinya mengembalikan saudari-saudari kalian yang salahb jalan itu kepada kebenaran. Ajaklah mereka agar bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jika menolak, takutilah mereka dengan memberikan peringatan bahwa apa yang mereka lakukan itu dapat menyebabkan datangnya penyakit. Jika masih membangkang, maka jelaskan kepada mereka dengan berkaca kepada realitas yang ada. Katakan kepada mereka, “Kalian adalah gadis-gadis remaja yang cantik. Karena itu, pasti kalian menjadi rebutan para pemuda. Akan tetapi, apakah masa remaja dan kecantikan itu akan kekal abadi? Adakah sesuatu di dunia ini yang akan kekal abadi? Bila nanti, kalian sudah menjadi nenek-nenek yang bungkuk punggungnya dan keriput wajahnya, ketika itu, siapa yang akan berminat lagi? Tahukah kalian, siapa yang akan memperhatikan, menghargai dan mencintai seorang nenek? Jawabannya, adalah anak-anak dan para cucunya. Saat itulah, ssang nenek akan menjadi ratu di tengah rakyatnya. Duduk manis di atas singgasana mengenakan mahkota. Akan tetapi, bagaimana pula dengan nasib seorang nenek yang masih belum bersuami? Tentu, kalaian sendiri lebih tahu apa yang terjadi dengannya!”


Di sebuah trotoar di persimpangan jalan di Brussel, aku menyaksikan seorang nenek tua yang berdiri menggunakan penyangga untuk kedua kakinya. Karena sudah dimakan usia, segenap tubuhnya gemetaran. Ia ingin menyeberang, namun hampir saja diseret oleh mobil-mobil di sekelilingnya. Kasihan, tidak seorang pun yang mau membimbingnya.
Kepada pemuda yang bersamaku, aku berkata, “Sebaiknya salah seorang dari kalian menghampiri nenek itu dan menolongnya,”


Waktu itu, kami bersama seorang teman lama bernama Ustadz Nadim Zhubyan. Sudah lebih 40 tahun ia tinggal di Brussel. Beliau bercerita kepadaku, “Tahukah anda bahwa nenek tua itu dulunya adalah wanita primadona di negeri ini yang banyak membuat orang terbuai? Para lelaki selalu menguntitnya dan dengan sepenuh hati rela merogoh kocek mereka hanya sekedar untuk dilirik atau disentuhnya. Tetapi setelah masa bunga berakhir dan kecantikan di wajah telah pupus, tak seorangpun yang anda lihat sudi menyentuh tangannya.”


Sebandingkah kenikmatan itu dengan penderitaan yang dialaminya di atas? Akankah kita tukar akibat dari itu dengan kenikmatan sementara?
Perkataan-perkataan seperti ini bagi kalian para wanita, tidak memerlukan petunjuk orang lain dan kalian tidak akan kehabisan cara untuk member nasehat kepada saudari-saudari kalian yang salah jalan dan patut dikasihani. Jika kalian tidak dapat mengasihani mereka, minimal berusahalah untuk menjaga wanita baik-baik, gadis-gadis yang sedang tumbuh agar tidak menempuh jalan yang salah itu.[4]


Aku tidak menuntut kalian untuk merubah secara drastis dan mengembalikan wanita masa kini kepada kondisi muslimah sejati. Tidak, kami menyadari bahwa perubahan secepat itu biasanya mustahil dilakukan. Kondisinya seperti antara malam yang gelap gulita dan pagi cerah bercahaya, di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memindahkan dari kegelapan kepada cahaya dalam sekejap. Tetapi, Dia memasukkan siang ke dalam malam tanpa engkau rasakan adanya perubahan itu. Sama seperti jarum jam yang engkau lihat diam tak bergerak. Padahal bila dirimu kembali dua jam kemudian, pasti ia telah bergeser. Demikian pula dengan perubahan manusia dari masa kanak-kanak ke masa remaja, dari masa remaja ke masa tua. Juga sama halnya dengan perubahan sebuah negeri, dari satu kondisi ke kondisi lain.


Akan tetapi kembalilah ke jalan kebaikan selangkah demi selangkah, sebagaimana ketika engkau menyongsong jalan keburukan setapak demi setapak. Kalian mulai dari memendekkan pakaian sedikit demi sedikit, kalian pertipis kerudung dan sabar melalui masa yang panjang. Kalian melakukan perubahan ini, sedangkan lelaki shalih tidak menyadari. Majalah-majalah porno menggalakkan masalah ini, orang-orang fasik riang gembira, sampai akhirnya kita mencapai suatu keadaan yang tidak diridhai Islam, bahkan tidak pula oleh agama lain. Juga tidak dilakukan oleh orang-orang Majusi para penyembah api yang berita mereka sudah kita baca di buku-buku sejarah. Bahkan hingga sampai pada suatu keadaan yang tidak dapat diterima para hewan.


Dua ekor ayam jago saja bila bertemu untuk memperebutkan sang betina, pasti saling serang karena rasa cemburu dan membela. Tetapi sungguh aneh dengan para lelaki Muslim yang tidak cemburu terhadap wanita Muslimah dilirik orang asing.[5]Bukan sekedar wajah yang dilirik, telapak tangan ataupun lehernya tetapi segalanya. Ya, segalanya segala sesuatu yang menjijikkan untuk dilihat dan harus ditutup, yaitu kemaluan dan buah dada.


Di klub-klub malam, suami-suami Muslim tega menyodorkan isteri-isteri mereka diajak berdansa dan dipeluk wanita lelaki lain. Dada menempel dengan dada, perut bertemu perut, bibir denga pipi, lengan melingkar tubuh. Kendati demikian, tak ada seorangpun yang protes terhadap pemandangan itu. Di kampus-kampus Universitas Islam, mahasiswa Muslim biasa berdua-duaan dengan mahasiswi Muslimah yang tanpa menutup aurat. Anehnya, tak satupun, orang-orang tua Muslim yang mengingkari hal tersebut.[6]
Pemandangan seperti itu banyak terjadi. Dan itu tidak dapat diatasi hanya dalam sehari atau dengan upaya tergesa-gesa. Tetapi caranya adalah dengan kembali ke jalan yang benar melalui jalan yang semula pernah kita tempuh ketika melakukan keburukan, walaupun jalan yang berat itu sekarang amat panjang. Jalan kembali satu-satunya yang panjang ini harus ditempuh, sebab bila tidak, maka kita tidak akan sampai ketujuan. Kita mulai dengan memberantas ikhtlath (bercampur baurnya laki-laki dan wanita dalam keadaan satu tempat tanpa hijab).


Seorang gadis tidak seharusnya bercampur baur dengan lelaki yang bukan mahramnya, seorang isteri juga tidk seharusnya menerima teman suaminya di rumah, menyapanya jika bertemu di kereta atau bertemu di jalan. Seorang gadis tidak seharusnya menjabat tangan pria di kampus, berbincang-bincang, berjalan seiring, belajar bersama untuk ujian, kemudian dia lupa bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikannya sebagai wanita dan si kawan sebagai pria, satu dengan yang lainnya dapat saling terangsang. Siapa pun, baik wanita, pria atau seluruh penduduk dunia tidak akan mampu mengubah ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, menyamakan antara kedua jenis atau menghilangkan kecenderungan yang ada di dalam jiwa mereka.
Aku memiliki beberapa makalah tentang kesetaraan gender (kesamaan antara laki-laki dan wanita). Di situ aku berbicara tentang beberapa hak dan kewajiban, pahala dan siksa, tetapi aku tidak(kesamaan antara laki-laki dan wanita). Di situ aku berbicara tentang beberapa hak dan kewajiban, pahala dan siksa, tetapi aku tidak bebicara mengenai pekerjaan, fungsi dan tugas. Karena tidaklah mungkin seorang laki-laki itu akan hamil dan menyusui menggantikan para wanita, sementara wanita pun tidak mungkin berperang atau melakukan pekerjaan-pekerjaan berat menggantikan peran kaum laki-laki.


Para propagandis ‘egalitarianisme’ (persamaan hak) dan ikhtilath yang mengatas namakan ‘civiel society’adalah para pembohong besar. Hal ini dapat dilihat dari dua aspek:
Pertama, karena semua itu mereka lakukan untuk memberikan kepuasan kepada diri mereka sendiri. Mereka menikmati pemandangan anggota tubuh yang terbuka itu dan kenikmatan-kenikmatan lain yang mereka bayangkan. Akan tetapi, mereka tidak berani berterus terang. Oleh karena itu, slogan-slogan seperti kemajuan, masyarakat madani, seni, kehidupan kampus, semangat olahraga dan slogan-slogan kosong tanpa makna lainnya hanyalah kedok belaka, ibarat gendang yang ditabuh.


Kedua, mereka bohong karena mengekor kepada Barat dan menjadikan Barat sebagai penyuluh. Mereka tidak dapat memahami kecuali menurut cara pandang Barat. Menurut mereka, kebenaran bukanlah lawan dari kebatilan. Tetapi kebenaran adalah segala sesuatu yang datang dari; Paris, London, Berlin dan New York, sekalipun yang dilakukan itu berupa dansa, pornografi, pergaulan bebas di kampus, pamer aurat, di tempat umum atau telanjang ria di pantai (atau kolam renang). Sementara kebatilan menurut mereka adalah sesuatu yang datang dari sini; dari lembaga-lembaga pendidikan Islam Timur dan dar masjid-masjid milik orang-orang Islam, sekalipun hal itu berupa kehormatan, petunjuk kebenaran, keterpeliharaan dan kesucian hati maupun tubuh.


Di Eropa dan Amerika, Seperti yang sering kita baca dan dengar dari mereka yang pernah berkunjung ke sana ternyata masih terdapat keluarga yang tidak rela dan tidak mengizinkan pergaulan bebas. Di Paris, misalnya, para bapak dan ibu melarang anak gadis mereka berjalan dengan seorang pemuda atau pergi bersama ke gedung bioskop. Bahkan mereka tidak diperbolekan nonton, kecuali film-film yang sudah diketahui jalan ceritanya dan mereka tahu benar bahwa di dalam film-film itu, tidak ada adegan porno dan jorok. Yaitu, adegan-adegan yang sanagt disayangkan, selalu ada dalam tayangan-tayangan yang dibuat perusahaan film ddi negeri kita untuk kalangan muda-mudi, yang mereka sebut sebagai seni perfilman, karena ketidakpahaman terhadap agama bahkan juga terhadap film itu sendiri.


Kata mereka, “Pergaulan bebas itu dapat mengurangi nafsu birahi, mendidik watak dan dapatmenekan gejolak seksual di dalam jiwa.”


Untuk menjawab hal ini, saya limpahkan kepada mereka yang telah lebih dulu pernah merasakan pergaulan bebas di sekolah-sekolah, yaitu Rusia yang tidak beragama, yang tidak pernah mendengar petuah ulama dan pendeta. Bukankah mereka telah meninggalkan percobaan ini, setelah melihat bahwa hal ini amat merusak?
Tentang Amerika, apakah mereka belum membaca, bahwa problem Amerika, adalah semakin meningkatnya siswi-siswi yang hamil? Itu karena mereka mengajarkan pelajaran seks di sekolah-sekolah. Artinya, sama saja dengan menuangkan bensin ke dalam api. Kepada para gadis suci yang buta terhadap masalah seks, mereka jelaskan mengenai apa yang tersembunyi dari aurat laki-laki dan apa yang dilakukan laki-laki jika sedang berduaan dengan wanita. Pada saat yang sama ada setan-setan dari jenis manusia yang mengajak kita agar melakukan seperti apa yang mereka lakukan. Sebagaimana mereka juga membiasakan dan melatih para siswi sekolah-sekolah menengah untuk menggunakan pil pencegah kehamilan.


Siapa yang akan merasa senang apabila universitas-universitas di negeri kaum Muslimin mengalami persoalan yang sama?


Aku tidak berbicara kepada para pemuda. Aku tidak ingin mereka mendengar. Aku tahu bahwa mungkin mereka menyanggah dan menertawakan diriku. Karena aku telah menghalangi mereka menikmati kelezatan yang benar-benar telah mereka peroleh. Akan tetapi, aku berbicara kepada kalian, putri-putriku. Wahai putriku yang beriman dan beragama! Putriku yang terhormat dan terpelihara! Ketahuilah bahwa yang akan menjadi korban bukan orang lain tetapi kamu sendiri. Oleh karena itu, jangan serahkan diri kalian sebagai korban iblis. Jangan dengarkan bujuk rayu mereka dengan dalih pergaulan demi kebebasan, modernisasi, kemajuan dan kehidupan kampus. Sungguh kebanyakan orang-orang terkutuk itu tidak memiliki isteri dan anak. Mereka sama sekali tidak perduli dengan kalian, selain sebagai pemuas kenikmatan sementara. Sedangkan aku (penulis) adalah seorang ayah dari beberapa orang putrid. Jika aku membela kalian, berarti putrid-putriku sendiri. Aku ingin kalian bahagia seperti yang aku inginkan untuk putrid-putriku.
Sesungguhnya dari perbuatan liar yang mereka lakukan, tak ada sesuatupun yang dapat mengembalikan diri wanita kepada kehormatannya yang lenyap, kemuliaannya yang terkoyak, begitu juga dengan martabat yang hilang.


Jika seorang gadis telah terjerumus, maka tidak seorang pun dari mereka yang mau meraih tangannya kembali atau menyelamatkannya dari mereka keterjerumusan itu. Yang justeru mereka lakukan adalah memperebutkan kecantikan gadis itu selama masih tersisa kecantikan wajahnya. Jika sudah hilang, merekapun pergi meninggalkan gadis tersebut. Persis seperti anjing-anjing yang meninggalkan bangkai karena sudah tak menyisakan daging sedikit pun.
Inilah nasihatku buatmu, wahai putriku. Inilah kebenaran, selain ini jangan dipercaya. Sadarlah bahwa di tanganmulah kunci pintu perbaikan itu, bukan di tangan kaum lelaki. Jika ada kemauan pada dirimu niscaya engkau sanggup memperbaiki dirimu sendiri, dengan demikian, umat secara keseluruhan akan menjadi baik.

Makkah al-Mukarramah, 12 Rabi’ul Awwal 1406 H
Sumber: Yayasan Al-Sofwa Jakarta


Sungguh, jika setelah membaca sebuah risalah ini, remaja muslimah tak juga sadar, maka sungguh kita takutkan hatinya telah terkunci. Naudzubillah.




[1] Yaitu ketika menulis tulisan ini, sedang pada tahun 1986 M, beliau memasuki usia 80 tahun.

[2] Rasulullah Shalallahu’alaihi wa Sallam bersabda:
صنفان مناأهل النار لم أرهما: قوم معهم سياط كأذناب البقر يضربون بهاالناس ونساء كاسيات عاريات مميلات مائلات رؤوسهن كأسنمة البخت المائلة ﻻيدخلن الجنةوﻻيجدن ريحهاوإن ريحها ليوجد من مسيرة كذاو كذا.
“Dua (jenis manusia) dari ahli Neraka yang aku belum meliahatnya sekarang yaitu; Kaum yang membawa cemeti-cemeti seperti seekor sapi, mereka memukul manusia dengannya, dan wanita-wanita berpakaian tetapi telanjang, berjalan dengan menggoyang-goyangkan pundaknya dan berlenggak-lenggok. Kepala mereka seperti punuk unta yang condong. Mereka tidak akan masuk Surga, bahkan tidak akan mendapatkan wanginya, padahal sungguh wangi Surga telah tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian. (HR. Muslim, 3/1680)

[3] Rasulullah Shalallahu’alaihi wa Sallam bersabda:
من رأى منكم منكرا فليغيره بيده فإ لم يستطع فبلسانه فإ لم يستطع فقلبه وذالك أضعف الإيمان.
“Barangsiapa diantara kalian ada yang melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu, maka dengan lisannya, jika tdak mampu, maka dengan hatinya dan itulah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim).

[4] Rasulullah Shalallahu’alalihi wa Sallam bersabda:
فوالله لأيهدي الله بك رجلا خير لك من أن يكون لك حمر النعم
“Demi Allah, jika Allah Subhanahu wa Ta’ala member petunjuk kepada seseorang melalui kamu, itu lebih baik bagimu daripada unta merah (harta yang paling berharga di masa itu).” (Muttafaq’alaih)

[5] Rasulullah Shalallahu’alaihi wa Sallam bersabda:
ثلاثة قدحرم الله عليهم الجنة: مدمن الخمر والعاق والديوث الذي في أهله الخبث.

“Tiga (jenis manusia) yang Allah haramkan atas mereka Surga: Peminum khamar (minuman keras), pendurhaka (kepada kedua orang tuanya) dan dayyuts (lelaki yang tidak punya rasa cemburu) yaitu yang merelakan kekejian dalam keluarganya.” (HR. al- Bukhari, lihat Fathul Baari, 8/45)

[6] Rasulullah Shalallahu’alaihi wa Sallam bersabda:
“Tidaklah seorang laki-laki berduaan dengan wanita (yang bukan mahramnya), kecuali pihak ketiganya adalah syetan.”(HR. at-Tirmidzi)